Buah Apel Diserang Mata Ayam, Petani Tak Untung, Tapi Tetap Pertahankan Ikon Kota Batu
Buah apel diserang 'pandemi' mata ayam, petani pun tak untung, tapi pilih tetap pertahankan ikon Kota Batu.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
Hal senada juga dikatakan Hadi Utomo, petani apel asal Tulungrejo, Kota Batu.
Ia mengaku belum memiliki rencana untuk berpindah menanam buah lainnya. Utomo sekuat tenaga mempertahankan lahan apel yang ia kelola.
• Dinas PU SDA Ungkap 2 Sungai Kabupaten Malang yang Paling Rawan Diterjang Bencana Hidrometeorologi
• Satpol PP Kota Malang Imbau Masyarakat Tak Bongkar Segel Larangan Duduk di Bangku Taman
Utomo memiliki lahan apel seluas 3000 meter persegi. Di dalamnya, ada sekitar 300-an pohon apel.
Diakuinya, ia mengalami kerugian saat ini. Terutama ketika wabah mata ayam menyerang dalam tiga tahun belakangan ini.
“Mata ayam menyerang sejak tiga tahunan ini, sebelumnya kondisinya tidak separah ini,” paparnya.
Utomo sudah melakukan penyemprotan untuk menghindarkan mata ayam dari buah apelnya.
Nyatanya, mata ayam tetap menyerang.
Saat TribunJatim.com datang ke ladang milik Utomo bersama Kepala Dinas Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono, banyak buah apel yang dipetik lalu dibenamkan.
Buah apel yang dipetik tersebut diserang mata ayam. Ada bintik hitam di buah apel, beberapa di antaranya membuat buah membusuk. Di sisi lain, Utomo mengatakan mengeluarkan biaya untuk menjaga buahnya tetap baik. Hanya saja ia tidak tahu berapa total biaya yang dikeluarkan.
“Biaya yang dikeluarkan tidak tentu, kalau di musim penghujan banyak. Sulit untuk menjumlahkan,” kata Utomo.
• Perumda Tirta Kanjuruhan Akan Perluas Pelayanan dengan Manfaatkan Sumber Air di Malang Selatan
• Gubernur Khofifah Tinjau Banjir di Jombang, Sebut Penyebabnya Sedimentasi dan Sampah di Kali Konto
Ia memberi bahan kimia untuk yang disemprotkan seharga Rp 100 ribu per drum. Hampir setiap waktu ia melakukan penyemprotan. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah hujan yang selalu turun hampir sepanjang hari.
“Selama tiga tahun ini rugi kalau di musim hujan. Kalau di musim kemarau untung, untungnya ya lihat buahnya. Kalau buahnya banyak, ya banyak,” ujarnya.
Dikatakannya, dalam kondisi bagus, lahannya bisa menghasilkan 6 ton hingga 7 ton buah. Namun saat ini hanya bisa menghasilkan 3 ton hingga 4 ton saja.
“Kalau penghujan begini ya 3 ton sampai 4 ton sudah bagus,” paparnya.