Berita Pasuruan
Harga Minyak Meroket, Pelaku UMKM Pasuruan di Sektor Makanan dan Minuman Kelabakan
Puluhan pelaku UMKM utamanya yang memproduksi makanan dan minuman di wilayah Kabupaten Pasuruan menjerit, imbas dari kenaikan harga minyak yang terjad
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Puluhan pelaku UMKM utamanya yang memproduksi makanan dan minuman di wilayah Kabupaten Pasuruan menjerit, imbas dari kenaikan harga minyak goreng yang terjadi dua mingguan ini.
Ketua Asosiasi Makanan Minuman Kabupaten Pasuruan Agus Sugiyanto mengatakan, kenaikan harga minyak goreng ini berdampak signifikan bagi perkembangan teman - teman UMKM di Pasuruan.
Disampaikannya, teman - teman UMKM di sektor makanan dan minuman bak dihantam badai. Beberapa waktu lalu, teman - teman sudah mendapatkan angin segar ketika saat pelonggaran kebijakan pemerintah.
"Tiba - tiba, bamm, harga minyak naik. Teman - teman ya kelabakan, apalagi kenaikannya lebih dari 30 persen harga normal. Ini membuat teman - teman UMKM tidak bisa tidur nyenyak," paparnya.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Terus Meroket, Begini Keluhan Pengusaha Rumah Makan di Gresik
Menurutnya, harga normal minyak per liternya masih di kisaran Rp 10.000 - Rp 11.000 mengalami kenaikan mencapai Rp 20.000 per liter. Apalagi minyak goreng dengan merk lain.
Dia mencontohkan, biasanya, untuk menggoreng keripik buah buatannya, membeli minyak goreng per jerigen seharga Rp 305.000. Harga itu untuk minyak 18 liter. Karena kondisi ini, harganya naik.
"Kemarin saya beli Rp 400 ribu lebih. Kenaikannya cukup banyak. Geliat masyarakat wisata sudah ramai, UMKM bisa bangkit kembali, pasar juga sudah ramai, tapi harga minyak goreng yang melangit," jelasnya.
Baca juga: Harga Minyak Goreng di Pasar Besar Malang Melonjak Tajam dalam Sebulan Terakhir
Ia mengaku tidak mengetahui karena belum ada tanda - tanda kapan akan penurunan harga minyak. Menurutnya, pelaku UMKM tidak memiliki pilihan lain selain mengurangi produksi.
"Contohnya saya, biasanya per hari saya produksi 50 kilogram, tapi karena kondisi seperti ini, saya terpaksa memproduksi hanya 25 kilogram per hari," tambah Agus, sapaan akrabnya.
Ia mengaku akan mengirimkan surat ke Pemkab Pasuruan melalui asosiasi yang intinya meminta bantuan pemerintah agar permasalahan kenaikan harga minya ini bisa segera terselesaikan, termasuk ke pemerintah pusat.
"Kalau memang bisa, perlu ada operasi pasar. Jadi harga minya stabil, karena operasi pasar saya kira akan membantu para pelaku UMKM yang bergerak di sektor makanan dan minuman," tutupnya.