Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Kisah Bambang Irianto, Penggagas Glintung Go Green Malang, Ubah Kampung Kumuh Jadi Cantik dan Modern

Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green yang menggerakkan seluruh warganya untuk menghijaukan lingkungan sekitar sejak tahun 2012.

Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Elma Gloria Stevani
Dokumentasi Pribadi Bambang Irianto
Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green di Jalan Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, sekaligus peraih penghargaan Kalpataru tahun 2018. 

Kedua, yakni membuat branding kampung dengan memilih apa yang akan ditonjolkan dari suatu kampung.

Tak hanya itu suatu kampung juga dapat dijadikan sebagai tempat hiburan yang menarik dan menjadi sumber makanan yang meningkatkan daya tahan tubuh warga sekitar.

Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green di Jalan Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, sekaligus peraih penghargaan Kalpataru tahun 2018.
Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green di Jalan Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, sekaligus peraih penghargaan Kalpataru tahun 2018. (Dokumentasi Pribadi Bambang Irianto)

Kemudian, stategi mempertahankan kampung Glintung Go Green yang terakhir, yakni mendirikan koperasi berbadan usaha, bahkan omzet koperasi sekarang sudah Rp 800 juta.

Bahkan, Glintung Go Green memberikan bantuan kepada para pelaku usaha kecil menengah mikro atau UMKM senilai Rp 453 juta.

“Pertama, satu program bisa berkelanjutan atau sustainable development goals, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, pertama program itu memang secara produktif, ekonomis, mempunya nilai keekonomian, karena di kampong banyak tanaman, program operfarming, dengan hidroponik dan sebagainya, maka di era pandemi Covid-19, ketahanan pangan relative terjaga.

Karena kampungnya bagus, indah, warga nggak perlu keluar ke mana-mana kalau nggak penting nongkorng di berbagai sudut kampong saja indah sambil selfie-selfie, stay at home lifestyle, tentu ini berkaitan dengan pandemic, menjaga jarak, mobilitas, kemudian dengan banyak mengonsumsi buah dan sayur kesehatan meningkat, daya tahan tubuh meningkat.

Kalau ada warga yang isoman, kita bisa berbagi sayur, kita jaga buah-buah dan sebagainya, kemudian itulah yang saya sebut kampong tangguh mandiri. Kampung tangguh mandiri itu kemudian sekarang direplikasi di berbagai daerah.

Yang terakhir, harus ada kelembagaan yang berbadan hokum, karena RT dan RW masa jabatan terbatas. Nah, lembaga ini yang saya bangun dengan koperasi Glintung Go Green. Alhamudillah, omzetnya koperasi sudah hamper 800 juta. Tahun lalu koperasi Glintung Go Green memberikan bantuan usaha kecil mikro di kampong senilai Rp 453 juta. Sehingga UKM di Kampung bisa bergerak,” ungkap Bambang Irianto.

Sebelum pandemi Covid-19, omzet yang diraih Glintung Go Green selama menjadi kampung wisata edukasi mencapai Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan.

Namun, setelah pandemic, Glintung Go Green lebih memilih memanen tanaman untuk kebutuhan warga menjaga kesehatan.

Kini, kesadaran warga semakin terbangun. Mereka membuat vertical garden, Bank Sampah, koperasi berbadan hukum, lubang biopori, hingga membentuk kader-kader lingkungan.

Perubahan pun dirasakan semua warga yang tinggal di sana.

 “Kami sudah punya Bank Sampah di Glintung Go Green bernama Bank Sampah dewandaru.

Pada saat saya menjadi RW, bank sampah itu menjadi Bank Sampah potensial di Kota Malang. Kalau tidak salah kami berada di urutan ke-2. Pemilahan sampah dilakukan di tingkat rumah tangga, sampah-sampah dipilah, kemudian disetorkan ke bank sampah. Warga juga mendapatkan buku tabungan. Pada saat Idul Fitri, tabungannya dibagikan untuk kebutuhan Idul Fitri.

Sampah-sampah kering dipilah dan disetorkan ke bank sampah. Sampah-sampah kering tertentu didaur ulang hingga dibuat berbagai macam handycraft, dibuat handmade dan lain-lain,” jelasnya.

Banjir tidak lagi datang. Biopori  terbukti mampu mengamankan warga dari banjir yang dulu merupakan langganan. Bonusnya, usaha warga pun berkembang terkait wisata, urban farming dan pembuatan produk.

Kejayaan koperasi membuat warga lepas dari jerat rentenir.

