Berita Gresik
Pedagang Nanas di Gresik Tewas Dikeroyok Pesilat, Buat Klarifikasi Lalu Dihajar Lagi,Kaos Jadi Sebab
Para pelaku pengeroyokan pedagang buah nanas hingga tewas masih sempat menyuruh korban membuat klarifikasi.
Penulis: Willy Abraham | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Willy Abraham
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Para pesilat pelaku pengeroyokan pedagang nanas hingga tewas di Pasar Gadung, Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ternyata masih sempat menyuruh korban membuat klarifikasi.
Korban usai dihajar diminta membuat klarifikasi lalu dihajar kembali hingga tewas.
Hal ini diungkapkan Kapolres Gresik AKBP Mochamad Nur Azis.
Padahal korban yang merupakan pedagang buah nanas itu hanya kebetulan saja memakai kaos salah satu perguruan silat.
Tetap saja para pelaku yang berasal dari perguruan silat membabi buta melakukan pengeroyokan.
Hasil dari interogaasi kepada para pelaku, korban membuat klarifikasi. Klarifikasinya dalam bentuk surat.
Dituliskan bahwa korban Eko Bayu Asmoro berusia 21 tahun warga Malo, Bojonegoro bukanlah anggota perguruan silat.
Baca juga: Sosok 5 Pesilat yang Habisi Nyawa Pedagang Nanas di Driyorejo Gresik, Sempat Takut dan Kabur
Baca juga: Kronologi 14 Pesilat Lakukan Pengeroyokan Hingga Penjual Nanas Tewas di Gresik, Berawal dari Kaos
"Korban sudah membuat surat klarifikasi setelah itu, tetap dilakukan pengeroyokan sampai meninggal dunia," kata AKBP Azis, Kamis (1/12/2022).
Bagi para pelaku, mereka tetap tidak terima korban pakai baju perguruan silat. Mereka melakukan penganiayaan secara bergantian hingga korban terkapar tidak bernyawa.
"Para tersangka ini tidak terima korban pakai baju perguruan silat. Masih ada dua pelaku lagi yang buron masih kami kejar," terangnya.
Diketahui, kedua pelaku bernama Totok Sugiarto berusia 31 tahun asal Desa Babad, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro. Kemudian Ferdi Firmansyah berusia 21 tahun asal Desa Gadung, Driyorejo, Gresik.
Total tujuh orang pengeroyok Eko. Dua pelaku buron dan lima pelaku sudah ditetapkan tersangka menganiaya korban Eko hingga tewas di pasar Gadung, Driyorejo, Gresik pada 15 November lalu .
Sudah dua pekan, kedua pelaku itu kabur karena tahu korban yang dihajarnya dengan beringas sudah tewas.
"Lima tersangka dijerat pasal Pasal 170 Ayat (2) dan (3) KUHP. Tentang aksi kekerasan sehingga menyebabkan meninggal dunia. Ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara," tegasnya.

Rabu (30/11/2022) siang, lima tersangka yang menghabisi nyawa Eko Bayu Asmoro (21), pedagang nanas asal Dusun Kembangan, Desa Sumberejo RT 16/RW 08, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, tertunduk lesu, saat wajah mereka ditunjukkan ke media oleh Polres Gresik.
Lima tersangka adalah AER berusia 33 tahun warga Desa Jejel, Ngimbang, Lamongan. DNA masih 19 tahun warga Gadung, Driyorejo .
Lalu M. Ake berusia 18 tahun warga Perum Griya Kencana Mojosarirejo, Driyorejo, ALS berusia 28 tahun warga Desa Gadung, Driyorejo dan AJP berusia 19 tahun warga Randegansari, Driyorejo.
Mereka semua adalah pesilat dan tercatat sebagai anggota perguruan silat.
Kelima tersangka menghabisi nyawa Eko Bayu Asmoro hanya karena memakai kaus perguruan silat.
Meski beringas menghajar korban hingga tewas, para pelaku ini ternyata memiliki mental pengecut.
Mereka melarikan diri dengan cara kabur hingga luar kota karena takut.
Dua pelaku diamankan terlebih dahulu. Tiga pengecut lainnya diamankan setelah dua hari kematian korban.
Baca juga: Sempat Viral di Medsos, Pesilat Keroyok Pengendara di Blitar, Lihat Nasib Pelaku di Tangan Polisi
"Masih ada dua orang lagi yang kami kejar," tegas Kapolres Gresik AKBP Mochamad Nur Azis.
Menurut Alumnus Akpol 2002 ini, pengeroyokan yang terjadi di kawasan pasar Gadung Kecamatan Driyorejo itu juga menyertakan pelaku lainnya, hingga sebanyak sembilan orang pelaku.
"Dari keterangan yang didapat dari para tersangka ada indikasi ikut terlibat pengeroyokan. Namun, akan kami kembangkan untuk penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap kasus ini," tegasnya.
Eko Bayu Asmoro (21), korban tewas akibat pengeroyokan pesilat adalah seorang perantau dari Bojonegoro.
Dia sejatinya hanya seorang pedagang buah nanas. Dia mengais rejeki dengan cara ini, demi memenuhi biaya persalinan istrinya yang sedang hamil tua.
Sudah tiga bulan merantau mengumpulkan uang untuk mempersiapkan kelahiran buah hati pertamanya.
Namun, pada 15 November 2022 lalu, Eko yang berjualan buah nanas di atas kendaraan roda tiga tubuhnya babak belur, hingga akhirnya meninggal dunia.
Korban meninggal usai dihajar para pesilat yang sedang mabuk.
Sudah dua pekan jasad Eko dimakamkan, polisi masih memburu beberapa pelaku pengeroyokan yang berujung korban jiwa.
Penganiayaan terhadap Eko dilakukan di area dekat Pasar Gadung, Driyorejo, Gresik, persis di lokasi korban ditemukan.
"Korban memakai kaos perguruan silat, hanya dipakai saja, kemudian didatangi oleh sejumlah orang lalu dianiaya hingga tewas," kata Kapolres Gresik AKBP Mochamad Nur Azis.
Korban ditemukan masih mengenakan celana, dan sarung menempel di badan.
Korban mengalami lebam di bagian mata dan mengeluarkan ingus di hidungnya.
Azis menambahkan, diketahui luka di bagian kepala korban berdasarkan hasil visum.
"Hasil autopsi pendarahan di otak," tambahnya.
Satreskrim Polres Gresik berhasil mengindentifikasi identitas korban setelah dievakuasi ke kamar mayat RSUD Ibnu Sina, Gresik.
Tim identifikasi memeriksa sidik jari kemudian dicocokkan .
Pasalnya korban meninggal mengenakan celana pendek, sarung tertempel di badan, mata lebam, hidung mengeluarkan ingus dan mengalami pendarahan di otak.
Korban meregang nyawa usai dianiaya oleh tujuh pemuda di area pasar.
Dianiaya secara bergantian hingga korban terkapar di tempatnya mencari nafkah.
Korban meninggal dunia, para pelaku langsung melarikan diri.
Penemuan jasad Eko menggegerkan pasar Gadung, Driyorejo.
Pasalnya korban yang sehari-hari berjualan nanas tergolong pedagang baru, baru sekitar tiga bulan berjualan di area Pasar Gadung.
Meninggalnya Eko langsung membuat shock Nur Widya (21), istri tercintanya.
Karena dia merantau ke Gresik dengan meninggalkan istrinya yang sedang hamil tujuh bulan di Desa Sumberejo, Kecamatan Malo, Bojonegoro.
Korban merantau demi memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya di Bojonegoro.
Nur Widya (21) di rumah, menunggu sang suami yang berjualan buah nanas di perantauan.
Harapan melihat buah hatinya yang akan lahir di dunia dua bulan lagi pun sirna.
Nur Widya mendapat kabar bahwa suaminya berpulang ke Rahmatullah untuk selamanya.
Nur Widya harus menerima kenyataan pahit itu, rumah tangganya yang baru berusia setahun harus berakhir dengan tragis.
Suaminya pulang dalam keadaan sudah meninggal.
Jasad korban telah disemayamkan di pemakaman setempat.
Nur Widya tidak bisa lagi melihat suaminya yang bekerja keras rela merantau demi keluarga.
Nur Widya akan melahirkan anak pertamanya tanpa didampingi korban.
Sang jabang bayi pun menjadi yatim.
