Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Batu

Perum Jasa Tirta I: Kawasan Glagah Wangi Kota Batu Menyimpan Potensi Bencana Banjir Bandang

Perum Jasa Tirta I selesai memetakan kawasan hulu. Raymond Valiant mengatakan, kawasan Glagah Wangi Kota Batu menyimpan potensi banjir bandang.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Benni Indo
Direktur Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan mengatakan, masih ada alur pematus lain yang berpotensi terjadi banjir bandang di Kota Batu, Kamis (11/11/2021). 

Dari data yang pernah diolah PJT I sekitar empat tahun lalu, pada kemarau, luas tutupan hutan di kawasan hulu Kota Batu berkisar 19 persen hingga 25 persen. Idealnya lebih dari 30 persen. PJT I belum memiliki peta delineasi untuk kepemilikan lahan, PJT I hanya menghitung luas daerah tangkapan Brantas, mulai hulu sampai ke titik di perbatasan Kota Malang.

"Kalau menghadapi kebencanaan, kata kuncinya kewaspadaan," ungkapnya.

Perusahaan Umum Kehutanan Negara Indonesia (Perhutani) melalui Administratur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Malang, Candra Musi mengatakan, tidak ada peralihan fungsi, melainkan penggarapan lahan.

"Jadi begini di dalam peraturan UU, yang dimaksud dengan alih fungsi lahan itu adalah perubahan fungsi hutan dari satu fungsi ke fungsi yang lainnya," ujarnya.

Dipaparkannya, dalam pengelolaan hutan ada tiga fungsi, pertama konservasi, untuk melindungi satwa dan tumbuhan. Kedua fungsi lindung, untuk melindungi meteorologi, kesuburan tanah dan iklim. Ketiga fungsi produksi, yang memang diperuntukkan untuk diambil produksinya. Hutan produksi ada dua yakni hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. 

"Di hutan produksi inilah ada namanya tebangan dari hasil hutan kayu maupun non kayu seperti getah atau rotan. Tapi tidak menutup kemungkinan kita ada namanya agroforestry, tanaman buah-buahan itu yang namanya fungsi hutan," katanya.

Di Kota Batu, diakui Candra, ada lahan yang semula hutan lalu berubah menjadi lahan pertanian. Ia mengatakan, peralihan itu perlu dievaluasi ulang pasca terjadinya banjir bandang di Kota Batu yang merenggut tujuh korban jiwa.

"Yang terjadi memang perlu dievaluasi ulang. Di situ ada penggarapan lahan oleh teman-teman kami, yakni masyarakat menanam untuk sayuran. Nah ini yang menjadi PR. Kami bekerja sama dengan desa dan instansi untuk alih komoditi, jangan tanaman semusim tapi tanaman tahunan sehingga memperkuat permukaan tanah yang akan mengurangi run-off atau tanah yang terbawa oleh air karena akan menjadi timbunan di hilirnya. Itu yang penting," jelasnya.

Lahan Perhutani di kawasan Kota Batu ada 6 ribu sekian hektare. Sementara hutan lindung ada 2.900 hektare. 3000 hektare lainnya merupakan hutan produksi. 

"Yang berada sasaran strategis saya untuk gerak cepat ini adalah sekitar 600 hektare. Dari 600 hektare itu akan berproses untuk mengidentifikasi yang ada penggarapan lahan pertaniannya. Saat ini kami masih belum bisa menunjukkan data itu," ungkapnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved