Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Kisah Bambang Irianto, Penggagas Glintung Go Green Malang, Ubah Kampung Kumuh Jadi Cantik dan Modern

Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green yang menggerakkan seluruh warganya untuk menghijaukan lingkungan sekitar sejak tahun 2012.

Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Elma Gloria Stevani
Dokumentasi Pribadi Bambang Irianto
Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green di Jalan Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, sekaligus peraih penghargaan Kalpataru tahun 2018. 

Reporter: Elma Gloria Stevani | Editor: Elma Gloria Stevani

TRIBUNJATIM.COM - Bambang Irianto (64) tak pernah letih menebarkan semangat untuk melakukan penghijauan.

Melihat kampung yang kumuh, langganan banjir dengan tingkat kriminalitas tinggi, kondisi kesehatan warganya yang memprihatinkan hingga sering dihampiri rentenir, Bambang Irianto justru berinisiatif dan menghijaukan kampung.

Paling tidak, sudah 9 tahun terakhir dia senantiasa menggerakkan warga untuk menanam pohon dan tumbuhan di kampung yang terletak di Jalan Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

“Saya dipilih menjadi RW pada akhir Desember 2012. Kampungnya kumuh, kriminalitasnya tinggi, langganan banjir, tingkat kesehatan warganya memprihatinkan, banyak yang stroke, penyakit generatif karena pola makan. Kemudian rata-rata warga kena rentenir. Saya dipilih jadi RW, dananya tidak ada. Satu-satunya prestasi RW 23 saat itu pernah meraih gelar juara lomba memandikan jenazah. Dari situ lah saya ingin membangun kampung saya karena saya lahir di situ,” kata  mantan Ketua RW 23, Kelurahan Purwantoro, Kota Malang itu, Kamis (12/08/2021).

Meskipun upayanya sempat tidak mendapat dukungan warga sekitar.

Namun, dia tetap konsisten untuk meyakinkan warganya membangun kampung Glinting Go Green.

Pria kelahiran Malang, 5 Mei 1957 ini berinisiatif menggerakkan seluruh warganya untuk  menghijaukan lingkungan sekitar sejak tahun 2012.

Alumnus Jurusan Pertanian Universitas Brawijaya itu juga menggunakan jabatannya sebagai Ketua RW untuk mengubah pola pikir masyarakat.

“Tapi memang tidak semua warga mau membangun kampungnya. Paling banyak rata-rata 10 persen.  Dari 10 persen itu lah saya bergerak. Setelah kita bergerak, kemudian kita membuat regulasi-regulasi aturan. Antara lain dalam peraturan kampung, bagi warga yang meminta layanan administrasi RW, kalau rumahnya tidak ada tanaman, saya tolak, untuk urusan apapun, mau kawin, melahirkan, mau pindah, mau mengurus sekolah, semua harus menanam di rumah masing-masing,” terang Alumnus SMA Cor Jeru Malang itu.

Bambang Irianto mencoba menyadarkan warga agar mengubah mind set dan wajah kampung sekaligus menyusun cita-cita bersama.

Sosialisasi dan imbauan juga terus dilakukan agar warga sekitar mau berinovasi.

“Saya susun program membangun kampong. Yang pertama yang saya lakukan adalah mengubah mind set warga, bahwa yang bisa mengubah wajah kampung adalah warga kampung itu sendiri. Yang kedua, saya berikan contoh yang gampang-gampang dan warga bisa melaksanakan. Kemudian, saya ajak semua warga membuat cita-cita kampung.

Jadi, kita harus punya mimpi. Saya mulai dari apa yang ada. Tidak ada dana. Semua dari barang bekas. Kita minta dari berbagai relasi. Kita minta bibit, minta pupuk, dari apa yang ada. Kalau tahapan itu kita lakukan, maka barulah ruh gotong royong mulai terbangun.

Setelah terbangun, kita bergerak. Akhirnya warga mulai bergerak swadaya. Setelah warga merasakan hasilnya, ternyata kampungnya menjadi sejuk, indah gotong royong terbangun, barulah mereka sadar,” ucap bapak tiga anak itu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved