Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona

Mengenal Deltacron dan Hubungannya dengan Covid-19 Omicron, Ahli Patologis Klinis Beber Efeknya

Mengenal Deltacron dan hubungan varian Omicron dari penjelasan Ahli Patologis Klinis, Tonang Dwi Ardyanto.

Editor: Hefty Suud
Shutterstock
Ilustrasi - Mengenal Deltacron dan hubungannya dengan Covid-19 varian Omicron. 

TRIBUNJATIM.COM - Para ilmuwan telah mengonfirmasi kemunculan varian virus Corona ( Covid-19 ) yang menggabungkan mutasi Omicron dan Delta untuk pertama kalinya.

Perancis, Denmark, Inggris dan Belanda disebut telah mendeteksi varian Deltacron, berdasarkan data internasional GISAID.

Bahkan, Inggris telah mendeteksi 30 kasus Deltacron.

Secara terpisah, perusahaan riset genetika yang berbasis di California, Helix juga mengidentifikasi dua kasus Deltacron di AS.

Lantas, apa saja perbedaan Covid-19 varian Omicron dan Deltacron tersebut?

Dan apa hubungan varian Omicron dan Deltacron?

Berikut penjelasan dari ahli, melansir dari Kompas.com:

Baca juga: 3 Negara yang akan Memasuki Fase Endemi, Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Termasuk Indonesia?

Asal muasal virus corona menginfeksi

Ahli Patologis Klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, virus Corona sebelum varian Omicron akan menginfeksi sel melalui ikatan dengan protein yang menjadi pintu masuk Covid-19.

Protein tersebut adalah reseptor ACE-2, kemudian dilanjutkan berikatan dengan protein TMPRSS2. Selanjutnya, virus corona baru akan masuk ke dalam sel.

Saat protein Spike atau protein S milik virus Corona siap berikatan dengan ACE-2, bentuknya menjadi terbuka sehingga dikenali oleh sistem imun.

Namun setelah berhasil berikatan, posisi keduanya terkunci yang menyebabkan sistem imun tidak lagi dapat mencegah virus masuk.

“Tapi begitu berikatan, posisinya sudah terkunci, tidak bisa dicegah lagi oleh sistem imun,” terang Tonang saat dihubungi Kompas.com (4/3/2022).

Baca juga: Muncul Varian Baru Virus Corona B.1.1.529, Teridentifikasi di 3 Negara, Ketahui Potensi Bahayanya

Baca juga: Memaksa Bahagia Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 di Kabupaten Malang: Corona Benar-benar Ada

Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.
Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron. (freepik)

Setelah masuk ke dalam sel, virus corona bereplikasi atau memperbanyak diri dan “berniat” menyebar ke sel lain.

Saat proses penyebaran ini, ada kesempatan bagi sistem imun untuk kembali mengenali protein S.

Akibatnya, terjadi pertarungan antara sistem imun dengan kecepatan replikasi virus Corona

Penjelasan dari Tonang, ujung protein S varian Omicron lebih stabil dan baru terbuka sesaat sebelum berikatan dengan ACE-2. Oleh karena itu, varian Omicron sulit dikenali oleh sistem imun.

Selanjutnya, Omicron tidak membutuhkan TMPRSS2 yang letaknya ada di paru-paru untuk masuk ke dalam sel. Akan tetapi, langsung menembus masuk ke dalam sel (endositosis).

“Maka pertumbuhan Omicron di saluran napas 70 kali lebih cepat daripada Delta. Tapi di paru-paru, pertumbuhannya 10 kali lebih lambat daripada delta,” paparnya.

Tonang menambahkan, varian Omicron juga lebih merespons interferon yang merupakan bagian dari sistem imun bawaan tubuh. Respons terhadap interferon ini yang membuat Omicron mudah menular, cepat menyebar, tapi cenderung memiliki gejala ringan.

Baca juga: Syarat Perjalanan: 2 Golongan Ini Masih Harus Sertakan Hasil Negatif Covid-19 PCR dan Antigen

Baca juga: Menu Diet Lawan Covid-19 Omicron, Tingkatkan Imun Tubuh dengan Daftar Makanan Ini, Batasi Gorengan

Varian Deltacron lebih mirip Omicron

Terkait dengan varian Deltacron, berdasarkan hasil analisis lebih lanjut, Tonang mengatakan bahwa varian Deltacron lebih mungkin tetap varian Omicron.

“Dengan sudah sedemikian banyak titik mutasi pada Omicron, maka risikonya ada beberapa titik yang mengandung mutasi sama dengan varian-varian sebelumnya,” ujar Tonang ketika dihubungi Kompas.com, Senin (14/3/2022).

Di sisi lain, sejarah varian Delta juga pernah memiliki subvarian yang disebut dengan 21J.AY.4.

Subvarian tersebut muncul di akhir gelombang Delta, tetapi kemudian jarang teridentifikasi lagi.

Subvarian Delta 21J.AY.4 inilah yang menurut penjelasan Tonang, titik mutasinya ditemukan sebagai rekombinan atau bentuk genetik dari Delta-Omicron atau Deltacron.

“Tapi ciri varian Omicron tetap yang dominan. Jadi sejauh ini, varian hasil rekombinasi ini dimasukkan sebagai subvarian Omricron,” jelasnya.

Oleh karena itu, imbuh Tonang, varian Deltacron belum menjadi suatu varian baru.

Kasusnya pun masih jarang sekali dibandingkan temuan sequencing Omicron selama ini.

Bagian protein S milik Deltacron juga sangat mirip dengan varian Omicron, sehingga tubuh tetap akan mengenalinya sebagai varian Omicron.

Maka dari itu, dugaan para ahli, rekombinan ini tidak akan menimbulkan masalah signifikan.

Deltacron menurut Tonang juga mungkin berefek pada kemudahan penyebarannya, tetapi bukan pada derajat gejala yang ditimbulkannya.

“Tapi hal ini pun masih perlu dicermati perkembangannya. Mengingat waktu kemunculan subvarian Delta 21J.AY.4 pun tidak menimbulkan gelombang baru,” tutup Tonang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Deltacron Bukan Varian Baru, Begini Penjelasan Ahli Mengenai Risikonya

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved