Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jenazah di Pantai Coro Ternyata Nelayan Lobster, Keluarga Sempat Tak Curiga, Syok: Dia Pamit

Temuan jenazah di Pantai Coro ternyata nelayan penangkap lobster asal Dusun Jengglung, Kecamatan Tanggunggunung. Keluarga tak curiga: sudah biasa.

Penulis: David Yohanes | Editor: Hefty Suud
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Tim SAR Basarnas mengevakuasi jenazah di dermaga TPI Pantai Popoh. 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Jenazah yang dievakuasi Basarnas dari Pantai Coro, Desa Besole, Kecamatan Besuki ternyata adalah Slamet Riyadi (59).

Slamet merupakan seorang nelayan penangkap lobster asal Dusun Jengglung, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung.

Sebelumnya, jenazah yang sudah rusak itu sempat diduga Karyanto (38), nelayan asal Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek yang hilang sembilan hari silam.

Bupati Lumajang Cabut Moratorium Tambang Pasir, Izin UKL dan UPL Pesisir Pantai: Tidak Akan!

Cantik dalam 5 Menit dengan Tatanan Rambut Messy, Bikinnya Cuma Perlu 3 Alat Ini: Sangat Mudah!

Kepala Desa Jengglungharjo, Rudi Santoso memaparkan, Slamet berangkat mencari lobster di sekitar Pantai Coro pada Minggu (30/8/2020).

Saat itu dia pamit pada keluarganya, akan pergi selama empat hari.

“Dia ini nelayan lobster yang menyisir tebing-tebing sarang lobster. Jadi dia tidak menggunakan perahu, tapi dari darat,” terang Rudi, Kamis (3/9/2020).

Istri Syok Pergoki Adegan Terlarang Suami dan Ibu Kandung di Ruang Tamu, Ending Asmara Sedarah Miris

Rp 16.9 M Bantuan Sosial Dampak Covid-19 Kota Batu Sudah Disalurkan, Dorong Perekonomian Pulih

Keluarga pun tidak merasa curiga, karena Slamet sudah biasa pergi beberapa hari sebelum pulang dengan membawa tangkapan lobster.

Karena itu keluarga tidak pernah menyangka Slamet hilang di laut.

Selama ini keluarga juga tidak melapor ke polisi, karena mengira Slamet masih menyisir tebing menangkap lobster.

“Begitu kemarin ada kabar penemuan mayat di Pantai Coro, akhirnya keluarga inisiatif mencari tahu,” sambung Rudi.

Rudi bersama beberapa perangkat mendampingi keluarga memeriksa jenazah, yang disimpan di Instalasi Pemulasaraan Jenazah (IPJ) RSUD dr Iskak.

Menurutnya, secara fisik jenazah tidak bisa dikenali karena sudah rusak.

Keluarga kemudian berusaha mengidentifikasi jenazah lewat deretan giginya.

“Kami sangat terbantu dengan Tim Inafis (Polres Tulungagung) yang bekerja luar biasa. Mereka yang berupaya keras mengidentifikasi dengan alatnya,” ungkap Rudi.

Karena sudah rusak, sidik jari jenazah tidak bisa langsung terbaca.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved