Berita Jatim
Ekonom Unair Ungkap Alasan Kenaikan Harga Menjelang Lebaran, Karena Permintaan yang Meningkat
Belum usai ditimpa masalah akibat pandemi Covid-19, memasuki Ramadan tahun ini, masyarakat dibuat ketar-ketir dengan melambungnya beberapa harga
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Januar
Laporan wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Belum usai ditimpa masalah akibat pandemi Covid-19, memasuki Ramadan tahun ini, masyarakat dibuat ketar-ketir dengan melambungnya beberapa harga komoditas pokok.
Termasuk diantaranya harga minyak goreng, gula, hingga BBM dan masih banyak yang lainnya.
Tidak hanya itu, masyarakat pun dibuat tercekik dengan bertambahnya Pajak Penambahan Nilai (PPN) dari 10 Persen menjadi 11 Persen. Hal ini tentu saja memengaruhi harga komoditas di pasaran.
Bagi produsen, kenaikan harga-harga ini akan memengaruhi hasil produksi karena meningkatnya harga bahan baku.
Baca juga: Pertengahan Ramadan 2022, Harga Bahan Pokok di Pasar Surabaya Masih Melambung Tinggi
Kenaikan harga menjelang perayaan hari besar seperti lebaran, hari raya kurban, hingga natal bukan kali ini saja terjadi.
Kejadian ini terus berulang hingga seakan-akan terbentuk sebuah pola tahunan.
Ekonom Universitas Airlangga, Dr Imron Mawardi SP MSi, menuturkan bahwa fenomena kenaikan harga ini dapat dikaitkan dengan prinsip ekonomi sederhana.
Permintaan yang meningkat menjelang lebaran, akan berdampak kepada kenaikan harga. Selain itu, menurutnya, Ramadan tahun ini, masyarakat dihadapkan dengan euforia karena dua momen Ramadan sebelumnya, dilaksanakan pembatasan sosial.
“Untuk tahun ini itu karena ada fenomena pemulihan pandemi, dan ditambah juga ukraina (Konflik Rusia-Ukraina), itu dampaknya luar biasa,” ujar Imron, Selasa (19/4/2022).
Menurutnya, ketika hal ini mampu diantisipasi dengan baik, yaitu dengan penambahan supply barang oleh pasar, kenaikan harga seharusnya tidak terulang.
Namun demikian, baginya, pola kenaikan permintaan menjelang hari besar ini sering dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Alhasil, meskipun intervensi pemerintah hadir, fenomena tersebut tetap terulang.
“Kalau menurut saya, untuk bulan April, perkiraan saya inflasi akan diatas 0,5 dibandingkan inflasi bulan sebelumnya. Kalau kita lihat fenomena sebelumnya pun, memang, inflasi di bulan Ramadan lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya,” sambungnya.
Selain itu, ia pun juga menyoroti melambungnya harga minyak, baik minyak goreng maupun BBM. Baginya, kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) akan meningkatkan harga minyak goreng.
Kenaikan ini akan menyebabkan inflasi yang disebut Cost Push Inflation atau inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi.