Berita Banyuwangi
Mencicipi Kuliner Khas Suku Osing Banyuwangi, Mulai Pecel Pitik hingga Tape Buntut: Resep Warisan
Berikut deretan kuliner Suku Osing Banyuwangi yang menarik untuk dicicipi. Bisa ditemukan di Pasaran Jajanan Kampung Oseng di Desa Kemiren.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Taufiqur Rohman
"Makanan ini memang menjadi kuliner khas warga Suku Osing sejak dulu," kata Sri.
Sayur Kesrut

Menu selanjutnya yang tak boleh dilewatkan, yakni sayur kesrut. Penampakannya mirip dengan sayur asem.
Namun lebih berminyak dan dipenuhi aneka sayuran seperti buncis dan kecombrang.
Sayur ini juga dilengkapi dengan ayam kampung. Biasanya daging ayam bertulang.
Selain segar, sayur ini juga punya kecenderungan rasa pedas meski tak dominan.
Rasa masam di sayur kesrut berasal dari belimbing wuluh yang dipakai sebagai salah satu bahan.
Ini juga yang membedakan sayur ini dengan sayur asem atau sop.
Sri mengatakan, sayur kesrut bisa dimakan langsung dengan nasi. Tapi, bisa juga disajikan sebagai pelengkap pecel pitik.

"Ini [sayur kesrut] juga khas Banyuwangi, lebih tepatnya khas Suku Osing. Biasanya sayur ini dimakan bersama dengan pecel pitik," terang Sri.
Makanan-makanan itu juga biasa disajikan dengan berbagai botok, seperti botok tawon dan ati ampela.
Seporsi pecel pitik dipatok seharga Rp 20 ribu. Sementara sayur kesrut Rp 10 ribu. Botok-botokan dihargai Rp 5 ribu per porsi.
Tape Buntut
Namanya memang unik. Tape buntut. Disebut demikian karena tape ini dibungkus dengan daun kemiri hingga menyerupai ekor binatang.
"Tape berwarna hijau yang berasal dari pewarna alami. Jadi semua alami. Bahannya alami, bungkusnya alami," kata Susianti, pembuat tape buntut.
Tape ini dibuat dari beras ketan yang difermentasi. Pasangan tape buntut adalah tetel ketan.
Tetel dibungkus dengan daun pisang. Cara makannya, tetel dan tape dimakan bersama-sama dalam satu suapan.
Seperti tape pada umumnya, tape buntut juga terasa manis-masam. Dimakan bersama tetel membuat tape ini cukup mengenyangkan.
Ikuti berita seputar Banyuwangi