Kilas Balik
Soekarno Takut Bukan Main Istana Dikepung Pasukan Liar Jelang Supersemar Lahir, Soeharto di Mana?
Itu adalah lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang menjadi momentum peralihan kekuasaan Presiden pertama RI, Soekarno, ke Soeharto
Kekuatan Soeharto di mata mahasiswa saat itu terbilang kuat pasca-peristiwa penumpasan pelaku G30S.
Soeharto dianggap sebagai pahlawan sehingga segala perkataannya didengar kala itu.
• 5 Fakta Misteri Supersemar, Naskah Asli yang Menghilang hingga Jadi Awal Peralihan Kepemimpinan
Di sisi lain, wibawa Soekarno kian tergerus pasca-peristiwa G30S.
Apalagi, tuntutan mahasiswa agar Soekarno segera membubarkan PKI tidak juga digubris.
Soekarno meyakini ada oknum yang keblinger di PKI hingga akhirnya membuat sejumlah jendera TNI Angkatan Darat terbunuh pada peristiwa G30S.
Namun, peristiwa itu bukan berarti harus membubarkan organisasi.
• Kisah Soeharto Bubarkan PKI Pasca Pemberontakan G30S/PKI, Tak Ada di Supersemar
Setelah keberadaan pasukan liar yang menyamar di antara mahasiswa diketahui, Presiden Soekarno meninggalkan Jakarta menuju ke Istana Bogor menggunakan helikopter.
Tiga jenderal AD, yakni Brigen Amir Mahmud, Brigjen M Yusuf, dan Mayjen Basuki Rahmat, menghadap Presiden Soeharto di kediamannya dan menceritakan soal situasi terakhir.
Dari hasil pertemuan itu, Soeharto mengatakan kepada tiga jenderal itu bahwa dirinya bersedia mengatasi keadaan jika sudah ada surat perintah resmi.
Tiga jenderal itu pun mendapat tugas untuk segera mendapatkan surat mandat dari Soekarno yang kemudian dikenal sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Supersemar ditandatangani Presiden Soekarno di hadapan tiga jenderal itu disaksikan oleh seorang ajudannya, Soekardjo Wilardjito.
Banyak versi menyebutkan situasi saat penandatanganan itu terjadi.