Gunung Semeru Erupsi
Warga Nekat Lewati Jalur Lahar Gunung Semeru untuk Akses Mobilitas: Jembatannya Belum Jadi
Warga nekat melewati jalur lahar Gunung Semeru di Lumajang untuk akses mobilitas: Sementara saja, jembatannya belum jadi.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Akses pintu masuk menuju desa-desa terdampak erupsi Gunung Semeru di Lumajang sampai saat ini masih dijaga ketat personel TNI-Polri.
Petugas gabungan selain memastikan ketertiban dan keamanan, juga menjaga agar masyarakat luar tidak bebas keluar masuk kawasan rawan bencana.
Penjagaan itu diperketat, pasalnya beberapa hari lalu beredar video warga melintasi aliran Sungai Besuk Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
Padahal, selain sisa material erupsi yang masih panas, kawasan sungai ini berada dalam zona merah bencana. Sebab letak sungai hanya berjarak 11 kilometer dari puncak bukaan kawah.
Edi, salah seorang warga mengaku terpaksa melewati material lava karena tak punya pilihan lain untuk mengakses jalan dari Kecamatan Candipuro menuju Pronojiwo. Itu disebabkan Jembatan Gladak Perak putus.
"Ini hanya jalan sementara saja kok, karena masalahnya jembatannya belum jadi," kata Edi.
Komandan satuan tugas (Dansatgas) Semeru, Letkol Inf Andi A Wibowo mengatakan, jalur penghubung satu dusun dengan dusun lainnya di Desa Supiturang itu bukan jalan umum. Melainkan, sungai dan jalur lahar Gunung Semeru.
Baca juga: Dua Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru Ditemukan Terjebak dalam Truk di Area Pertambangan Lumajang
Oleh karena itu, warga diperbolehkan melintas asalkan sedang dalam kondisi darurat.
"Ini bukan larangan, tetapi pembatasan. Hanya untuk emergency saja. Selain itu, kami tidak mengizinkan masuk maupun melintas. Karena ini bukan jalan," kata Andi.
Andi menambahkan, untuk bisa melintas, warga juga tidak lantas mudah mendapat izin. Petugas akan melihat kondisi alam. Jika memungkinkan untuk melintas, maka akan diizinkan. Tetapi, jika kondisi sebaliknya, siapapun tidak diizinkan melintas.
"Namanya alam, kita semua tidak tahu jika terjadi sesuatu seperti lahar yang tiba-tiba datang. Makanya, kami lakukan pembatasan,” katanya.
Dia mengimbau agar masyarakat memahami kondisi ini. Sebab, kondisi masih rawan bencana. Sehingga, jika tidak ada kepentingan, masyarakat diminta tidak mendatangi kawasan tersebut.
