Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Miris Sopir Truk Dipalak Preman, Speedometer dan Ban Serep Bisa Raib Bila Tolak Bayar Upeti

Begini kisah miris sopir truk dipalak preman harus rogoh kocek tambahan jika ingin perjalanan aman atau speedometer dan ban serep truk raib.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Mujib Anwar
TribunJatim.com/Sugiharto
Sejumlah kendaraan besar dan truk saat melintas di jalanan Kota Surabaya. 

Bak memakan buah simalakama. Yono mengaku, dilematis saat menghadapi ancaman pemalakan para preman selama perjalanan. 

Bila tak dikasih uang, keselamatan diri termasuk keamanan muatan barang di atas truknya, terancam. Tapi, jika dilayani terus-terusan, uang saku perjalanan miliknya bisa ludes, sebelum tiba di tempat tujuan.

"Kalau insiden pecah kaca. Itu dengan pungli. Si sopir enggak mau ngasih, ya itu dengan kekerasan," ungkapnya.

Setahu Yono, modus premanisme yang melancarkan aksi pemalakan di jalanan, adalah menawarkan jasa klaim pengamanan atau pengawalan perjalanan pada para sopir.

Biasanya, tarif yang diminta kisaran Rp50-100 ribu, bahkan bisa lebih. Kalau sopir enggan menuruti permintaan para preman itu, ungkap Yono, para sopir akan mengalami akibat.

Pertama, dijarah barang bawaan di dalam ruang kabin kemudi. Para preman akan menunggu para sopir lengah.

Entah berhenti di sebuah toko swalayan untuk beristirahat, atau mampir di rumah makan. Kemudian mereka akan mengambil barang berharga milik sopir di dalam mobil.

Kedua, speedometer, kendaraan akan dicuri. Dan ketiga, ban cadangan alias serep juga akan dicuri oleh para pemalak tersebut, sebagai konsekuensi dari tidak membayar pungutan yang diminta.

"Kalau insiden pecah kaca. Itu dengan pungli. Si sopir enggak mau ngasih, ya itu dengan kekerasan," jelasnya.

Jangan dikira menjadi sopir truk besar; trailer, memiliki gaji besar. Bila dikalkulasi, total uang ongkos perjalanan antar dan kirim muatan yang diterima sopir.

Kemudian dikurangi dengan biaya bahan bakar dan kebutuhan hidup selama diperjalanan, yang terkadang membutuhkan waktu berhari-hari. Uang sisanya yang menjadi omset sopir untuk dibawa pulang, hasilnya tak seberapa.

Bahkan, ungkap Yono, jumlah itu belum dipotong untuk pengeluaran insiden tak terduga. Seperti kerusakan kendaraan; ban bocor, dan karena dipalak oleh preman selama perjalanan.

"Bagaimana sopir mendapatkan hasil, pandai-pandai sopir tadi meminutes keuangan (sampai ke pembayaran pungli) nah gitu lho," katanya.

Yono menerangkan, sekali mengirim barang dari Sidoarjo ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dirinya hanya memperoleh ongkos Rp400 ribu.

Kemudian akan dipotong untuk bahan bakar solar Rp150 ribu, ongkos kuli Rp30 ribu, uang makan tiga kali beserta rokoknya Rp100 ribu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved