Virus Corona di Surabaya
Sekolah Luar Biasa di Surabaya Mulai Pembelajaran Tatap Muka, Maksimal 2 Siswa Tiap Pertemuan
Sekolah Luar Biasa (SLB) Widya Tama Kedurus, Kota Surabaya mulai pembelajan tatap muka. Di masa pandemi virus Corona, maksimal 2 siswa tiap pertemuan.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pembelajaran tatap muka belum bisa diterapkan di sekolah di zona merah, salah satunya Kota Surabaya.
Namun, untuk siswa berkebutuhan khusus, skema pembelajan tatap muka diperkenankan dengan pertimbangan kondisi siswa.
Seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB) Widya Tama Kedurus, Kota Surabaya yang proses belajar tatap muka hanya diikuti paling banyak 2 siswa dalam sekali pertemuan dengan protokol kesehatan ketat.
• ABG Keji Tenggelamkan 3 Anak Kucing hingga Tewas, Demi Konten, Mumpung Masih Muda, Endingnya Miris
• 5 Drama Korea Terbaru Cocok Ditonton untuk Temani Libur Panjang, Ada SF8 hingga Forest of Secrets 2
Sisanya pembelajaran akan dilakukan secara daring.
Kepala SLB Widya Tama, Min Ayuni menuturkan setiap seminggu sekali siswa mengikuti pembelajaran tatap muka beserta pengumpulan tugas yang diberikan para guru.
Hal ini dilakukan untuk memantau kemajuan siswa selama seminggu belajar dirumah. Selain itu juga mengatasi kondisi psikologis anak berkebutuhan khusus di masa pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
• Petani Jeruk Desa Selorejo Demo Kecewa Hak Sewa Dirampas, Begini Jawban Singkat Bupati Malang
• 10 Pengurus AVGI Jatim Dilantik Virtual, Optimis Memajukan Industri Game di Tengah Pandemi Covid-19
"Kalau yang normal bisa cari sampingan untuk mengelola pola pikir sendiri. Tapi kalau anak berkebutuhan khusus ini ketergantungan dengan orang lain. Sehingga kami ingin melihat kemajuan belajar mereka dalam kesehariannya," jelasnya dikonfirmasi Kamis (20/8/2020).
Pertimbangan lainnya yakni, banyaknya keluhan yang diterima sekolah dari orang tua. Selama belajar dari rumah anak-anak cenderung tidak patuh pada orang tua. Disamping itu, tingkat kejenuhan anak semakin tinggi.
"Makanya kami buat seminggu sekali biar mereka juga senang dan moodnya juga baik," tambahnya,
Terkait jam pembelajaran tatap muka, masing-masing siswa hanya mengikuti satu jam pembelajaran secara bergiliran. Dalam satu hari maksimal 2 anak yang bisa mengikuti pembelajaran ini.
Selain itu, sekolah juga melakukan home visit bagi siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah. Tujuannya, untuk mengontrol pembelajaran siswa jika ada kesulitan tanpa menambah resiko penyebaran Covid-19.
"Guru-guru juga saya tugasi untuk menyapa anak-anak dikelas masing-masing melalui video call," katanya
Setidkanya ada 28 siswa dari jenjang SDLB, SMPLB hinga SMALB yang mengikuti pembelajaran tatap muka di SLB Wisdya Tama.
"Sebelum kami melakukan pembelajaran tatap muka, kami buat surat persetujuan dari orang tua untuk meyelenggarakan guru kunjung atau tatap muka. Mereka bisa memilih mau pakai metode yang mana sesuai dengan kemampuan anaknya," tuturnya.
Sementara itu, siswa kelas 12 SMA Wahyu Phandani mengaku senang dengan pembelajaran tatap muka. Sebab, selain belajar ia juga bisa bermain dengan media pembelajaran yang diberikan oleh sekolah.