Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gus Baha Ziarah Wali di Jawa Timur Bersama Keluarga, Berkahnya Malas

Pengajian KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha sudah banyak tersebar di sosial media Whatsapp, Facebook, Twitter, Youtube, Google, dan radio.

Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Foto Dokumen Cak Muhaimin
Gus Baha dan keluarga besar saat ziarah ke Wali-wali Jawa Timur 

"Barokahnya pemalas, ngantor baca koran, ngantor ngerumpi. Sehingga yang bagian menangani nuklir ini tidak pintar-pintar banget. Bahaya kalau pintar banget, efeknya luar biasa," jelas Pengasuh Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini.

Baca juga: Gus Baha : Sikapi Orang Mati Karena Oplosan dan Bunuh Diri, Wajibkah Dishalati

Baca juga: Gus Baha : Tidak Mampu Berhaji, Kasi Uang Orang Yang Berhaji, Ini Alasannya

Baca juga: Keinginan Terakhir Rina Gunawan sebelum Meninggal Dunia, Tangis Pilu, Rela Jadi Sehat: Penginnya

Gus Baha juga menerangkan kepada penanya dalam acara tersebut, terkait dengan pertanyaan mengenai ilmu itu membingungkan.
"Agama itu mengatur, mengatur yang halal ya biar halal. Yang baik ya biar baik," jelasnya.

Ia memberikan contoh, bahwa ada orang ke Mars atau ke Bulan. Ini pintar dalam konteks menjelajah alam. Tapi apabila ini dilakukan ketika rakyat mereka dalam kondisi kelaparan, dan menghabiskan biaya untuk pergi ke Bulan.

“Itu namanya bodoh apa pintar,” papar Gus Baha selaku Penngasuh dan sekaligus impinan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah ini.

"Membiarkan masyarakat kelaparan, tapi menggunakan anggaran untuk naik ke Bulan. Mereka bertujuan untuk mengetahui Bulan. Ini termasuk hal bodoh atau tidak? Saya juga bingung," kata Gus Baha sambil berkelakar.

“Malas itu masuk daftar hitamnya nabi. Makanya sampai di-isti’adzahi. Mohon perlindungan agar dijaga dari sifat malas. Allahumma inni ‘audzubika minal ‘ajzi wal kasal. Aku berlindung kepada Allah dari sifat lemah dan malas,” kata Gus Baha.

Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA Narukan, Kragan, Rembang ini, memberikan resep rahasia sukses dalam bisnis apa pun.

“Coro wong kuno esuk-esuk lungo nang pasar, selak rejekine dipangan pitik (Kata orang kuno dulu, pagi-pagi cepat pergi ke pasar, nanti rejekinya kedahuluan dimakan ayam),” kata Kiai yang videonya viral ini.

Ulama yang menggemari baju putih di setiap ceramahnya ini memaksudkan pengibaratannya itu seperti ini: Kalau kita malas menguasai pasar, maka pasar sudah kedahuluan dikuasai yang lain.

“Sekarang sudah kelihatan ratusan bahkan ribuan triliun dikuasai oleh pengusaha Tionghoa. Orang Islam jadi kaum buruh, kaum pengemis,” katanya.

Persis seperti yang dilakukan kepada pengusaha Tionghoa.

“Setelah ekonominya kalah. Ramai-ramai bilang revolusi antiChina. Tak perlu revolusi, kalau kita rajin, tidak malas, kita pasti bisa,” katanya.

Apa yang perlu dilakukan, imbuh Gus Baha? “Buang jauh sifat malas. Bikin sentra-sentra poduksi di kampung-kampung. Dulu kita bikin minyak kelapa sendiri. Bikin sentra kopra sendiri. Lah, sekarang kita kok malas marut kelapa. Akibatnya, ya kita tergantung dengan industri minyak yang dikuasai pengusaha Tionghoa. Begitu juga tepungnnya. Dulu, ketika kita mau bikin tepung, ndeplok (menumbuk) sendiri dari beras. Lha sekarang malas, ya tepungnya dikuasai pengusaha Tionghoa. Mau bikin pisang goreng atau jajanan apa pun, tepungnya beli,” papar Gus Baha mengingatkan penyakit malas ini.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved