ITS Gandeng Puslitbang TU Kembangkan SWD, Alat Pendeteksi Genangan Air di Runway Pesawat Terbang
ITS gandeng Puslitbang TU, kembangkakan Standing Water Detector (SWD). Alat keselamatan penerbangan pendeteksi genangan air di landas pacu pesawat.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Hefty Suud
Pada pengoperasiannya, purwarupa SWD akan diletakkan di samping landas pacu pada area touchdown.
Saat hujan, aliran air dari landasan pacu akan menyentuh sensor pada purwarupa yang kemudian aliran ini akan dikonversikan menjadi data digital.
Selanjutnya digabungkan dengan data sekunder seperti profil landasan pacu, akan memberikan output berupa ketinggian standing water.
Pengingat akan menyala saat 25 persen alat menunjukkan bahwa ketinggian telah sama atau lebih dari 3 milimeter.
Tahap uji kehandalan kali ini, diselingi dengan sertifikasi dari SWD.
"Sertifikasi akan memerlukan prosedur dan turut serta dari berbagai pihak dalam bidang penerbangan,"pungkasnya.
Kepala Puslitbang Transportasi Udara, Capt Novyanto Widadi SAP MM secara daring mengatakan, pada tahap sertifikasi akan dipertimbangkan dari segi regulasi oleh Kementerian Perhubungan.
“Setelah tahap-tahap ini selesai, alat ini tentu akan bisa digunakan secara massal di berbagai bandar udara di Indonesia,” tandasnya.
Sertifikasi dari alat ini sangat diperlukan mengingat banyaknya jumlah bandara di Indonesia.
Respon positif didapat dari berbagai pihak yang berkecimpung dalam dunia penerbangan.
General Manager AirNav Cabang Surabaya, MT Nurhuda menyampaikan mengkomunikasikan kepada pilot yang akan melakukan pendaratan secara langsung mengenai standing water ini merupakan hal yang krusial agar pilot dapat membuat keputusan yang tepat dalam pendaratan.
“Ini tentu bisa mengurangi waktu pesawat untuk holding di udara, dan juga mengurangi tekanan pada air traffic controller,” tuturnya.
Nurhuda pun mengharapkan, purwarupa bisa diterapkan di Bandara Juanda, Surabaya dan bandara lainnya di Indonesia.
Mengingat iklim dan hujan sudah mulai sulit untuk diprediksi, bahkan di Surabaya .
“Di Juanda pun sering ada standing water. Namun selama ini sepertinya pada ketinggian yang masih bisa ditoleransi, tapi kita ingin mengetahui secara pasti apakah ini aman atau tidak,” tandasnya.
Penulis: Sulvi Sofiana
Editor: Heftys Suud