Nasib 2 Nenek Bersaudara di Lamongan, Sang Kakak Lumpuh, Adiknya Tak Bisa Jalan Tanpa Tongkat
Ungkapan kegembiraan dan terimakasih berulangkali terucap dari dua nenek itu saat Wakapolres, Kompol Dies Ferra Ningtias bertandang ke rumah dua nenek
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Januar
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - "Alhamdulillah, matur nuwun nggih ibu polisi, " kata Supinah (71) lirih, satu diantara dua nenek miskin bersaudara asal Desa Kedungpring, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Ungkapan kegembiraan dan terimakasih berulangkali terucap dari dua nenek itu saat Wakapolres, Kompol Dies Ferra Ningtias bertandang ke rumah dua nenek yang hidup bersebelahan rumah tanpa ada keluarga lain, Jumat (28/8/2020).
Siapapun yang melihat kehidupan kedua nenek ini akan terenyuh dan tak mampu membendung air mata.
Betapa tidak, satu di antara dua nenek, yakni nenek Sumiati (80), lumpuh dan buta, sementara adiknya Supinah sendiri sulit melangkahkan kakinya alias sulit berjalan, tanpa adanya bantuan tongkat di tangannya.
Dua nenek ini hidup di rumah masing-masing namun masih bersebelahan. Jika Sumiati, membutuhkan sesuatu untuk pemenuhan dirinya seperti BAB, makan, ganti baju terpenuhi, hanya mengharapkan bantuan adiknya Supinah.
• Sakit dan Tak Lagi Miliki Dua Kaki, Harapan Ibu Muda di Lamongan Ini Punya Kaki Palsu Mulai Terjawab
"Saya yang bantu semuanya, " kata Supinah kepada TribunJatim.com.
Maklum, Sumiati, usianya lebih tua 9 tahun, dari Supinah, selain ia juga lumpuh dan buta.
Sementara Supinah sendiri juga kakinya susah dilangkahkan tanpa bantuan tongkat. Kalaupun melangkah, jalannya bertatih - tatih. Kedua nenek bersaudara ini hakikinya sama - sama susah dan melarat (miskin).
Rumah yang mereka hunipun jauh dari layak, dinding dari anyaman bambu, sebagian papan, itu juga banyak berlubang dan rapuh. Sehingga saat angin berhembus langsung menerjang keduanya saat sedang tidur atau santai di atas tempat tidur reyot satu - satunya yang mereka miliki untuk istirahat merebahkan badannya.
Atap rumah tanpa plavon banyak yang berantakan, hingga saat hujan turun, air hujan itu menembus atap, masuk rumah.
Wakapolres, Ferra yang cukup lama bertahan di rumah dua nenek udzur itu mendapati kenyataan dari pengakuan Supinah dan Sumiati, kalau kebutuhan makannya hanya didapat dari uluran tangan warga desa.
"Dingin sekali kalau musim penghujan, " aku Supinah, kakak Sumiati kepada TribunJatim.com.
Maklum keduanya tidak bisa bekerja, tanpa ada anggota keluarga. Sumiati, sendiri belum pernah menikah, sedang Supinah kondisi matanya tak bisa melihat, plus lumpuh.
Momen HUT Polwan ke 72 dimanfaatkan Wakapolres Ferra untuk menyisir wilayah mencari tahu warga masyarakat Lamongan yang wajib dibantu.
"Selalu diperintahkan oleh bapak Kapolres (AKBP Harun, red) untuk mencari dan mendata warga yang kurang mampu, " katanya kepada Surya.co.id, Jumat (28/8/2020).