Para Seniman Muda Manamjupan Tampilkan 'Belalak', Respon Narsisme Lewat Pertunjukan Eksperimental
Manamjupan Studio Seni Pertunjukan menyajikan seni koreografi bertajuk 'Belalak'. Respon fenomena viral dan narsisme di kalangan masyarakat.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Merespon fenomena viral dan narsisme di kalangan masyarakat, sejumlah seniman menginisiasi seni pertunjukan eksperimental.
Para seniman yang tergabung dalam Manamjupan Studio Seni Pertunjukan menyajikan seni koreografi bertajuk 'Belalak'.
"Sebagaimana suatu karya seni interdisipliner, karya ini melibatkan seni tari, teater dan musik, yang kemudian diintegrasikan ke panggung dengan tata seni pencahayaan," ungkap salah satu inisiator Manamjupan Studio Seni Pertunjukan, Arda Fania.
Baca juga: Simpan 2,87 Gram Sabu di Rumah Kos, Sopir Asal Surabaya Pasrah Dikeler ke Mapolres Nganjuk
Baca juga: Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta RCTI Hari Ini Jumat, 6 November 2020: Andin Terluka, Mas Al Gelisah
Belalak, diceritakannya, berbicara tentang self-awarness atau kesadaran diri. Kemudian dihubungkan dengan fenomena yang sedang viral.
"Saat ide ini muncul, ada fenomena viral aplikasi TikTok. Dibandingkan dengan media sosial lainnya, TikTok dianggap sangat dekat dengan tingkah laku anak muda," terangnya.
Oleh karena itu, pihaknya pun memilih generasi milenial sebagai obyek karya pada pementasan yang lolos program bantuan pemerintah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud 2020 ini.
Baca juga: Teras Rumah Surabaya Selatan Ajak Kampanye #LocalProud, Jadi Pahlawan dengan Pakai Produk Lokal
Baca juga: Daftar Harga Mobil Bekas Rp 40 Jutaan di Situs Jual Beli Daring, dari Mercedes, BMW, hingga KIA Rio
"Belalak ini karya seni interdisipliner bertajuk eksperimental. Karyanya menampilkan ilusi popularitas dengan obyek sosok milenial yang berlomba menduduki popularitas," Arda memaparkan.
Sederhananya, ia melanjutkan, pihaknya mencoba menstimulasi respon penonton terhadap realita sosial budaya viral dan narsisme yang sedang berkembang.
Sedangkan untuk koreografinya, karya ini banyak mengusung unsur gerak Banyuwangian lewat eksplorasi gerak dasar seperti egol, ngangkruk, jingket, ngeber, dan lain-lain.
"Namun diekspresikan dalam kerangka berbeda yang indah. Tidak lupa kami arahkan motivasi gerak tentang kesadaran diri," katanya.
Melalui karya yang dapat diakses melalui kanal Youtube 5678 Art Studio ini, pihaknya berharap dapat mengajak masyarakat utamanya generasi muda untuk bersikap bijak terhadap ilusi popularitas.
"Bahwa dalam menyikapinya, kita harus dalam kondisi kesadaran penuh. Hal ini berkaitan dengan penyikapan budaya popular dengan jati diri masing-masing," ia menguraikan.
Selain itu, ia berharap hal ini bisa menjadi sarana untuk mengembangkan gaya praktik seni yang menghormati praktik artistik tradisional Indonesia, tapi juga mempunyai konteks dan bentuk yang bersifat kontemporer.
"Kami pikir, hal ini merupakan kesempatan unik untuk membantu mengembangkan bakat generasi muda dalam pengembangan karya, di mana seni dan pendidikan seringkali bersifat konservatif," tandasnya.
Penulis: Christine Ayu Nurcahyanti
Editor: Heftys Suud