Museum Wajakensis Tulungagung Terlalu Sempit, Ada 51 Koleksi Disimpan di Dalam Gudang
Museum Wajakensis Tulungagung terlalu sempit, sehingga ada 51 koleksi yang disimpan di dalam gudang, tak jauh dari ruang pamer.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Museum Wajakensis Tulungagung mempunyai 269 koleksi benda perbakala yang dipamerkan.
Rinciannya, 129 koleksi arkeologi yang terdiri dari arca, tempat duduk arca, batu prasejarah, batu candi dan sebagainya.
Sedangkan 140 lainnya adalah koleksi etnografi yang terdiri dari alat pertanian tempo dulu, alat permainan anak, dan perkakas rumah tangga.
Sayangnya karena keterbatasan luas ruang pamer, tidak semua koleksi bisa dipamerkan.
Sekurangnya 51 koleksi disimpan di gudang, tidak jauh dari ruang pamer.
"Selain karena keterbatasan tempat, ada koleksi yang sama sehingga sebagian disimpan," terang pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Hariyadi, Selasa (24/11/2020).
Baca juga: 100 Jukir di Tulungagung Jalani Rapid Test Virus Corona, Dua Orang Reaktif, Bakal Ikuti Tes Lanjutan
Baca juga: Sosok Ni’ma, Wanita Tulungagung yang Dibunuh Tetangganya Sendiri, Warga: Sangat Dihormati
Gudang penyimpanan itu ada di tempat parkir museum, disekat menggunakan triplek dan menempel ke bangunan di sebelahnya.
Sementara atapnya menggunakan asbes yang sudah terlihat bocor.
Demikian juga triplek yang dipakai juga sudah compang-camping karena lapuk.
"Memang mengkhawatirkan, saat musim hujan seperti ini pasti kena air hujan. Tapi kami tidak punya pilihan," ujar Hariyadi.
Ruang pamer Museum Wajakensis Tulungagung mempunyai panjang 15 meter dan lebar 8 meter.
Baca juga: Tulungagung Banyak Zona Hijau, Bupati Belum Mau Berlakukan Pembelajaran Tatap Muka untuk TK-SMP
Baca juga: Buku Nikah Siri Beredar di Tulungagung, Palsu? Begini Penjelasan Kementerian Agama
Dengan luas tersebut, seharusnya hanya bisa memuat 80 koleksi saja.
Dengan demikian pengunjung bebas mengambil gambar dan mengidentifikasi setiap koleksi.
"Kondisinya sekarang sebenarnya sudah sesak, dengan 218 koleksi. Sementara gudang yang ada juga kurang layak," sambung Hariyadi.
Dari semua koleksi di Museum Wajakensis Tulungagung, 70 persen sudah diregistrasi.
Sedangkan 30 persen belum teregistrasi karena tidak diketahui asal-usulnya.
Baca juga: Pembangunan Shelter Baru Ditolak, Pemkab Ponorogo Intens Berkomunikasi dengan Warga dan Dekopinda
Baca juga: Gasak Ponsel di Toko, Maling di Tulungagung Malah Jual Hasil Curian ke Pacar Anak Korban
Hariyadi mengungkap, sebelum ada museum, koleksi ini disimpan di pendopo kabupaten.
Pada tahun 1996 koleksi mulai dipindahkan, namun tidak ada data yang menyertai.
Sebagian koleksi bisa diidentifikasi karena sudah dicatat oleh Balai Pemeliharaan Cagar Budaya atau BPCB Jawa Timur.
Namun sisanya gagal teridentifikasi, berdasar lokasi temuan, tahun penemuan, nama benda yang ditemukan dan dari era kerajaan apa.
Baca juga: Viral Video Pickup di Lumajang Terperosok ke Jurang, 2 Penumpang Terpental, Sopir Ikut Terguling
Baca juga: Penambang Tulungagung yang Dilaporkan Hilang Diduga Tertimbun Batu Ukuran Raksasa
"Nama benda dan dari era kerajaan apa bisa kita deteksi. Tapi lokasi penemuan dan tahun penemuan tetap tidak bisa diketahui," papar Hariyadi.
Karena identitasnya tidak lengkap, koleksi ini menyulitkan para pelajar yang melakukan pembelajaran di museum.
Editor: Dwi Prastika