Perajin Tempe dan Tahu Mojokerto Bakal Mogok Produksi 3 Hari, Buntut Harga Kedelai Import Naik
Puluhan perajin tempe dan tahu di Kota/ Kabupaten Mojokerto ancam mogok produksi. Menyusul harga kedelai impor merangkak naik.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Puluhan perajin tempe dan tahu di Kota/ Kabupaten Mojokerto akan melakukan mogok produksi.
Ancaman mogok produksi tempe dan tahu ini menyusul harga kedelai impor merangkak naik.
Informasinya, kelompok perajin tempe dan tahu ini akan melakukan mogok massal selama tiga hari, mulai Jumat 1 Januari 2021 sampai Minggu (3/1/2021).
Baca juga: Pentupan Pendakian Gunung Semeru Diperpanjang Lagi, Mulai Hari Ini hingga 31 Maret 2021
Baca juga: Unggahan MYD di 2017 Jadi Sorotan, Ungkap Kerinduan, Tahun yang Sama Video Syur Gisel Dibuat
Mogok produksi secara massal ini dilatarbelakangi adanya kenaikan kedelai impor di pasaran dari harga Rp.7000 per kilogram yang kini naik menjadi Rp.9000 per kilogram.
Apalagi, kenaikan harga kedelai impor ini tidak diimbangi dengan harga produksi tempe dan tahu lantaran pengrajin sulit untuk menaikkan harga di pasaran.
Ketua Paguyuban Pengrajin Tempe dan Tahu Mojokerto, Naryo menjelaskan, pihaknya sudah mengupayakan untuk menaikan harga jual produksi tempe dan tahu dipasaran menyusul kenaikan bahan baku utama kedelai impor yang melonjak naik dari Rp.7.000 kini mencapai Rp.9.000 per kilogram
"Kami sudah mengupayakan menaikan harga tempe dan tahu mencapai 10 sampai 20 persen yang kenyataannya sulit diterapkan di pasaran karena umumnya kami menjual pada pedagang di pasar-pasar tradisional," ungkapnya, Rabu (30/12/2020).
Baca juga: Tak Pacaran, Gisel Sengaja Undang MYD, Ada Transfer Setelahnya dan Kirim-kiriman Video Syur Lewat HP
Baca juga: Jumlah Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, Pemkab Gresik Tunda Pembelajaran Tatap Muka
Dia mengatakan kelompok pengrajin tempe dan tahu menyadari kondisi pandemi virus Corona ( Covid-19 ) berdampak terhadap seluruh sektor secara global, termasuk mempengaruhi harga bahan baku kedelai impor.
"Kami minta kebijakan Pemerintah Pusat agar tidak menaikkan harga kedelai sampai 25 persen karena semakin memberatkan usaha," ucap Naryo pengrajin tempe asal Kota Mojokerto ini.
Menurut dia, aksi mogok massal produksi adalah bagian dari gerakan perajin tempe dan tahu anggota KOPTI atau GAKOPTINDO (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) di seluruh Indonesia.
Mogok produksi ini juga telah dibahas dalam rapat oleh pengurus dan pengawas Gakoptindo yang dihadiri lebih 70 persen Puskopti di seluruh Nusantara, pada Senin (28/12/2020).
"Kita di Mojokerto juga mendukung aksi mogok produksi karena bertujuan kompak dengan kenaikan harga tempe dan tahu," terangnya.
Paryono (50), seorang pengrajin tempe asal Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto mengaku kenaikan harga kedelai impor seakaan menambah beban berat bagi usahanya.
Sebab, kedelai impor merupakan bahan baku utama membuat tempe dan tahu.
"Kita menjual tempe asli kedelai dan tanpa campuran jagung serta singkong sehingga kalaiu harga kedelai naik secara otomatis menambah biaya produksi. Harapannya harga kedelai impor turun," tandasnya.
Penulis: Mohammad Romadoni
Editor: Heftys Suud