Tak Ada Akses Internet, Tiga Sekolah di Sidoarjo Tetap Terapkan Belajar Tatap Muka Selama Pandemi
Tiga sekolah di Sidoarjo tetap menjalankan proses belajar tatap muka di sekolah selama pandemi Covid-19. Hal itu karena belum ada akses internet.
Penulis: M Taufik | Editor: Dwi Prastika
Mendengar berbagai penjelasan, Hudiyono pun bisa memaklumi kondisi itu. Apalagi, dia melihat data, ternyata kawasan itu selama ini memang 0 alias tidak pernah ada warga yang terpapar Covid-19.
"Di sini zero Covid-19. Sehingga kita bisa memaklumi dengan kondisi yang serba terbatas ini. Namun, saya tetap menekankan agar protokol kesehatan selalu dijalankan dengan baik dan benar," urainya.
Baca juga: Ditinggal Beli Masker di Minimarket Surabaya, Motor Perempuan Asal Sidoarjo Raib Digondol Maling
Hudiyono juga sempat berbincang dengan sejumlah warga.
Beberapa aspirasi diserap. Antara lain, warga ingin gedung sekolah itu direhabilitasi, dibantu agar ada akses internet masuk ke sana, dan minta pembangunan jalan segera dilanjutkan. Supaya akses untuk sepeda motor atau jalur darat bisa nyambung sampai ke kota.
"Akses jalur darat yang menghubungkan Dusun Pucukan dengan dusun lainnya, seperti ke Dusun Kalikajang dan Dusun Kepetingan, pemkab memang akan segera melanjutkannya. Agar semua bisa terhubung," kata Hudiyono.
Dusun Pucukan dihuni oleh 153 penduduk atau 47 kepala keluarga (KK). Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan ikan dan pekerja tambak.
Baca juga: Aksi Lanjutan Protes Omnibus Law UU Cipta Kerja, Mahasiswa Gelar Istighosah di Gedung DPRD Sidoarjo
Dari Pucukan, Hudiyono bersama rombongan kembali naik perahu menuju SDN Sawohan II yang jadi satu dengan SMPN Satu Atap Buduran.
Di sana, kondisinya tak jauh beda dengan sekolah sebelumnya.
Bangunan memang sudah tembok, tapi dindingnya sudah rusak di sana-sini. Bahkan ada satu kelas yang disekat jadi dua. Sekolah ini masuk wilayah Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Sidoarjo.
SDN Sawohan II punya 36 siswa. Kelas 1 ada 6, kelas 2 sebanyak 7 siswa, kelas 3 ada 8 anak, kelas 4 punya 6 siswa, kelas 5 sebanyak 6 siswa, dan kelas 6 ada 4 anak.
"Sedangkan SMP-nya, kelas 7 ada 9 siswa, kelas 8 sebanyak 6 siswa, dan kelas 9 punya 9 orang siswa. Totalnya 24 orang siswa," kata Kepala SMPN Satu Atap Buduran, Muhammad Mujib.
Di sana, selama pandemi juga tetap masuk. Dalam seminggu, dua kali siswa belajar tatap muka di sekolah. Kendalanya sama, karena tidak ada akses internet di kampung tersebut.
Editor: Dwi Prastika