Dam Cluwok, Dam Tertua di Tulungagung Disulap Menjadi Monumen Pengairan
Dam Cluwok di Desa Bono, Kecamatan Boyolangu akan disulap menjadi monumen pengairan.
Penulis: David Yohanes | Editor: Ndaru Wijayanto
“Memeringati Hari Air Sedunia, kami akan jadikan Dam Cluwok menjadi monumen. Monumen ini mengingatkan bahwa Tulungagung pada masa dulu merupakan daerah rawa yang sering dilanda banjir,” sambung Maryoto.
Seiring berfungsinya Parit Agung dan Terowongan Niyama, Dam Cluwok tidak lagi difungsikan.
Apalagi di sisi utara juga dibangun Dam Majan, yang dulu disebut Tulungagung gate.
Dam Cluwok yang tertutup tanah sedalam 7 meter akan digali sehingga tampak bentuk aslinya, namun tidak akan difungsikan lagi.
Dulunya Dam Cluwok menjadi titik pertemuan air dari wilayah Penunungan Wilis di barat laut, dengan air dari pegunungan di timur.
“Dam Cluwok mempunyai nilai historis (sejarah) yang tinggi, karena di sinilah pertama kali dibangun sistem pengendalian banjir di Tulungagung,”katanya.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Tulungagung, Anang Pratistianto mengatakan, pihaknya akan melakukan penggalian Dam Cluwok.
Untuk tahap pertama, telah tergali sedalam tiga meter.
Selanjutnya akan digali sekita empat meter, sehingga seluruh bagian dam akan kelihatan.
“Kami gali seluruhnya sampai semua bagian pintu air bisa di kelihatan,” ujar Anang.
Dam kuno ini memiliki 14 pintu, dengan bangunan utama dari beton setebal 40 centimeter.
Meski lama terpendam, bangunan dam masih terlihat kokoh.
Dam diharapkan bisa menjadi pengingat kepada generasi penerus, bahwa pernah ada sistem pengendali banjir yang canggih di masa lalu.