Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Alasan 'Banjir' Perceraian dan Janda Baru di Bandung, Psikolog: Covid-19 Perparah Kondisi Sebelumnya

Ribuan wanita di Bandung jadi janda baru, berikut ini penjelasan psikolog penyebab 'banjir' perceraian.

TribunJabar.id/Lutfi A Mauludin
Warga Bandung antre mendaftar dan sidang gugat cerai di PA Soreang Kabupaten Bandung. 

TRIBUNJATIM.COM, BANDUNG - Inilah penyebab banyak perceraian dan janda baru di Bandung.

Seperti diketahui, banyak gugatan cerai dan ribuan wanita di Bandung yang memilih jadi janda baru.

Psikolog pun memberikan penjelasan terkait hal tersebut.

Menurut psikolog, faktor pencetusnya beragam, namun juga dikaitkan dengan Covid-19.

Covid-19 disebut memperparah kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya.

Simak penjelasan psikolog selengkapnya berikut ini.

Di Kabupaten Bandung semenjak masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal, tingkat perceraian meningkat tajam.

Hari kemarin terdapat 246 perkara yang terdiri dari gugatan cerai maupun permohonan cerai.

Di bulan Juni terdapat 1.102 perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Soreang Kabupaten Bandung.

Artinya, di bulan lalu ada seribu lebih perempuan di Kabupaten Bandung yang statusnya berubah menjadi janda baru.

Kisah Pilu Driver Ojol Terpaksa Bawa Anak Kerja, Istri Kabur dan Nikah Lagi, Nenek Balita Juga Pergi

Ulah Wanita di Batam Nekat Usap Wajah Pakai Air Liur Jenazah Covid-19, Diciduk Satgas untuk Tes Swab

Dishub Jatim Minta Syarat Rapid Test Dihapus Bagi Penumpang Kapal di Pelabuhan Ketapang

Apa yang melatari banyaknya gugatan cerai di Kabupaten Bandung? Dan para wanita di Kabupaten Bandung lebih memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan keluarganya?

Menurut psikolog Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, kalau melihat dari angka memang terjadi lonjakan yang tinggi dari beberapa daerah tentang perceraian.

"Mungkin faktor pencetusnya banyak, namun pandemi Covid-19, ini menjadi memperkuat masalah yang ada," ujar Aulia Iskandarsyah, saat dihubungi TribunJabar.id (grup TribunJatim.com ), Senin (24/8/2020).

Pemkot Rencanakan Bangun Coworking Space di Pasar Besar Batu, Mewadahi Anak Muda yang Mau Bekerja

Fakta di Balik Antrean Mengular Banyak Orang Mau Cerai di Pengadilan Agama Bandung, Videonya Viral

Pakar Politik Sebut PDIP Harus Berikan Rekom Pilwali Surabaya ke Sosok yang Bisa Menyolidkan, Siapa?

Warga Bandung antre mendaftar dan sidang gugat cerai di PA Soreang Kabupaten Bandung.
Warga Bandung antre mendaftar dan sidang gugat cerai di PA Soreang Kabupaten Bandung. (TribunJabar.id/Lutfi A Mauludin)

Aulia Iskandarsyah mengatakan, contohnya yang tadinya ada masalah ketidakharmonisan dengan adanya pandemi Covid-19 ini, jadi tidak bisa bekerja penghasilan berkurang.

"Yang tadinya masalah ketidakharmonisan ditambah dengan adanya masalah ekonomi dan lainnya. Kemudian juga beban hidup menjadi lebih mahal," kata Aulia Iskandarsyah.

Menurut Aulia Iskandarsyah, faktor terjadinya banyak perceraian di Kabupaten Bandung ini, bukan single faktor karena adanya wabah Covid-19.

"Tapi Covid-19 ini mengakselerasi atau memperparah kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya," ujar dia.

Rangkul Kampung Inklusi Trenggalek, Dinsos Jatim Gandeng Penyandang Disabilitas dan ODGJ Membatik

Dimadu 17 Tahun, Meggy Wulandari Bahagia Cerai dari Kiwil di Hari Ultah Suaminya dan Dapat Nafkah

5 Konglomerat Hidup Merakyat Meski Harta Berlimpah, Pakai Kaos Polos hingga Lebih Suka Beramal

Terutama, kata Aulia Iskandarsyah, mungkin kalau dari data demografis, justru yang golongan menengah ke bawah yang banyak bercerai.

"Jadi golongan masyarakat terdampak. Terutama misal masalah pekerjaan keuangan yang bisa memperparah kondisi yang sudah ada," ucap dia.

Dengan kondisi seperti ini, kata Aulia Iskandarsyah, pemerintah harus lebih peka dalam membuat jejaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terdampak Covid-19.

"Contoh meringankan beban anggaran mereka, misal yang tadinya gak ada pulsa untuk anak sekarang harus ada kuota untuk belajar, yang tadinya tidak ada harus ada," katanya.

Proses Gugatan Sengketa Calon Perseorangan di Malang Bisa Pengaruhi Tahapan Pilkada 2020

Wali Kota Kediri Diskusikan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Melalui Marketplace

Ketua DPC Demokrat Kabupaten Kediri Apresiasi Dukungan Sutrisno Kepada Mas Dhito di Pilkada 2020

Jadi menurut Aulia Iskandarsyah, pemerintah harus lebih peka untuk melihat, membuat jejaring pengaman sosial.

"Kalau mau ada bantuan langsung tunai (BLT) ya berarti harus tepat sasaran kepada orang yang betul membutuhkan," tuturnya.

Aulia Iskandarsyah memaparkan, untuk orang yang menjalaninya, kondisi ini memang kondisi yang tidak bisa dihindari.

"Artinya berarti orang harus menerima kondisi yang ada dan bisa menyesuaikan dengan kondisi itu," ujar Aulia Iskandarsyah.

Penerbangan di Banyuwangi Perlahan Mulai Pulih, Terjadi Peningkatan Penumpang Saat Libur Panjang

Menjaga Usia Pernikahan 25 Tahun, Inul Daratista Pernah Minta Cerai ke Adam Suseno: Godaannya Banyak

13 Tahun Menikah dan Punya 5 Anak, Wanita ini Tiba-tiba Dicerai Suami, Istri: Ibu Cuma Satu di Dunia

Aulia Iskandarsyah mengungkapkan, kalau dulu bisa ngojek sebelum pandemi bisa bawa pulang uang Rp 200 ribu, sekarang karena orang jarang pakai hanya bisa membawa Rp 100 ribu, harus menerima karena kondisinya berubah.

"Gak bisa dibandingkan dengan sebelumnya (sebelum adanya pandemi)," katanya.

Dengan menerima ini, kata Aulia Iskandarsyah, dia bisa menyesuaikan dengan lebih gampang jadi harus ada sikap menerima kondisi normal baru ini.

"Kalau tak menerima jadinya frustrasi, ketika frustrasi bisa terjadi berbagai hal, seperti beratem terus, bisa jadi yang tadinya sedikit gak marah jadi marah, dan banyak hal," ucapnya.

(TribunJabar.id/Lutfi Ahmad Mauludin)

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Ribuan Wanita di Bandung Jadi Janda Baru, Ini Penjelasan Psikolog Penyebab 'Banjir' Perceraian

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved