Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Probolinggo

Sosok Ayah Pengantin di Probolinggo yang Nikahannya Hancur, Sempat 'Sembunyi' Sebelum Dicokok Polisi

Inilah sosok ayah pengantin di Probolinggo yang resepsinya hancur karena kedatangan polisi, ternyata sempat sembunyi menyimpan kejahatan.

Penulis: Ignatia | Editor: Dwi Prastika
TribunJatim.com
Sosok ayah di Probolinggo yang ditangkap polisi saat menikahkan anaknya, Sabtu (11/2/2023). 

TRIBUNJATIM.COM - Hancurnya resepsi pernikahan di Desa Jatiadi, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ditengarai karena kedatangan polisi dari Satreskoba dan Samapta Polres Probolinggo.

Sosok ayah dari pengantin di resepsi ini dicari-cari oleh polisi saat akan menikahkan anaknya.

Sosok ayah tersebut adalah Abdul Azis (43), warga Dusun Rowojati Lor, Desa Jatiadi, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.

Abdul Azis digelandang ke Polres Probolinggo setelah sekian lama menjadi DPO (daftar pencarian orang).

Abdul Azis ternyata tahu bahwa dirinya sudah lama diincar oleh polisi sebagai buronan.

Suasana kebahagiaan resepsi pernikahan langsung berubah menjadi kegentingan.

Keluarga dibuat malu bukan kepalang, apalagi saat proses penangkapan dilakukan, banyak warga yang melihat apa yang terjadi.

Ada cara licik yang sempat dilakukan Abdul Azis setelah tahu polisi datang.

Abdul Azis merupakan sosok ayah dari mempelai wanita yang saat itu hendak melangsungkan pernikahan di rumahnya.

Mempelai wanita tersebut hendak menikah di rumah dengan calon suaminya, hingga pernikahan terganggu setelah polisi datang.

Baca juga: Pengantin Baru Cekcok Gegara Pekerjaan Suami, Istri Emosi Buat Keputusan Sendiri: Tidak Mudah

Abdul Azis yang mengetahui polisi mencarinya berusaha untuk melarikan diri.

Abdul Azis rupanya berusaha untuk mengelabui polisi dengan berada di salah satu rumah warga, bukan rumahnya.

Dicari-cari oleh pihak kepolisian, Abdul Azis 'sembunyi' di rumah tetangganya dan barulah dibekuk polisi setelah dicari.

Kasatreskoba Polres Probolinggo, AKP Ahmad Jayadi mengatakan, penangkapan Abdul jadi tontonan warga.

Resepsi di Probolinggo yang diobrak-abrik polisi karena ternyata ayah merupakan DPO, penangkapan langsung dilakukan pada Sabtu (12/2/2023) lalu kolase ilustrasi batal nikah
Resepsi di Probolinggo yang diobrak-abrik polisi karena ternyata ayah pengantin merupakan DPO, penangkapan langsung dilakukan pada Sabtu (12/2/2023). kolase ilustrasi batal nikah (Tribun Jatim)

"Tersangka, kami amankan ketika melangsungkan pesta pernikahan sang anak," katanya, Sabtu (11/2/2023).

"Namun, ketika itu, tersangka berada di dalam rumah tetangganya," lanjutnya.

"Ini cara tersangka mengelabui petugas," tambahnya.

Sosok dan kejahatan Abdul Azis akhirnya terungkap, bahwa dirinya merupakan pemain lama dalam pengedaran narkoba yang memang sudah menjadi incaran polisi.

Baca juga: 38 Tahun Tak Nikah, Pria Dipaksa Ibu ke RSJ, Hasil Diagnosa Dokter Malah Terbalik: Ibunya yang Sakit

Dia menjelaskan, Abdul Azis merupakan jaringan dari tersangka Yogi, seorang pengedar sabu.

Yogi dicokok saat mengisap sabu di sebuah rumah kontrakan, di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, ditemani kekasihnya, beberapa pekan laku.

"Tersangka (Abdul) ini hasil pengembangan dari tersangka Yogi. Yogi mengambil sabu dari Abdul," jelasnya.

Abdul Azis harus memupuk dalam-dalam keinginan mendampingi sang anak duduk di atas pelaminan bersama suaminya.

Personel gabungan Satreskoba dan Samapta Polres Probolinggo tengah mengamankan Abdul Azis (43), warga Dusun Rowojati Lor, Desa Jatiadi, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo
Personel gabungan Satreskoba dan Samapta Polres Probolinggo tengah mengamankan Abdul Azis (43), warga Dusun Rowojati Lor, Desa Jatiadi, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo (Istimewa/ TribunJatim.com)

Keluarga kini harus menanggung malu atas apa yang sebenarnya dilakukan oleh kepala keluarga mereka itu.

Mereka menanggung malu atas perbuatan ayah sekaligus mertua dan besan tersebut.

Abdul Azis digelandang ke Mapolres Probolinggo tepat saat menggelar resepsi sang anak.

Atas perbuatannya, Abdul dijerat pasal 114 Ayat 1, Sub pasal 112 Ayat ( 1 ) UU RI Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun penjara.

"Tersangka Abdul merupakan bandar sabu. Tersangka sudah lama menjadi DPO," pungkasnya. (Danendra Kusuma/TribunJatim.com)

Baca juga: Eks Mobil Dinas Wali Kota Malang Akan Dipinjamkan Untuk Kendaraan Nikah, Bagaimana Caranya?

Kisah menarik lainnya soal pernikahan juga sempat terjadi di Probolinggo.

Ada sepasang pengantin yang menikah dengan mahar linggis.

Aksi keduanya itu viral setelah ditanyakan apa sebenarnya motif dan alasan menggunakan linggis sebagai mahar.

Kisah cinta yang terjalin antara Samsul Mukmin (46) warga Desa Dungun, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, dan Sumiati (45) warga Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, bak mematahkan pandangan pesimistis. 

Sumiati tak meminta mahar yang muluk-muluk dan sesuai keinginannya kepada Mukmin. 

Dia menyerahkan sepenuhnya bentuk mahar kepada Mukmin.

Yakni semampunya Mukmin. 

Setelah berpikir panjang, Mukmin pun memutuskan memberi mahar Sumiati sebatang linggis dan uang Rp 100 ribu. 

Mukmin bercerita, meski nyeleneh, keputusan memberikan mahar linggis kepada sang istri bukanlah asal-asalan. 

Ada makna mendalam yang terkandung pada mahar sebatang linggis itu. 

"Sebatang linggis adalah simbol kekokohan. Linggis tak mudah dibengkokkan. Dibenturkan berkali-kali juga tak hancur. Jadi, saya ingin rumah tangga kami tetap kokoh dalam situasi apapun layaknya sebatang linggis ini," kata Mukmin kepada Tribun Jatim Network saat ditemui di rumahnya, Desa Dungun, Sabtu (4/2/2023). 

Mukmin menyebut, mahar yang diberikan tersebut merupakan hasil dari keringatnya sendiri. 

Sehari-hari, Mukmin bekerja sebagai penjual kerupuk dagangan si bos.

Upah yang dia terima dalam sehari Rp 50-70 ribu. 

Baca juga: Alasan Pengantin Wanita di Lombok Minta Mahar Seperangkat Kain Kafan, Tak Mau Mobil: akan Kita Bawa

"Sebagian upah saya kumpulkan untuk mahar, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Saya membeli sebatang linggis kondisi baru di sebuah toko bangunan. Harganya Rp 50 ribu," sebutnya. 

Sementara, Sumiati mengungkapkan, ketika Mukmin memberikan mahar sebatang linggis dan uang Rp 100 ribu, tidak ada keraguan baginya untuk menerima mahar itu. 

Sumiati juga bersyukur dengan mahar yang diberikan kepadanya. 

"Tanpa panjang lebar saya terima pinangan dan mahar yang diberikan oleh suami. Sebab, dari awal saya memang tak neko-neko meminta mahar. Saya bersyukur dengan apa yang diberikan," ungkapnya. 

Sumiati menyatakan, mahar sebatang linggis itu akan dipajang di dinding ruang tamu rumah. 

Linggis tersebut akan diletakkan di titik yang mudah terlihat agar dia dan suami selalu ingat dengan filosofinya. 

"Sebatang linggis itu akan menjadi kenangan untuk saya dan suami. Saya dan suami akan berupaya mewujudkan arti yang ada dalam sebatang linggis itu, yakni rumah tangga yang kokoh," terangnya. 

Di sisi lain, Sumiati menyatakan perkenalan dirinya dengan suami berlangsung sejak 5 tahun lalu. 

Saat itu, status Sumiati menjanda karena suami pertama meninggal dunia. Begitu pula Mukmin.

Dia menduda usai istrinya meninggal dunia. 

Baca juga: SOSOK Pengantin Batal Nikah karena Adat, Wanita Seorang Atlet, Pria Tak Mampu Beri Mahar Rp 75 Juta

Perkenalan Sumiati dengan Mukmin terjadi karena peran dua temannya, bekennya dicomblangin.

Mulanya, Sumiati dan Mukmin tak ada gairah untuk membuka lembaran baru dengan orang lain. 

Mereka lebih fokus bekerja demi sang buah hati.

Sumiati mempunyai seorang anak. Sedangkan, Mukmin memilik dua orang anak. 

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Sumiati dan Mukmin bertemu. 

Ketika awal bertemu, Mukmin sempat minder karena merasa tak memiliki apa-apa. 

Hanya rumah sederhana dan motor butut Honda Astrea keluaran tahun 2000 yang dia punyai.

Pekerjannya juga sebagai penjual kerupuk. 

"Saya memberikan pengertian kepadanya, bahwa saya tak mementingkan harta. Rezeki sudah diatur oleh Allah. Tak mungkin tertukar. Rezeki bisa didapat kalau berusaha," urainya.

Tiga bulan terakhir, keduanya semakin dekat.

Sumiati dan Mukmin sudah bisa memahami satu sama lain. 

"Karena usia kami tak lagi muda, tentu kami tidak berpacaran. Kami hanya taarufan. Biar hubungan ini mengalir saja. Hingga pada akhirnya, saya dan suami menikah pada Jumat, kemarin. Acara pernikahan digelar sederhana," pungkasnya. 

Berita Probolinggo lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved