Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

'Agar Tak Menderita' Kesaksian Dokter Taruh Titik Tembak ke Freddy Terpidana Mati, Anak Ungkap Pesan

Cerita detik-detik eksekusi mati Freddy Budiman diceritakan ahli Forensik dr. Sumy Hastry Purwanti atau akrab disapa dr Hastry.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA dan TribunJatim.com/Ahmad Zaimul Haq
Freddy Budiman, gembong narkoba yang dieksekusi mati di tahun 2016. Dokter forensik kuak kesaksian. 

Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi

TRIBUNJATIM.COM - Inilah cerita eksekusi mati gembong narkoba Freddy Budiman.

Cerita detik-detik eksekusi mati Freddy Budiman diceritakan ahli Forensik dr Sumy Hastry Purwanti atau akrab disapa dr Hastry.

Kesaksian dr Hastry soal eksekusi mati Freddy Budiman membuat bergidik.

Sementara itu, anak Freddy Budiman baru-baru ini mengungkap pesan terakhir ayahnya.

Baca juga: Dokter Forensik Tak Tahu akan Otopsi Teroris Noordin Top, Rahasia, Merinding Temukan Fakta: Hancur

dr Hastry bercerita kepada Denny Darko.

Dalam video di channel YouTube Denny Darko, dr Hastry memulai kisahnya.

dr Hastry mengatakan, ia pertama kali masuk tim eksekusi mati di Nusakambangan pada tahun 2008.

Dimana, ia menjadi tim eksekusi mati pelaku Bom Bali.

Terakhir pada tahun 2016, dokter Hastry ikut dalam tim eksekusi mati Freddy Budiman.

Baca juga: Rupanya Benar Kesaksian Dokter Otopsi Teroris Noordin Top yang Ledakkan Diri, Bergidik Lihat Wajah

Freddy Budiman adalah gembong narkoba kelas kakap yang dieksekusi mati di LP Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada 29 Juli 2016.

Freddy Budiman bahkan dikenal sebagai bandar narkoba di Indonesia dengan jaringan internasional.

dr Hastry menceritakan tim eksekusi mati harus menjalani latihan sebelum melaksanakan tugasnya.

Latihan tersebut dilakukan bersama tim Brimob.

"Bagaimana mereka mau dieksekusi, persiapannya, pakaikan baju, diikat lalu ditaruh di tiang," kata dr Hastry kepada Denny Darko, dikutip TribunJatim.com dari TribunJakarta, Selasa (23/3/2021).

Baca juga: Istri Tak Bisa Buat Bergairah, Abah Lampiaskan Hasrat ke Anak Kecil, Gak Bangun, Sungai Saksi Bisu

dr Hastry menceritakan dirinya bertugas menaruh titik tembak berwarna hitam yang ditempel di baju putih terpidana.

Sebab, waktu eksekusi mati dilakukan pada malam hari.

Kepala terpidana juga ditutup.

"(titik tembak) posisi jantung. Kita mencari tepat di jantung agar tidak menderita lama," imbuh dr Hastry.

Sehari sebelum eksekusi mati, tim forensik akan memeriksa keadaan terpidana dalam keadaan sehat dan tidak luka.

Bagi umat Islam akan didampingin Ustaz dan Nasrani oleh Pendeta.

"Ada pendekatan supaya mereka siap," katanya.

Baca juga: Suasana Mencekam di Nusakambangan saat Eksekusi Mati, Dokter Hastry: Yang Tak Tampak Ikut Nonton

Pengecekan kondisi kesehatan, kata dr Hastry, dilakukan agar saat terpidana dikembalikan ke keluarga tidak ada luka lain selain luka tembak.

"Kita menyiapkan tempat misalnya meninggal setelah dieksekusi sudah disiapkan tempat, meja, kafan. Ada yang minta dikafani atau peti, pakaian semua disiapkan. Saat latihan tidak melibatkan narapidana," kata dokter Hastry.

Perilaku terpidana jelang detik-detik dieksekusi mati juga berbeda-beda.

dr Hastry menyebutkan ada narapidana yang tidak tenang dan kooperatif.

"Ada yang ikhlas, baik, dzikir termasuk Freddy Budiman," kata dr Hatry.

Sedangkan pemilihan waktu malam untuk eksekusi mati, dr Hatry memberikan jawabannya.

"Tidak ada penentuan waktu di UU. Namun di pulai dicari yang aman dan langsung segera dipulasari dan dibawa paginya. Di Nusakambangan juga ada perkampungan warga," tuturnya.

Pesan Terakhir Freddy Budiman

Terungkap Freddy Budiman diketahui sempat memberikan pesan terakhir Freddy Budiman kepada anaknya, Fikri.

Fikri sempat menemui sang ayah di LP Nusakambangan beberapa jam sebelum Freddy dieksekusi mati.

Kesaksian detik-detik eksekusi mati Freddy tersebut disampaikan Fikri melalui tayangan video bersama Gritte Agatha di Youtube Gritte. Video tersebut ditayangkan pada 17 Maret 2021.

Sebelum berpisah dengan anaknya, Freddy berpesan kepada Fikri untuk menjaga adik-adiknya dan tidak boleh menangis.

Menurut Fikri, sang ayah selalu meyakinkan dirinya bahwa dia adalah anak yang kuat.

"Papa pegang pipi aku dua-duanya, papa bilang, "Papa pergi ya, tolong jaga adik-adiknya. Kamu bisa jadi orang yang sukses, karena papa tahu kamu orang yang kuat. Ingat pesan papa, setelah keluar dari sini, enggak ada kesedihan lagi"," ujar Fikri, dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.

Baca juga: Ibu Teriak Anak Penggal Ayah Kandung, Kepala Diarak Keliling Kampung, Diduga Tak Dapat Restu Nikah

Fikri mengaku momen perpisahan antara dia dan Freddy adalah momen terpahit yang harus dihadapinya.

Dia bahkan sempat memeluk sang ayah sebelum diperintahkan untuk keluar dari LP Nusakambangan.

"Waktu udah habis, benar-benar enggak bisa lagi ngulur waktu, ya udah akhirnya aku salim papa, aku cuma bilang "Aku enggak bisa kayak gini". (Papa jawab) "Dede bisa, pasti bisa"," ujar Fikri.

Ketika Fikri berjalan ke luar lapas, Freddy masih menyemangatinya.

"Aku melangkah dari jauh, momen tersakit aku sambil melihat muka dia (Freddy), dia masih mengepalkan tangan dan nyemangatin. Semakin deket pintu keluar, dia masih nyemangatin, hampir keluar aku teriak, "Aku sayang papa"," ujar Fikri.

Setelah keluar dari LP Nusakambangan, Fikri sempat merenung beberapa saat.

Namun, dia kembali teringat pesan sang ayah untuk tidak menangis dan bersedih.

Pesan itulah yang menjadikan Fikri menerima kenyataan bahwa sang ayah telah dieksekusi mati atas kasus narkoba.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved