Berita Lumajang
Dampak Harga BBM Naik, Pengusaha Pasir di Lumajang Bersiap Pasang Tarif Baru: Masih Wait and See
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) baik subsidi maupun nonsubsidi mendapat reaksi beragam dari masyarakat, tak terkecuali kalangan pemilik usaha p
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) baik subsidi maupun nonsubsidi mendapat reaksi beragam dari masyarakat, tak terkecuali kalangan pemilik usaha pasir di Kabupaten Lumajang.
Pelaku usaha ini kini tengah ancang-ancang menaikkan harga pasir. Sebab BBM solar adalah modal utama yang wajib dikeluarkan dalam segala aktivitas pertambangan.
Didik Mashudi Asisten Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) Lumajang mengatakan, rata-rata harga pasir di stockpile per 1 kubik saat ini Rp85-90.
Untuk menentukan harga pasir baru yang ideal, pihaknya kini tengah mengamati kondisi pasar. Karena pertimbangannya jangan sampai harga pasir baru mengakibatkan penjualan komoditas bisnis ini lesu.
"Ada kemungkinan harga pasir naik, tapi sekarang kami masih wait and see atas respon pasar," katanya.
Salah satu risiko apabila harga pasir tidak naik, ancamannya pengusaha kesulitan mencetak laba melejit.
Kenaikan solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 cukup memberatkannya. Karena biasanya kenaikan harga BBM pasti juga diikuti dengan naiknya bahan pokok lain.
"Bagi orang biasa mungkin lihatnya sedikit kenaikannya. Kalau bagi kami yang punya armada truk itu cukup banyak itu. Apalagi kalau pengiriman jauh," keluhnya.
Selain dengan naiknya harga BBM, kata Didik, keberadaan solar di Kabupaten Lumajang juga perlu diperhatikan. Stok solar sering kali langka, kalau pun ada jumlahnya terbatas.
Terbatasnya stok solar ini cukup sering mengakibatkan banyak sopir kecewa. Pasalnya mereka sering tidak kebagian bahan bakar.
Karena Kabupaten Lumajang adalah salah satu kabupaten yang paling ramai lalu lalang truk. Mulai truk armada pasir hingga kayu sengon.
Tak heran jika solar langka termasuk salah satu faktor penghambat lalu lintas ekonomi di Lumajang.