Ukuran Tempe di Kota Kediri Diperkecil, Imbas Harga Kedelai Impor Naik, Perajin: Mau Bagaimana Lagi
Para perajin tempe di Kota Madiun mengeluhkan harga kedelai impor naik terus dalam beberapa pekan terakhir. Terpaksa perkecil ukuran.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Hefty Suud
Reporter: Rahadian Bagus | Editor: Heftys Suud
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Para pembuat tempe di Kota Madiun mengeluhkan harga kedelai impor naik terus dalam beberapa pekan terakhir.
Seorang perajin tempe bahkan harus merelakan jual hewan ternaknya untuk menambah biaya produksi.
Dampak naiknya harga bahan baku utama dan biaya produksi, memaksa perajin mengurangi ukuran tempe.
Seorang perajin tempe di sentra tempe Kelurahan Kelun, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun bernama Tini (57), mengatakan, harga kedelai saat ini mencapai Rp7500 hingga Rp 7900 per kilogram. Naiknya harga kedelai sudah terjadi setidaknya sekitar satu bulan terakhir.
Baca juga: Wanita Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Kereta Api di Rel Bawah JPO Ahmad Yani Surabaya
Baca juga: Perhatikan Langkah Mengikuti PCR Saliva Based Testing, Wajib Puasa dan Bisa Dilakukan Sendiri
"Harga (kedelai) naik terus. Ya berat, tapi mau bagaimana lagi. Kita harus tetap produksi, harus tetap jualan," kata Tini, Selasa (2/1/2021).
Tini mengatakan, tidak hanya harga kedelai saja yang naik, harga kertas bungkus tempe juga ikut naik. Biasanya sekilo kertas bekas hanya Rp 3000 perkilo, namun kini naik menjadi Rp 4000 sekilo.
Sementara harga daun kunyit yang fungsinya sebagai lapisan dalam pembungkus tempe, mencapai sepuluh ribu rupiah per ikat.
"Bahan baku naik, ongkos produksi juga naik, tapi kami gak bisa menaikkan harga jual tempe, takut gak laku," kata Tini.
Tini mengaku, tidak menaikkan harga tempe produksinya meski harga kedelai impor terus naik. Ia mengakali dengan mengurangi ukuran tempenya agar tetap bisa meneruskan usaha yang sudah lama ditekuninya.
Baca juga: Penghasilan Tak Mencukupi dan Istrinya Hamil Tua, Pria di Tulungagung Nekat Edarkan Sabu-sabu
Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Jalanan di Kota Kediri Digenangi Air, Sejumlah Motor yang Nekat Menerobos Mogok
Senada juga dikatakan perajin tempe bernama Pono (55). Ia juga mengeluhkan harga kedelai impor yang semakin mahal.
Pono mengaku, harus mengurangi jumlah produksi. Jika biasanya sehari ia memproduksi 50 kg kedelai, kini ia mengurangi menjadi 25 kg per produksi.
"Sebelum Corona, setiap hari produksi 50 kilogram. Setelah Corona ini hanya 25 kilogram kedelai saja," kata Pono.
Sama seperti Tini, Pono juga menyiasati ukuran tempe buatannya, agar tetap mendapatkan keuntungan.