Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Viral Kota Gaib Saranjana Kembali Terekam Drone, Sayup-Sayup Bangunan Tinggi Menjulang, Prank Lagi?

Kota Gaib Saranjana kembali terekam drone. Apakah betul itu Kota Saranjana? Atau prank semata?

Editor: Olga Mardianita
Kolase Instagram
Ilustrasi Kota Gaib Saranjana. Baru-baru ini Kota Gaib tersebut terekam kembali melalui drone. 

TRIBUNJATIM.COM - Kabar kemunculan Kota Gaib Saranjana kembali mencuat. Hal ini pun viral di sosial media.

Kali ini, Kota Saranjana terekam drone yang sedang terbang tinggi.

Sebab terekam dari jauh, bangunan tinggi itu sayup-sayup tampak menjulang dan tersinar oleh matahari yang akan tenggelam.

Rekaman video tersebut diunggah oleh sebuah akun Instagram @laluferdian, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (5/2/2023).

"Kata temen saya drone saya nggak sengaja merekam kota ghoib saranjana," narasi dalam video.

"Itu awan atau kota saranjana gais, rekaman footage drone sore ini," tulis pengunggah dalam akun Instagram.

Selanjutnya, video awan yang disebut Kota Saranjana ini pun menyebar ke berbagai media sosial lain.

 

Di TikTok misalnya, akun ini dan ini membagikan video serupa dan telah ditonton hingga jutaan kali.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Baca juga: Fakta Sebenarnya dari Foto Viral Wanita dan Pemandangan Kota Misterius Saranjana, Fotografer: Hadeh

Lantas, benarkah Kota Saranjana benar-benar ada?

Sebelumnya, ada pula rumor keberadaan Kota Saranjana yang pernah membuat netizen gempar.

Tertangkap kamera foto seorang wanita yang sedang berdiri di sebuah balkon yang memperlihatkan pemandangan belakangnya.

Terlihat ada berkas lampu dari kota yang tampak jauh di seberang sebuah perairan.

Wanita tersebut berpose menyandar ke teralis balkon dan menghadap ke arah kamera.

Di sisi belakang wanita satu ini terlihat jelas berkas lampu kota yang jauh tampak remang-remang malam hari.

Namun, seorang fotografer Twitter @kevinpramudya_ kemudian menjelaskan bahwa foto ini hanya teknik memotret.

Semua orang bisa melakukan ini dengan memperlambat kecepatan lensa (shutter speed) dalam menangkap gambar, ditambah oleh goyangan si pemotret.

Lantas, apakah penampakan Kota Saranjaan yang terekam drone ini juga prank?

Bukan Kota Saranjana

Saat dikonfirmasi, Lalu Ferdian selaku pemilik video mengatakan, penampakan yang terekam drone hanyalah awan biasa dan tidak ada hubungannya dengan Kota Saranjana.

"Itu hanya jejeran awan saja yang mirip sekali dengan jejeran siluet gedung bertingkat," kata dia kepada Kompas.com, Sabtu (4/2/2023). Bukan di Kalimantan Selatan seperti rumor lokasi Saranjana berada.

Lalu menjelaskan bahwa video tersebut diambil di salah satu kampung di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.

"Di kampung saya, di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta," tuturnya.

Saranjana tak tercatat secara administrasi

Kepala Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Berkatullah, menegaskan, Kota Saranjana tidak tercatat sebagai kabupaten maupun kota di Provinsi Kalimantan Selatan.

"Tidak tercatat secara administrasi," ujar Berkatullah, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Baca juga: Saranjana Trending Lagi, Foto Latar Belakang Disebut Mirip Kota Ghaib di Kalimantan Viral di TikTok

Kendati demikian, Berkatullah menambahkan, rumor mengatakan bahwa Kota Saranjana berada di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Terpisah, Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur, S.Pd., M.Hum, turut menjelaskan hal senada.

"Tidak tercatat secara administratif. Kalau lokasinya sekarang di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu.

Menurut Mansyur, lokasi Saranjana disebutkan berada di sebuah bukit kecil di Desa Oka-Oka. Bukit tersebut tampak indah karena berbatasan langsung dengan laut, tetapi dianggap angker oleh penduduk sekitar.

Saranjana tercatat pada peta zaman Hindia Belanda

Mansyur selaku Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Kalimantan ini mengatakan, keberadaan Saranjana dalam perspektif sejarah adalah fakta.

Hal tersebut ditunjukkan oleh Salomon Muller, seorang naturalis berkebangsaan Jerman dalam peta bertajuk "Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo" atau peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo.

Peta pada 1845 silam ini mengambarkan, ada wilayah yang tertulis sebagai Tandjong (hoek) Serandjana.

Peta Salomon Muller, 1845 yang memuat keberadaan Tanjung Saranjana.
Peta Salomon Muller, 1845 yang memuat keberadaan Tanjung Saranjana. (Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur)

Baca juga: Ibu Eny Alami Gangguan Mistis setelah Jadi Istri Kedua, Hilang setelah Cerai, Tiko: Dulu Rekan Kerja

Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan dan Poeloe Kidjang.

Terkait kapasitas sebagai pembuat peta, Mansyur pun menuturkan bahwa Salomon Muller telah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden.

Muller kala itu juga tengah melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia.

"Belum bisa dipastikan apakah Salomon Muller pernah berkunjung ke Tandjong (hoek) Serandjana sebelum memetakannya," jelas Mansyur.

Selain itu, Muller pun tak pernah menyinggung kota ini dalam beberapa artikel yang diterbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Peta yang memuat Tandjong (hoek) Serandjana tersebut, termuat dalam "Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel", seri pertama yang diterbitkan Staatsbibliothek zu Berlin.

"Peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Muller meninggal dunia pada tahun 1863," kata Mansyur.

Di sisi lain, profesor geografi dan etnologi Belanda, Pieter Johannes Veth, turut membagikan informasi seputar Serandjana.

Informasi tersebut tertuang dalam kamus Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten, halaman 252, terbitan Amsterdam oleh P.N. van Kampen pada 1869.

Veth menuliskan, "Sarandjana, kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeloe Laut, welk eiland aan Borneo's Zuid-Oost punt is gelegen." Kalimat tersebut memiliki arti kurang lebih, "Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut, yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan."

Asal usul nama Saranjana

Selain fakta dari sumber Hindia Belanda, Mansyur menyebutkan, masih terdapat sumber lain terkait Kota Saranjana. "Sumber yang tentunya jangan sampai ditinggalkan.

Untuk membuat mitos menjadi nyata, harus dimulai dari kemitosannya," tutur dia.

Pertama, ditilik dari sudut pandang bahasa, nama Saranjana, Sarangjana, atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda memiliki kesamaan dengan Sarangtiung.

Wilayah Saranjana ada di selatan Pulau Laut, sementara daerah Sarangtiung berada di utara Pulau Laut.

Lokasi Tanjung Saranjana di Pulau Laut yang diyakini merupakan lokasi Kota Saranjana. Saranjana menjadi ramai diperbincangan karena foto penampakan Kota Saranjana yang viral di media sosial.
Lokasi Tanjung Saranjana di Pulau Laut yang diyakini merupakan lokasi Kota Saranjana. Saranjana menjadi ramai diperbincangan karena foto penampakan Kota Saranjana yang viral di media sosial. (Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur)

"Apakah unsur kesamaan ini menunjukkan hubungan? perlu pendalaman. Hal yang pasti, menunjukkan tempat berupa 'sarang'," kata Mansyur.

Namun, dia berpendapat bahwa pembuktian unsur kesejarahan dalam konteks ini hanya sampai di sini.

Sebab, belum ada sumber yang menunjukkan adanya hubungan kedua wilayah ini.

Artinya, pendapat ini hanya pencocokan atau cocoklogi yang belum bisa mencapai taraf hipotesis.

Kedua, lanjut Mansyur, apabila dibandingkan dengan kosakata India, maka "Saranjana" berarti tanah yang diberikan.

Kendati demikian, pendapat ini juga masih dalam tahap cocoklogi.

Apalagi, belum pernah ditemukan peninggalan "wujud budaya" hasil Indianisasi di Pulau Laut.

Penelusuran ketiga, bersumber dari lisan warga lokal dalam publikasi "Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency" oleh Normasunah.

"Normasunah berpendapat sesuai mitos. Gunung Saranjana merupakan jelmaan dari tokoh Sambu Ranjana dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun," papar Mansyur.

Dalam mitos itu, Raja Pakurindang mengatakan: "Sambu Batung, engkau dan Putri Perak tinggallah di utara pulau ini. Teruskan rencanamu membuka diri dan membaur di alam nyata.

Dan engkau Sambu Ranjana tinggallah di selatan, lanjutkan niatmu menutup diri. Aku merestui jalan hidup yang kalian tempuh. Namun ingat, meskipun hidup di alam berbeda, kalian harus tetap rukun. Selalu bantu-membantu dan saling mengingatkan."

"Kesimpulannya, nama Sambu Ranjana inilah yang kemudian mengalami 'evolusi' pelafalan menjadi 'Saranjana' dalam lidah orang lokal," ungkap dia.

Baca juga: Suara Langkah di Sasis Bus Bikin Panik, Saat Ditengok Ada Sosok Misterius, Damkar Turun Tangan

Baca juga: Aksi Pria Misterius Lempar Kresek Hitam ke Tembok Lapas Lalu Kabur, Petugas Kaget Tahu Isi Kresek

Kerajaan Saranjana disebut dari Suku Dayak Samihim

Di sisi lain, apabila menelusuri keberadaan wilayah Saranjana dalam perspektif ilmiah, terdapat dugaan bahwa Saranjana adalah wilayah kekuasaan dari Suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut.

"Suku Dayak yang dimaksud adalah Dayak Samihim, subetnis suku Dayak yang mendiami daerah timur laut Kalimantan Selatan," ujar Mansyur.

Berbentuk negara suku dari Suku Dayak Samihim, Kerajaan Saranjana muncul sebelum 1660-an atau pada pra-abad ke-17 Masehi.

Mansyur menjelaskan, kepala suku pertama adalah Sambu Ranjana yang semua menganut kepercayaan animisme.

Namun seiring perkembangannya, Sambu Ranjana mulai mendapat pengaruh Hindu lama.

"Pada akhirnya, kelompok Suku Dayak Samihim meninggalkan wilayah Saranjana akibat perang dengan kekuatan asing yang datang dengan perahu, menyerang penduduk dan menghancurkan wilayahnya," terang dia.

"Walaupun sudah meninggalkan wilayahnya, nama pusat kekuasaan Suku Dayak Samihim di Pulau Laut, sampai sekarang tetap dinamakan dengan Saranjana," lanjutnya.

Hanyalah kota angan-angan

Mansyur menerangkan, hipotesis lain mengatakan bahwa Saranjana merupakan mitos tentang daerah atau pemerintahan kerajaan maju yang menjadi cita-cita Pangeran Purabaya dan anaknya, Gusti Busu dari Kerajaan Pulau Laut.

"Jadi wilayah Saranjana adalah semacam memori kolektif, yakni sebagai negeri impian dari pemilik pertama tanah apanaze Pulau Laut ini," kata Mansyur.

Hipotesis kedua ini, lebih condong ke pemahaman bahwa Saranjana tidak nyata.

Menurut Mansyur, posisi Saranjana hanya sebagai memori kolektif. Lambat laun, kota ini pun menjadi mitos sebuah wilayah impian atau negeri angan-angan masyarakat pendukungnya.

"Oleh karena itu, mitos inilah yang berkembang sampai sekarang. Dalam mitos, selalu digambarkan Saranjana memang menjadi wilayah yang maju," pungkasnya.

----

Artikel ini telah ditayangkan di Kompas.com

Berita Jatim dan berita viral lainnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved