Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jumlah Pasien Gangguan Refraksi Mata di Surabaya Januari-Juli 2020 Tercatat 2.665: Turun Signifikan

Dinas Kesehatan Kota Surabaya ungkap jumlah pasien gangguan refraksi mata di Surabaya turun menjadi 2.665. Sangat signifikan.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM/YUSRON NAUFAL PUTRA
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Yusron Naufal Putra

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut jumlah pasien gangguan refraksi mata di Surabaya saat ini mengalami penurunan.

Dibanding tahun sebelumnya, penurunannya disebut cukup signifikan.

"Jika dihitung dari awal Januari hingga Juli 2020, pasien gangguan refraksi mata yakni 2.665, penurunannya sangat signifikan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita dalam keterangannya.

Baca juga: Pria Penyandang Disabilitas di Surabaya Produksi Wedang Herbal, Ampuh Sembuhkan Berbagai Penyakit

Baca juga: Sinopsis Samudra Cinta Episode 414 Kamis, 15 Oktober 2020, Live Streaming di SCTV

Jumlah tersebut memang menurun jika dibanding tahun sebelumnya. Sebab, pada tahun 2019 lalu, jumlah pasien gangguan refraksi mata sebanyak 4.463 orang.

Menurut Feny, perubahan angka yang signifikan itu sebenarnya sudah dapat dilihat sejak tiga bulan pertama di tahun 2020.

Bahkan, jika dilihat pada bulan Januari 2019, jumlah pasien yaitu 496 anak. Sementara pada Januari 2020 pasien menurun menjadi 356 orang.

Baca juga: Rafathar Warisi Sifat Sosok Dibenci Nagita Slavina, Sering Bertengkar saat Hamil, Raffi Tak Heran

Baca juga: Sosok Ayah Ahmad Dhani yang Jarang Terekspos, Sangat Sayang Maia, Berjasa Besar di Perceraian Dhani

Ada strategi dan upaya penanggulangan yang dilakukan. Di antaranya, kata Feny, yaitu mengindentifikasi wilayah dan kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan refraksi.

Sementara upaya penanggulangan yang dilakukannya kali ini adalah menyasar anak-anak di usia sekolah dan lanjut usia atau lansia.

"Kita menyasar pelajar SD-SMP. Usia rata-rata dari 7 sampai 15 tahun. Kemudian langkah kedua, mengembangkan surveilans deteksi dini gangguan refraksi yang dilakukan oleh kader dan rujukan ke Puskesmas,” ujarnya.

Kemudian, upaya lain yang dilakukan yaitu melatih kader indera, dan melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) untuk mendeteksi dini kelainan refraksi mata.

Di sisi lain, jajaran Dinkes juga memberikan diseminasi komunikasi, informasi serta edukasi melalui para kader, petugas kesehatan dan sekolah.

Lalu, lanjut Feny, pihaknya juga melakukan skrining mata serta penanggulangan gangguan indera termasuk kelainan refraksi.

"Harus terus dan selalu dalam pantauan, kami juga menggandeng Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami). Kemudian ada RS Bakti Dharma Husada (BDH) dan RSUD dr Soewandhie," terangnya.

Penulis: Yusron Naufal Putra

Editor: Hefty Suud

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved