Tragedi Arema vs Persebaya
Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Ketua Panpel Arema FC Singgung Gas Air Mata: Tolong Diperiksa
Fakta baru dibeberkan Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris yang kini menjadi salah satu tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang.
Penulis: Dya Ayu | Editor: Arie Noer Rachmawati
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Dya Ayu
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Fakta baru dibeberkan Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris yang kini menjadi salah satu tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang.
Di kantor Arema FC, Jumat (7/10/2022), Abdul Haris menceritakan kemelut saat terjadinya tragedi yang menewaskan 131 orang itu.
Tak hanya itu, ia juga menyinggung soal kericuhan yang pernah terjadi di Stadion Kanjuruhan pada 2018 lalu.
Saat itu, pertandingan antara Arema FC kontra Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan berakhir ricuh, Minggu (15/4/2018.
Hingga akhirnya pihak kepolisian menembak gas air mata hingga mengakibatkan ratusan suporter harus menjalani perawatan dan satu orang meninggal.
Baca juga: UPDATE Tersangka Tragedi Maut Kanjuruhan, 3 Saksi Baru Diperiksa, 1 dari Pihak Manajemen Arema FC
Baca juga: Berlinang Air Mata, Ketua Panpel Arema FC Minta Maaf pada Korban Tragedi Kanjuruhan: Keponakan Tewas
"Tahun 2018 pernah terjadi sama seperti itu. Sebelum lawan Persebaya saya sudah mengingatkan ketika rapat dengan Pak Kapolres, dengan steward, jajaran PAM dan semua pihak keamanan di Lapangan Tenis Polres Malang, saya sampaikan jangan sampai terjadi lagi seperti 2018, penembakan gas air mata yang mengakibatkan 214 korban yang sesak nafas, mata perih dan meninggal 1 orang. Sudah saya ingatkan saat itu," kata Abdul Haris, Jumat (7/10/2022).
"Saya juga sudah rapat dengan Aremania, saya ingatkan pada mereka no flare, no rasis, no anarkis, no copet dan masuk dengan tiket. Dan Aremania semua sepakat," tambahnya.
Lebih lanjut Abdul Haris mengaku, ada perbedaan dari gas air mata yang ia rasakan tahun 2018 dengan 2022 lalu.
Baca juga: Pasca Ditetapkan Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Manajemen Arema FC Masih Syok: Beban Berat Pak Haris
Menurutnya, ini yang perlu menjadi fokus tim berwenang untuk melakukan investigasi karena banyak memakan korban.
"Saya mohon atas nama kemanusiaan, saya tidak menunjuk atau menyalahkan siapapun, dari lubuk hati terdalam, tolong diperiksa itu gas air mata yang seperti apa. Karena gas air mata yang saya rasakan saat tanggal 1 itu tidak sama ketika kejadian gas air mata tahun 2018. 2018 Aremania bergeletakan masih bisa dikasih kipas dikasih air bisa tertolong. Ini sudah tidak bisa apa apa. Korbannya saya lihat mukanya biru biru semua," jelasnya.
Sebelumnya juga muncul dugaan gas air mata yang ditembakan pihak kepolisian kadaluarsa.
Hal itu kini masih menjadi investigasi pihak Komnas HAM.
Berita tragedi Arema vs Persebaya lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com