Wawancara Ekslusif Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bahas Capres 2024 hingga Kolaborasi Jatim
Wawabcara ekslusif Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo oleh Pemimpin Redaksi Harian Surya, Tri Mulyono, Senin (5/4/2021).
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Hefty Suud
Ada banyak (faktor) sebenarnya. Ketika UMK di Jawa Timur relatif lebih tinggi, banyak juga kok yang investasi disini. Karena infrastruktur bagus. Pengalamannya juga bagus.
Nah, Jawa tengah kemudian menjadi area baru. Karena satu, yang saya dorong adalah layani masyarakat dengan mudah-murah-cepat. Dan, habisi pungli.
Sehingga nanti pada turunannya, bagaimana itu diaplikasikan ke dalam perizinan. Itu kedua.
Ketiga, lahan relatif masih bagus. Infratruktur juga makin bagus. Umpama, jalan bagus, kereta api bagus, bandara bagus. Mungkin kita yang masih kalah sama Jawa Timur itu pelabuhan. Maka, potensi itu ada. Jadi, upah itu salah satu saja. Ketika kemudian selebihnya kita bisa memelihara relasi, itu juga mungkin bisa jadi pilihan.
Pernah ada investor dari Amerika, saya tanya. Kenapa tertarik investasi di Jawa Tengah. Jawabannya, menarik. Because of you.
Ternyata dia cerita saya pernah dua kali, ketemu dia pada saat saya memaparkan terus ketika dia ada persoalan ternyata staf saya menelpon langsung. Ceritanya begitu. Jadi maintenance kepada customer itu menjadi bagian penting.
Maka di area yang masih ada, masih luas, kita bisa tata dan ada upah buruh kompetitif itu jalan. Yang terakhir, tentu kondusifitas.
- Soal kondusifitas, anda dikenal sangat pluralis. NKRI harga mati. Anda mengelola daerah yang sebetulnya keberagamannya sangat tinggi di Jawa tengah. Di bawah kepemimpinan jenengan, hampir tidak ada gesekan yang mencolok?
Ada sih gesekan-gesekan, memang tidak mencolok. Umpama Solo. Solo itu selalu menjadi cerita yang menarik. Kawan-kawan Bupati/Wali Kota keren-keren mengelolanya.
Sekarang menjadi kota yang empat kali berturut-turut sebagai kota paling toleran, Salatiga. Justru, karena plural mereka bisa toleran. Nah, terus kita dengungkan ini. Memang ada beberapa, istilah saya, residu politik.
Habis Pilkada, habis Pilpres, ada devided society. Saya bilang, sudah deh ini lima tahunan, kalau besok salaman gimana. Ini untuk Indonesia.
Coba pikirin yang nganggur berapa, bonus demografi, kita yang mengejar ketertinggalan. Apa kita tidak mengejar itu?. Nah, kemudian kita mulai tegas. Saat itu harapan kita, ayo kita jangan bertengkar. Lebih baik kita hadapi politik pangan, politik energi, kita merespon bonus demografi yang semuanya itu butuh. Kemiskinan juga masih tinggi. Makanya, saya dorong itu komunikasi lah untuk ngobrol.
- Anda dikenal sebagai pejabat yang membuat orang tidak takut untuk curhat. Itu butuh latihan atau gimana?
Wong saya sebelum jadi pejabat itu cah ndalan. Waktu mahasiswa ya demo. Terus nongkrong. Sampai sekarang nongkrong, itu hobi. Saya itu tidak mau tercerabut dari akar saya.
Saya membiasakan seperti itu. Maka kenapa, OPD saya minta untuk bermedsos semua. Itu wajib. Dan rata-rata centang biru. Artinya apa, dulu birokrasi diatas senengnya dilayani begitu dia bermedsos dia dipisuhi, di bully, itu uji nyali. Uji mental.