Dipecat Saat Baru Nikah, Pasutri Madiun Buka Usaha Keripik Debog Beromset Rp 30 Juta Sebulan
Dipecat saat baru menikah. Pasutri warga Kelurahan Sogaten, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun buka usaha keripik debog beromset Rp 30 juta sebulan.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Hefty Suud
"Saya milih fokus cara membuat keripik dari debog. Karena saya berpikir di Madiun belum ada yang bikin," katanya.
Setelah dua hari mempelajari cara membuat keripik debog pisang, Roby kembali ke Madiun dan mencobanya di rumah.
Berbekal modal uang tabungan yang hanya tinggal Rp 300 ribu, Roby melakukan eksperimen di rumahnya.
"Uang tabungan saya dan istri tinggal Rp 300 ribu, saya pakai buat beli bahan-bahan. Tepung, minyak, dan bumbu-bumbu. Debognya saya ambil dari pekarangan rumah saya," kata lulusan SMK PGRI Madiun ini.
Setelah tiga kali mencoba, akhirnya Roby berhasil membuat keripik debog yang bisa dimakan dan layak jual.
"Pertama kali bikin, pahit rasanya nggak bisa dimakan. Saya buang satu toples. Setelah mencoba tiga kali baru berhasil," pungkasnya.
Setelah berhasil, Roby meminjam uang Rp 100 ribu kepada ayahnya untuk modal membeli bahan-bahan lagi. Ia kemudian mencoba memproduksi dan menjualnya ke warung-warung.
Usahanya tidak berjalan mulus, sejumlah warung yang ia datangi menolak untuk membeli lantaran tidak yakin bahwa keripik debog buatannya layak dimakan. Selain itu, keripik debognya juga belum mengantongi izin usaha.
"Selain karena masih awam, juga karena belum memiliki izin. Ada juga yang bilang, iki debog marai mendem, rasah dodolan koyo ngene iki," kata Roby.
Ia tak patah arang, malam harinya ia mencoba mempromosikan dagangannya di Facebook. Ia menyertakan foto dan keterangan mengenai dagangannya, dalam postingannya.
"Paginya banjir orderan. Sampai ratusan orang yang pesan. Pokoknya, pada saat itu, saya mikir bagaimana caranya supaya kripik saya bisa laku. Saya posting di Facebook," ujarnya.
Omset Rp 30 Juta Sebulan
Ternyata, banyak yang penasaran dan ingin mencoba keripik debog pisangnya. Pembelinya tidak hanya dari Madiun saja, namun juga berbagai daerah di Indonesia hingga ke luar negeri.
"Nggak cuma di Madiun, tapi ada juga dari Hongkong. Ini ada pesanan dari Hongkong, satu kwintal setiap minggu. Sudah delapan kali kirim. Ada juga dari Malaysia, dan Taiwan. Sebenarnya dari Arab juga ada yang tertarik, tapi susah mengirim ke sana," tuturnya.
Roby menjual keripik debog pisangnya dengan harga Rp 70 ribu per kilo. Sedangkan untuk kemasan 50 gram, ia jual dengan harga Rp 5 ribu, dan untuk kemasan 100 gram, ia jual Rp 10 ribu.