“Pun kami punya biopori yang banyak. Biopori-biopori super jumbo inilah yang kita isi sampah basah, nanti akan menjadi kompos. Daya serap biopori 40 kali lipat dan ada komposter. Pembuat sampah untuk menjadi kompos dengan proses composting. Tentu di tempat saya bukan terlalu ideal di dalam menangani sampah. Ada kampung-kampung specialis, ikonnya, temanya di dunia sampah. Sampah bisa dibuat margot untuk makanan perikanan dan lain-lain. Kemudian, energy biogas, energi yang dihasilkan dari limbah organik.

Memang kampung tersebut konsentrasinya di persampahan. Kalau di tempat saya ( Glintung Go Green) secara holistic, semua ada tetapi tidak terlalu menonjol. Yang paling menonjol di Kampung Glintung Go Green adalah konservasi air. Glintung Go Green nama kampungnya, tetapi tematiknya, ikonnya sebenarnya konservasi air. Ternyata menurut berbagai kalangan termasuk dari perguruan tinggi, kampong konservasi air Glintung Go Green itu pertama di dunia. Oleh karena itu, Menteri Dalam Negeri meresmikan Glintung Go Green sebagai kampung konservasi air. Maka yang berkunjung, yang belajar dari dalam dan luar negeri,” sambung Bambang Irianto.

Setelah menumbuhkan Kampung Glintung Go Green, Bambang Irianto mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak sejak Desember 2012 di antaranya Piagam Penghargaan Kelurahan Bersih dan Lestari tingkat Pratama dari Provinsi Jawa Timur tahun 2016, Piagam Penghargaan sebagai Pegiat lingkungan Kota Malang tahun 2014 dari Walikota Malang, Juara 3 Lomba Kampung Bersinar tahun 2015, 15 besar dari 301 kota di dunia dalam Guangzhou International Award for Urban Innovation 2016, Terpilih menjadi ikon prestasi Indonesia tahun 2017 dari Presiden Republik Indonesia melalui Unit Kerja Presiden di bidang Pembinaan Ideologi Pancasila.

Selain itu, Penghargaan sebagai Pelestari Lingkungan Tingkat I Jawa Timur Kategori Pembina Lingkungan tahun 2017 dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Juara 1 Lomba antar juara kampung bersinar tahun 2018 dari Wali Kota Malang dan Penerima Penghargaan Kalpataru kategori Pembina Lingkungan tahun 2018 dari Presiden Republik Indonesia, serta .Penghargaan sebagai Kampung Proklim Kategori Utama Tingkat Nasional Tahun 2018 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan hingga Penghargaan di Taman Wisata Batu Putih, Tangkoko, Bitung, Sulawesi Tengah.

Generasi Penerus Glintung Go Green

Bambang Irianto mengatakan, Glintung Go Green membutuhkan atensi semua elemen masyarakat termasuk generasi penerus dalam membangun secara berkelanjutan.

Apalagi, kualitas lingkungan yang akan menentukan masa depan, karena akan berdampak pada kualitas hidup manusia, seperti ekonomi serta ketahanan pangan.

Sementara, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan lingkungan, di mana generasi muda saat ini sebagai penentu.

 “Di setiap kampung-kampung yang saya bina, ada sub materi yang saya berikan adalah aspek regenerasi. Yang pertama dari sumber daya manusia dari warga yang ada kita lakukan pelatihan-pelatihan. Ada ibu rumah tangga yang kita ajari sebagai guide yang bisa berbahasa inggris. Anak-anak muda kita dorong mempelajari, mendalami teknologi informasi dan masing-masing kita bagi peran. Pembagian peran itu sangat penting. Tidak boleh segala urusan diurusi satu atau dua orang saja. Dengan demikian, sebenarnya terjadi proses kaderisasi di kampung itu. Itu pun kadang-kadang masih sulit. Pada tahun ketiga, warga kampung Glintung Go Green masih tergantung saya.

Saya jadi guide di ujung kampong, ngajak warga keliling menjelaskan, presentasi juga saya.

Sehingga kalau itu berjalan begitu terus, pasti tidak akan berkelanjutan.

Sekali waktu ada tamu saya tinggal. Nah, dengan keadaan terpaksa itu, warga akhirnya memberanikan diri. Dari situ saya dorong terus, saya dorong, walaupun awalnya ya masih belum sempurna. Namun, rata-rata akhirnya mereka sudah tahu tugasnya. Tentang siapa yang menjadi guide sampai siapa yang presentasi dan paparan. Walaupun, saya di luar kota, Gintung Go Green tetap bisa berjalan. Itu cara saya membangun keberlanjutan regenerasi,” ungkapnya.

Menurut Bambang Irianto, generasi penerus sebagai pengelola Glintung Go Green dibekali pengetahuan, pendidikan, soft skill dan leadership (kepemimpinan).

Pembekalan yang diberikan Bambang Irianto itu lah yang akan melahirkan “Bambang-Bambang Baru” di seluruh Indonesia.

Ia juga menerangkan, bahwa branding Glintung Go Green dipublikasi oleh generasi penerus melalui media sosial seperti Facebook, Twitter atau Instagram.

“Untuk generasi muda, kalau pada awal membangun kampong itu banyak energy yang bersifat fisik, nyangkul, mengangkut barang ini, barang itu yang pokonya dibutuhkan tenaga dan otot. Nah, generasi milenial di bidang itu agak sulit.

Maka, saya tidak terlalu berharap pada awalnya. Memang dibutuhkan semua warga. Kalau hanya bermodal tenaga, hampir semua warga bisa lah tetapi begitu aspek-aspek infrastruktur kampong sudah bagus, tentu ada hal yang sifatnya kualitatif.

Misalnya, membuat konsep profil kampung, mempublikasikan before after kampung, kemudian mendokumentasikan.

Pemuda mereplikasikan. Itu semua diperlukan sumber daya manusia, otak, kecerdasan. Tentu di sinilah anak-anak muda bisa masuk dan itu di berbagai kampong, termasuk di kampung saya. Anak-anak muda biasanya aktif di tahap ini pada tahap publikasi dan replikasi. Itu mulai mengambil peran.

Cuman ini juga harus berhati-hati. Warga yang awal membangun kampong berjibaku dengan tenaganya pada saat kampung masuk tahap publikasi, tahap repilkasi diperlukan sumber daya manusia yang cukup, mereka biasanya tidak terakomodasi, kemudian karena dia tidak bisa teknologi informasi dan lain-lain, biasanya muncul merasa ditinggal. Nah, ini potensi-potensi konflik di kampung,” jelas Bambang Irianto.

 “Pertama konsep dan ilmu membangun kampong menjadi modal utama mereka, bagaimana supaya bisa berkelanjutan, pilar-pilar membangun kampung bisa berkelanjutan dan rata-rata, anak-anak muda yang terlibat, secara tidak sengaja, mereka mendapatkan soft skill yang sangat berguna bagi mereka, pada saat mereka masuk dunia kerja, sekarang dunia kerja tidak cukup hanya ijazah formal, tetapi soft skill.

Alhamdulillah anak-anak muda yang pernah terlibat di Glintung Go Green punya soft skill yang memadai dan di dunia kerja cukup membantu. Ini yang saya berikan kepada anak-anak muda dengan harapan bisa melanjutkan.

Sehingga, sekarang di berbagai daerah sering banyak yang mengistilahkan saya bentuk 'Bambang-Bambang baru' di Lumajang, di Tangerang. Mereka jadi narasumber di sekitarnya di sekitarnya, di kecamatannya, di kelurahannya, di kotanya.

Sehingga saya hanya memberikan guidance secara tutorial, ada grup-grup Whatsapp, Facebook. Saya memanage secara nasional. Insyaallah pada oktober 2021, kita akan membuat Jambore Nasional Kampung Tematik Indonesia,” lanjutnya.

Glintung Go Green membangun kesadaran sekolah dan perguruan tinggi.

Kampung Glintung Go Green menggali partisipasi seluruh warga sekolah dan mahasiswa untuk mengintegrasikan semua kegiatan-kegiatan bermuatan pelestarian lingkungan.

Tujuan dari program Glintung Go Green adalah membangun budaya sekolah dan kampus dengan lingkungan sehat dan terhindar dari dampak lingkungan tercemar.

“Beberapa kali kampung Glintung Go Green menjadi tempat bermain anak PAUD dan TK setiap hari sabtu. Sehingga kami punya TK, SD dan SMP binaan. Sekarang kami membina hampir 100 SD Adiwiyata se-Kota Malang, SMA Negeri 1 juga binaan, Perguruan Tinggi sudah MoU dengan Glintung Go Green.

Universitas Negeri Malang, Institut Tekonologi Nasional Malang, Universitas Widyagama Malang. Wonosari Go Green menjadi laboratorium lapangan. Pihak kampus juga memberikan informasi-informasi kemajuan dan teknologi.
Alhamdulillah, Glintung Go Green selalu mendapatkan asupan ilmu yang dinamis. Ilmu yang kami terima selalu ada updating baru dari perguruan tinggi.

Oleh karena itu, warga kampong tidak boleh hanya tergantung Pak Lurah, Pak Camat, Pak Bupati dan Pak Wali Kota. Kami harus membuka sayap berkolaborasi dengan perguruan tinggi, dengan media massa, TNI Polri, BUMN,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved