Berita Malang
Kisah Bambang Irianto, Penggagas Glintung Go Green Malang, Ubah Kampung Kumuh Jadi Cantik dan Modern
Bambang Irianto, Penggagas Kampung Glintung Go Green yang menggerakkan seluruh warganya untuk menghijaukan lingkungan sekitar sejak tahun 2012.
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Elma Gloria Stevani
Kampung tematik Glintung Go Green (3G) yang dulunya langganan banjir telah disulap menjadi kampung tematik yang indah, cantik, bahkan menjadi destinasi wisata rujukan.
Bambang Irianto menerima tamu-tamu dari dalam dan luar negeri untuk datang ke Glintung Go Green mempelajari bagaimana menjadikan kampung menjadi kampung tematik.
“Tentu ini suatu kebahagiaan bagi saya, apa yang saya kerjakan bisa menjadi ilmu bermanfaat bagi kampung-kampung di Tanah Air.
Siapapun yang ingin belajar, mulai dari masyarakat biasa, RT/RW dengan masyarakat tidak mampu di kampong saya itu gratis. Namun, kalau tamunya menggunakan anggaran negara, baik itu APBD, APBN atau dari BUMN, tentu berbayar sesuai dengan ketentuan dari Glintung Go Green. Kalau masyarakat biasa dan tidak mampu, saya gratiskan. Jadi, ada konsep subsidi silang. Demikian juga saya sering diundang oleh beberapa pemerintah daerah dari berbagai provinsi. Tentu mereka menggunakan APBD. Itu saya diberikan professional fee sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan.
Saat diundang ke luar kota, biasanya saya sempatkan mampir ke kampung-kampung. Saya bina di celah-celah waktu longgar. Itu gratis sehingga ada multifire effect-nya, resonansinya biar cepat,” tutur lelaki yang menikahi wanita bernama Erni Handayani itu.
Bahkan, tebersit di benak Bambang Irianto untuk membuat biopori.
Bambang Irianto memanfaatkan pendampingan dari Rektor Universitas Brawijaya Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Malang, Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Jawa Timur.
Dalam proses pendampingan itu terbuat 7 sumur resapan, 700 buah biopori standar, 200 biopori jumbo, dan 200 buah superjumbo setelah dilakukan penambahan secara swadaya menggunakan kaleng bekas cat ukuran 5 kilogram (jumbo) dan 25 kilogram (superjumbo).
Begitu pula dengan aneka tanaman hias yang dikembangkan oleh masyarakat. Keduanya berpadu secara simultan.
“Pertama asal tanam. Awalnya tanaman nggak karu-karuan di kampong itu. Yang penting tumbuhan dan tanaman menghasilkan oksigen.
Tahap berikutnya, belajar budidaya tanaman. Saya berkonsultasi ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, saya konsultasi ke Fakultas Pertanian Brawijaya, ke Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Jawa Timur. Di situlah, warga tahu berbagai macam teknik budidaya, ada berbagai agro inovasi, ada hidroponik, ada vertical farming, ada sky garden, flying garden, menanam dengan sistem kapiler, menanam dengan sistem navigasi dan lain-lain lalu warga bisa mengikuti dengan baik.
Dalam tahap ini, virus penghijauan terus bergerak maju. Satu tahap persoalan kampong terselesaikan. Kemudian, saya mengatasi soal banjir. Banjir tidak mungkin dihilangkan, tetapi kita kurangi dampak banjir. Saya konsultasi dengan Rektor Universitas Brawijaya Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri. Saya diajari bagaimana membuat biopori, bagaimana membuat sumur resapan. Kemudian, saya juga dibantu membuat sumur dan biopori, kemudian banyak kalangan yang tertarik, maka di kampong saya ada 700 biopori standart dari paralon, ada 200 biopori jumbo dari kaleng cat bekas, ada biopori super jumbo dari kaleng cat bekas 2,5 kg, ada 7 sumur resapan, parit resapan, bak control resapan,” ucapnya.
Pada tahun ketiga, permukaan air di sumur gali milik warga ternyata naik—yang sebagai dampak dari kegiatan penghijauan. Pun dengan suhu udara di tengah kampung menjadi lebih sejuk pada siang hari.
“Program ini saya namakan Gerakan Menabung Air (Gemar). Tiga tahun berjalan sumur-sumur warga naik 5 meter, siang hari air bawah tanah menguap, kelembaban udara di lorong kampong semakin baik untuk kesehatan, suhu udara di kampong turun, global warming turun.
Nah, gerakan menabung air ini, water banking. Pada Oktober 2016, terpilih menjadi salah satu inovasi tingkat dunia dalam ajang Guangzhou International World Open Inovation 2017,” papar Pria yang pernah merintis dan menjabat sebagai Jawa Timur Park di Kota Batu itu.