Deretan Kutipan RA Kartini dari Buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Cocok Jadi Status di Media Sosial
Simak kumpulan kutipan R.A Kartini dari Buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang bisa dijadikan status di media sosial.
TRIBUNJATIM.COM - Mengenang jasa RA Kartini, tentu tidak lepas dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
Di buku ini, terdapat banyak kutipan yang berharga dan bisa menjadi pembelajaran.
Terlebih pada hari ini Kamis, 21 April 2022 merupakan peringatan Hari Kartini 2022.
RA Kartini merupakan salah satu tokoh nasional bangsa Indonesia ini meninggal di Rembang, Hindia Belanda, pada tanggal 17 September 1904.
Ia termasuk seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia karena dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini dikenal sebagai tokoh utama emansipasi wanita di Indonesia.
Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Ibu Kita Kartini Ciptaan WR Soepratman untuk Mengenang Jasa RA Kartini
Mengalami banyak rintangan tidak membuat Kartini berhenti berjuang untuk kesetaraan antara perempuan dan laki-laki kala itu.
Kartini membuktikan peran perempuan Indonesia tidak kalah penting dari kaum lelaki.
Kartini secara aktif menulis surat-surat kepada beberapa sahabat penanya.
Setelah Kartini tiada, surat-surat itu akhirnya dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku oleh Mr. JH Abendanon, dan diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Buku itu akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Kartini 2022, Cocok Dibagikan ke Media Sosial, Ada Quotes RA Kartini
Kutipan dalam Buku Habis Gelap Terbilah Terang

"Yang tidak berani, tidak menang" itu semboyan saya! Maju terus! Menerjang tanpa gentar dan dengan berani menangani semuanya! Orang-orang yang berani menguasai tiga perempat dunia (hal. 19)
Aduhai Tuhan! Alangkah penuhnya kejagatan di dunia ini, di dunia ini penuh hal-hal yang menimbulkan rasa benci dan ngeri (Hal. 47)
Agama yang harusnya menjauhkan kita dari berbuat dosa, justru menjadi alasan yang sah kita berbuat dosa. Coba berapa banyaknya dosa yang diperbuat atas nama agama itu? (Hal. 24)
Anak perempuan yang pikirannya telah dicerdaskan serta pandangannya telah diperluas tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangny a (hal. 93)