Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona

Wabup Nganjuk Positif Covid-19 Padahal Sudah Vaksinasi, Ini Penjelasan Prof dr Chairul Anwar Nidom

Wabup Nganjuk Marhaen Djumadi terkonfirmasi positif virus Corona padahal sudah vaksinasi Sinovac. Begini penjelasan Prof dr Chairul Anwar Nidom.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Hefty Suud
KOLASE ISTIMEWA-AP/Peter Hamlin
ILUSTRASI - Hasil cek laboratorium uji titer yang dilakukan di Professor Nidom Foundation, terkait vaksinasi Covid-19. 

Reporter: Sulvi Sofiana  | Editor: Heftys Suud

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wakil Bupati (Wabup) Nganjuk Marhaen Djumadi terkonfirmasi positif virus Corona ( Covid-19 ), padahal dirinya telah mendapat dosis kedua vaksin Covid-19 Sinovac pada Rabu (10/2/2021).

Melihat hal ini, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom mengungkapkan jika ada dua kemungkinan penyebab Marhaen terinfeksi. 

Pertama, tidak ada antibody yang protektif atau mutasi Covid-19. Pasalnya jumlah antibody atau titer setiap individu berbeda setelah mendapat vaksin.

Baca juga: RSUD dr Iskak Membuka Lowongan, Pemohon SKCK di Polres Tulungagung Membeludak

Baca juga: Pria Pamekasan Hancurkan Pintu Rumah Mantan Majikan Pakai Linggis, Gondol Emas Puluhan Juta Rupiah

"Jadi setelah vaksin pertama bisa dicek di lab apakah antibody sudah terbentuk dengan jumlah sudah cukup untuk proteksi," urai Prof Nidom, Sabtu (20/2/2020).

Pasalnya sejak penyuntikan dosis pertama, antibody bisa terbentuk. Sementara penyuntikan dosis kedua sebagai booster untuk meningkatkan jumlah antibody dalam tubuh untuk melawan virus.

Prof Nidom mengungkapkan telah melakukan pengujian pada individu yang sudah di vaksin untuk melihat titer dan antibody yang protektif. Dan hasilnya menunjukkan jumlah yang bervariasi.

"Yang diharapkan, tentunya ada antibodi yang protektif setelah vaksin. Jika sudah ada antibodi yang protektif tapi masih terinfeksi, maka kemungkinan besar bahwa virusnya sudah mutasi. Sehingga pemeriksaan jenis virus juga harus dilakukan pada Wabup," Prof Nidom menjelaskan.

Baca juga: Tertawa Jennifer Jill Pesta Valentine sebelum Ditangkap, Kayak Kuburan, Ajun Perwira Kini Syok

Baca juga: Promo KFC Hari Ini, KFC Big Deal Mulai Rp 54.545, Nikmati Menu Baru KFC Grilled Soy Sauce Chicken!

Kedua, meskipun antibody terbentuk setelah divaksin, belum tentu antibody tersebut bisa melawan virus yang sudah bermutasi.

Ia mencontohkan sifat antibody yang terbentuk dari vaksin tidak bisa membuat reaksi silang. 

Jadi, vaksin untuk melawan virus A maka tidak bisa melawan virus A+1 . 

Untuk itu, dengan mencanangkan vaksinasi maka juga harus menjamin antibody terbentuk. Hal ini bisa dilakukan dengan pengecekan laboratorium saat akan vaksinasi tahap kedua.

"Target pemerintah sejauh ini hanya menyuntik, bukan memantau apakah antibody sudah terbentuk. Jadi yang sudah vaksin harus tahu antibodynya berapa, jadi misal sebulan lagi antibodynya turun harus minta vaksinasi lagi," urainya.

Selain itu, ia menegaskan vaksin bukan satu-satunya intervensi untuk menekan kejadian Covid-19

Intervensi non medis juga harus tetap dilakukan dengan meningkatkan kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan yaitu dengan menjalankan 5M.

"Intervensi medis maupun non medis merupakan bagian penting yang harus dilakukan secara terukur untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia,"pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved