Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Santri Gontor Tewas Dianiaya

Tangis Orangtua Santri Dibohongi Ponpes Gontor, Anak Disebut Meninggal Kelelahan, Rupanya Dianiaya

Seorang ibu asal Palembang, Sumatera Selatan mencari keadilan atas apa yang menimpa anaknya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor 1, Kabupaten

Editor: Ndaru Wijayanto
instagram @hotmanparisofficial
Seorang ibu asal Palembang mengadu ke Hotman Paris usai anaknya meninggal dunia di Pondok Pesantren Gontor 1, Ponorogo, Jatim 

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Seorang ibu asal Palembang, Sumatera Selatan mencari keadilan atas apa yang menimpa anaknya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor 1, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Ibu tersebut sambil menangis mengadu ke Hotman Paris soal anaknya AM yang meninggal dunia di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo.

Hal ini diunggah dalam video Instagram milik Hotman Paris saat pengacara kondang tersebut datang ke Palembang. Ibu tersebut berharap ada keadilan atas apa yang menimpa anaknya.

Hotman kemudian menyampaikan bahwa dia bersedia mendampingi Soimah mencari keadilan atas tewasnya AM di Ponpes Gontor.

Lewat curhatannya di media sosial, ibu korban yakni Somiah menyebut bahwa pihak Ponpes Gontor awalnya tidak menyampaikan yang sebenarnya terkait penyebab tewasnya AM.

Soimah mengatakan, awalnya mendapat kabar dari ponpes bahwa anaknya meninggal karena kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Baca juga: Soal Kasus Santri Ponpes Gontor yang Meninggal, 9 Saksi Diperiksa, Ada Dokter hingga Pengasuh

Kabar tersebut didapatkan Soimah dari Ustad Agus, pengasuh Gontor 1 pada Senin (22/8/2022) sekitar pukul 10.20 Wib.

“Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang, 23 Agustus 2022, diantar oleh pihak Gontor 1 dipimpin ustad Agus. Itu pun saya tidak tahu siapa ustad Agus itu, hanya sebagai perwakilan,” tulis Soimah dalam surat terbuka yang dia buat dan telah dikonfirmasi Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Namun, Soimah mendapatkan laporan dari Wali Santri lain yang menyebutkan bahwa AM bukan meninggal karena kelelahan. Pihak keluarga akhirnya meminta peti jenazah AM dibuka.

Keluarga melihat kondisi korban bukanlah meninggal akibat kelelahan, tetapi diduga akibat kekerasan.

“Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga. Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima. Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi,” jelasnya.

Ketika didesak, barulah pihak Gontor 1 mengantarkan jenazah AM, dan mengakui bahwa AM menjadi korban kekerasan. “Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia,” ungkapnya.

Usai mendapatkan pengakuan dari pihak pondok pesantren, Soimah memutuskan untuk tidak jadi melakukan otopsi karena tidak ingin tubuh putranya tersebut "diobarak-abrik".

Melalui keterangan resmi, pihak Ponpes Gontor melalui Juru bicaranya Noor Syahid, menyampaikan permohonan maaf sekaligus menyatakan dukacita atas wafatnya AM.

“Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” kata Noor Syahid, lewat keteranga tertulis.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved