Sarang Burung Walet Akan Jadi Icon Ekspor RI ke Tiongkok, BBKP Surabaya Siap Beri Pendampingan
alai Besar Karantina Pertanian Surabaya (BBKP) Surabaya siap mendukung pengembangan ekspor Sarang Burung Walet (SBW) mengingat potensinya yang sangat
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Yoni Iskandar
Reporter : Fikri Firmansyah | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya (BBKP) Surabaya siap mendukung pengembangan ekspor Sarang Burung Walet (SBW) mengingat potensinya yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor dan meningkatkan penghasilan devisa suatu negara.
Di Jawa Timur sendiri, Kepala BBKP Surabaya, Musyaffak Fauzi mengatakan, nilai ekspor SBW asal Jawa Timur (Jatim) jika dirata-rata perbulan pada setiap tahunnya selalu meningkat.
"Di tahun 2019, dari total jika dirata-rata perbulannya nilai ekspor SBW mencapai 4,79 Miliar, sedangkan di 2020 sempat turun gegara ada pandemi tapi tidak drastis, yakni senilai 2,97 miliar," ujar Musyaffak, Rabu (7/4/21) di Surabaya.
Meski sempat mengalami penurunan di 2020, namun ditahun kedua kehadiran pandemi Covid-19 di Indonesia, kata dia , kinerja ekspor SBW sudah berangsur pulih kembali.
"Pada Januari 2021 nilai ekspor SBW Jatim tercatat mencapai 3,59 miliar," sambungnya.
Baca juga: Mal Pelayanan Publik di Gresik Resmi Diluncurkan, 133 Layanan di Satu Atap, Ada Balai Nikah
Baca juga: Ika Putri Dari Menyanyi Beralih Kelola Bisnis Mall dan Hotel
Baca juga: 11 Jam KPK di Kantor Utama PDAM Gresik, Dirut Risa: Hanya Memeriksa Kontraktor Rekanan dari Dewata
Ditanyai secara detail perihal total keseluruhan nilai ekspor SBW asal Jatim, Musyaffak mengatakan sebesar 5,75 Triliun pada 2019 dan disepanjang 2020 sebesar 3,56 Triliun.
Sedangkan di awal 2021 berdasarkan data dari Januari hingga sampai 9 Maret 2021 total telah mencapai 6,61 miliar.
Musyaffak menambahkan, dari jumlah total nilai ekspor SBW di 2019 itu sendiri berasal dari volume ekspor sebanyak 320,43 Ton.
Sedangkan disepanjang 2020 sebanyak 245,39 Ton.
Adapun untuk di awal 2021 berdasarkan data dari Januari hingga sampai 9 Maret 2021 sendiri mencapai sebanyak 51,3 Ton.
Musyaffak menambahkan, dari jumlah total nilai ekspor SBW di 2019 itu sendiri berasal dari volume ekspor sebanyak 320,43 Ton.
Sedangkan disepanjang 2020 sebanyak 245,39 Ton.
Adapun untuk di awal 2021 berdasarkan data dari Januari hingga sampai 9 Maret 2021 sendiri mencapai sebanyak 51,3 Ton.
Dikatakan pula oleh Musyaffak, untuk negara tujuan ekspor SBW di Jatim sendiri ada banyak, meliputi China dan Non China seperti Ukraina, Australia dll.
Meski ada yang tujuan negara non China, tetapi yang mengkonsumsi tetap etnis China.
Ia menceritakan, pihaknya pernah bertanya langsung kepada eksporti-eksportir yang melakukan ekspor ke Negara tujuan non China dan ternyata, meski bukan di negara China, tapi yang meminati SBW ini tetap orang etnis China di negara tersebut.
"Jadi misal saat SBW Jatim yang sudah tiba di Australia, kemudian orang yang membeli SBW kita untuk dikonsumsi ya orang etnis China yang ada di Negara Australia juga," jelasnya.
Bahkan, masih kata Musyaffak, etnis China sudah mengkonsumsi dan memilih SBW Indonesia sebagai yang favorit sejak jaman dahulu kala.
"Berdasarkan informasi terpercaya yang kami terima, SBW Indonesia telah menguasai pasar seluruh dunia sejak jaman kerajaan Majapahit dan ini karena orang etnis China di manapun berada selalu memilih SBW kita dibandingkan SBW lainnya," imbuhnya.
Kata dia, orang etnis China takut alias hal pantangan jika mengambil SBW ditempat negaranya sendiri.
"Alhasil mereka (etnis China) memilih untuk membelinya dari kita, selain dirasa nikmat mereka juga menilai SBW kita produk unggulan," sambungnya.
Ditanyai alasan mengapa orang etnis China gemar mengkonsumsi SBW Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit, Musyaffak mengungkapkan karena berkaitan dengan kepercayaan atau sugesti yang mereka miliki.
"Bagi mereka, SBW kita ini mampu dan mujarab untuk obat awet muda dan masih banyak lainnya," paparnya kepada TribunJatim.com.
Adapun untuk negara tujuan China yang mendominasi ekspor SBW asal Jatim meliputi Tiongkok dan Hongkong.
Persentase Hongkong selalu menjadi yang terbesar, di 2020, kontribusinya mencapai 67,90 persen, sedangkan Tiongkok sebesar 20 persen,
Sementara itu, Koordinator Bidang Karantina Hewan BBKP Surabaya, Cicik Sri Sukarsih mengatakan melihat potensi ekonominya yang cukup baik itu, Karantina Pertanian di seluruh Indonesia termasuk pihaknya siap untuk memberikan pendampingan terhadap para eksportir SBW di Jatim.
"Calon eksportir dapat menghubungi unit pelaksana teknis Karantina Pertanian di seluruh Indonesia, sedangkan untuk di Jatim di kami (BBKP Surabaya). Jadi nanti fungsinya kami sebagai pendamping, tujuannya agar para eksportir SBW Jatim dapat memenuhi persyaratan sesuai Protokol Karantina Indonesia dengan Otoritas Karantina China," kata dia.
Dimana aturan dari Karantina China sendiri, kata Cicik adalah eksportir SBW harus teregistrasi dengan teknis otoritas karantina china 'General Administration Of Customs China (GACC) dan memiliki sertifikat ekspor sebagai eksportir terdaftar (ET-SBW).
Untuk diketahui, berdasarkan rilis yang diterima TribunJatim.com dari Kemendag, Tiongkok dipastikan akan mengimpor sarang burung walet dari Indonesia senilai 1,13 milar dollar AS, atau setara Rp 16,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per dollar AS).
Hal itu didapatkan setelah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi melakukan kunjungan ke Wuyi, Tiongkok, pada Jumat (2/4/2021) lalu.
Dalam kunjungan tersebut, Lutfi melakukan berbagai pertemuan, salah satunya dengan Menteri Perdagangan Tiongkok, Wang Wentao.
Lutfi mengatakan, salah satu poin utama yang dibahas dengan Wang ialah terkait peningkatakan kapasitas dagang antar kedua negara.
Pemerintah Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk meningkatkan nilai dagang antar kedua negara, dari 31 miliar dollar AS pada saat ini, menjadi 100 miliar dollar AS pada 2024.
Berita tentang Sarang Burung walet