Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Belajar Sains dengan Pengantar Bahasa Inggris yang Menyenangkan Selama Pembelajaran Daring

Seorang mahasiswi Unesa mendapati bahwa momok menakutkan itu tidaklah benar seperti yang dibayangkan kebanyakan pelajar.

Penulis: Benni Indo | Editor: Pipin Tri Anjani
DOKUMEN PRIBADI RINA WAHYU SETYANINGRUM
Kegiatan pembalajaran daring pelajar SD Muhammadiyah Manyar dengan menggunakan metode Dialogic Reading. 

TRBUNJATIM.COM, GRESIK – Pembelajaran ilmu pengetahuan atau sains sering menjadi momok karena terkesan sebagai pelajaran yang sulit, apalagi jika materi pelajaran disampaikan melalui Bahasa Inggris.

Terlebih, ketika pelajaran ini harus disampaikan dengan metode daring karena pandemi Covid-19.

Namun, seorang mahasiswi Program Doktoral Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bernama Rina Wahyu Setyaningrum mendapati bahwa momok menakutkan itu tidaklah benar seperti yang dibayangkan kebanyakan pelajar. Sebaliknya, justru materi bisa dipelajari dengan menyenangkan.

Dalam observasi virtual yang dilakukan di SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, Rina mendapati pengalaman menarik ketika mengikuti pembelajaran daring di sana.

Perempuan yang juga peneliti dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mengamati bagaimana pembelajaran  Sains dengan bahasa Inggris begitu menarik jika ditampilkan dengan strategi membaca sambil berdialog dan media video.

Baca juga: Seusai Mencoblos, Sebanyak 15 Tahanan Korupsi di Rutan Kejati Jatim Terpapar Covid-19

Baca juga: Wanita Ketakutan Lihat Noda Kuning di Pakaian Dalam Tiap Dijemur, CCTV Bongkar Fakta, Ulah Pemuda

“Saya menemukan pengalaman menarik ketika mengikuti pembelajaran daring di SD Muhammadiyah Manyar ini, yaitu pembelajaran virtual secara sinkron yang dilakukan dalam waktu 30 menit saja,” tutur Rina, Jumat (11/12/2020).

Rina mengamati bagaimana seorang guru bernama Reza Dwi Anistawati mengajarkan ilmu pengetahuan di kelas 1 secara atraktif walau dilakukan secara virtual.

Sejak awal dimulainya kelas, nuansa internasional sudah kental ketika guru yang akrab disapa ustadzah Rere ini berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.

“Okay kids, are you ready for the second subject for today? It’s Science,” sapa Rere yang spontan direspon oleh pelajar dengan menggunakan bahasa Inggris.

“Yes, ready Us!” jawab para pelajar.

Lalu dialog mengalir di antara mereka dengan pancingan kata-kata pendek seperti science, tiger, dan yellow book.

Sepanjang pengamatannya, Rina melihat bagaimana Rere memulai dengan memutar video tentang Senses yang telah ia kirimkan kepada siswa melalui orangtua. Video tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa dalam bahasa Inggris.

Begitu video selesai diputar, interaksi pun dimulai. Tanya jawab dalam bahasa Inggris terjadi seperti ‘Okay, turn on your microphone. What is the video about?’. Instruksi-instruksi sederhana dalam bahasa Inggris kerap disampaikan.

Seorang pelajar juga aktif bertanya “What page ustadzah?” yang menandakan bahwa rutinitas berikutnya adalah belajar dari buku sains mereka. Guru tersebut lalu memberi instruksi “Let’s move to the book, open page thirty-eight”.

Diterangkan Rina, selama 30 menit tersebut,  guru mengatur kegiatan dengan membagi waktu. Diawali dengan lima menit pembukaan dan pengkondisian kelas, kemudian lima menit apersepsi dan dilanjutkan dengan presentasi guru dan siswa.

Dalam pembelajaran ini, siswa dilibatkan langsung dengan aktivitas yang telah disiapkan. Memang tidak mudah memanfaatkan waktu yang singkat untuk mempelajari materi secara utuh. Namun dalam pembelajaran daring dengan pebelajar anak-anak, waktu screening perlu dipertimbangkan untuk menjaga kesehatan, terutama mata, dan mempertahankan konsentrasinya.

“Apa yang dilakukan oleh ustadzah Rere ini merupakan strategi Dialogic Reading yang mengedepankan praktek membaca dengan buku bergambar dan melatih kemampuan membaca dan keterampilan berbahasa lainnya,” terang Rina.

Baca juga: Kontak Layanan ODHA Dikurangi Selama Pandemi, Dinkes Pastikan Obat Arv Aman Sampai Awal 2021

Pertanyaan yang dilontarkan pun dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Ketika dalam buku ada pertanyaan What is the girl doing? Which sense organ is she using? Salah satu siswa menjawab “menciumi bunga.” Kemudian Rere menginstruksikan dalam bahasa Inggris dan dijawab oleh pelajar dengan mengatakan “Smelling the flowers,”.

Evaluasi selama proses pembelajaran dan dengan melihat hasil kerja siswa yang dikirimkan kepada mereka melalui orang tua setiap dua minggu sekali. Pengiriman lembar kerja kepada siswa dimaksudkan agar siswa mempunyai kesempatan mengenal lebih banyak kosa kata dan istilah yang digunakan pada materi tertentu.

Selain itu, pengalaman menulis pada lembar kerja merupakan titian berpikir siswa sehingga pengalaman literasi dapat dari membaca dan menulis dalam bahasa Inggris dapat mereka gunakan dalam kesempatan belajar yang lain.

Diterangkan Rina, sejak SD Muhammadiyah Manyar Gresik bergabung dalam Cambridge Assessment International Education selama hampir satu dekade, pembelajaran sains dan matematika diajarkan dengan menggunakan bahasa Inggris. Saat ini pembelajaran juga sudah dimulai sejak awal, yaitu dari kelas 1 SD.

“Hal ini menunjukkan bahwa semangat pembelajaran abad 21 dan cita-cita untuk memberikan lingkungan yang mendukung siswa untuk mendapatkan kesempatan berkomunikasi dalam bahasa internasional. Sehingga menarik orangtua untuk mempercayakan pendidikannya pada sekolah ini,” kata Rina.

Menurut Rina, pembelajaran dari rumah seperti yang telah dilakukan oleh ustadzah Rere ini dapat menjadi inspirasi bagi guru lainnya selama pandemi Covid-19.

“Tantangannya tidak hanya pada bagaimana mengajarkan konsep tapi bagaimana ia menginternalisasikan penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran. Ia sudah menjawab tantangan itu dengan baik,” pungkasnya.

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Manyar, Ahmad Faizun, menjelaskan awalnya pembelajaran daring dilaksanakan mulai secara full mulai jam 07.30 – 11.15 WIB. Namun atas permintaan orang tua melalui Ikatan Wali Murid (Ikwam), dilakukan pemendekan jam pembelajaran secara sinkron.

“Pelaksanaan pembelajaran Cambridge Science yang menggunakan bahasa Inggris diperpendek menjadi 30 menit dengan konsekuensi pada kreativitas guru dalam menyampaikan materinya,” ungkapnya. (SURYA/Benni Indo)

Editor: Pipiin Tri Anjani

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved