Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Ponorogo

Soal Balita Stunting Diberi Susu Kental Manis, Dinkes Ponorogo Buka Suara, Sebut Ada Salah Paham

Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo buka suara terkait balita stunting di Desa Bajang, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo. Kasus ini viral setelah di

Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Pramita Kusumaningrum
Sub Kordinator Kesehatan Gizi Masyarakat Dinkes Ponorogo Liswarni buka suara soal anak stunting diberi susu kental manis 

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo buka suara terkait balita stunting di Desa Bajang, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo. Kasus ini viral setelah di posting pakar nutrisi nasional dr Tan Shoet Yen.

“Kami sudah ke sana melakukan pendalaman. Dan memang ada yang diberikan susu kental manis. Tapi ada juga telurnya,” ujar Sub Kordinator Kesehatan Gizi Masyarakat Dinkes Ponorogo Liswarni, Rabu (8/3/2024).

Hasilnya adalah pemerintah desa (Pemdes) Bajang memang mengalokasikan dana untuk pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita stunting. Di mana ada 18 anak terindikasi stunting di Desa Bajang.

“Nah, bentuk paketnya itu memang salah satunya ada susu kental manis. Tapi bukan hanya susu kental manis saja, jadi ada susu kental manis, ada biskuit dan ada telur,” katanya.

Lis—sapaan akrab—Liswarni menduga mungkin yang memviralkan kurang lengkap. Sehingga menimbulkan persepsi yang bermacam macam persepsi yang berbeda.

“Setelah kita konfirmasi lebih jauh bahwa susu kental manis itu bukan menjadi sumber utama nanti untuk penanganan stunting. Tetapi menjadi bahan tambahan untuk produk olahan,” tegasnya.

Baca juga: Ibu di Ponorogo Viralkan Kejadian Anak Stunting Diberi Susu Kental Manis oleh Kader Posyandu

Baca juga: Melalui Budidaya Ikan, Pemkab Malang Ingin Tekan Stunting, Sudah Terlaksana di Sejumlah Kecamatan

Menurutnya, informasi itu sudah dijelaskan oleh kader Posyandu. Namun, kemungkinan besar miss komunikasi antara kader Posyandu dengan yang diberikan informasi.

Dia menjelaskan, bagi bayi dan balita stunting atau gizi buruk itu diberikan PMT pemulihan.

Di mana 90 hari makan dan dipantau secara berkelanjutan, yang dilakukan langsung oleh petugas berkompeten di wilayah itu.

"Jadi tidak dibebankan ke orang tua saja. Setelah 3 bulan dievaluasi lagi. Dilihat perkembangannya secara periodik," jelasnya. 

Lebih jauh, Liswarni mengungkapkan bahwa ke 18 anak balita di Desa Bajang penerima PMT itu, masih terindikasi stunting.

Lantaran baru dilihat berdasarkan indikator berat badan dan tinggi badan. Belum berdasrkan indikator perkembangan itelejensi balita. 

"Kalau stunting itu ada dua indikatornya, selain berat dan tinggi badan, juga perkembangan intelejensi anak. Sehingga kita mengantisipasi itu dengan pencegahan, kalau sudah stunting itu tahapannya pemulihan," pungkasnya. 

Sebelumnya, Seorang ibu di Ponorogo melaporkan bahwa anak stunting di desanya diberi makanan pendamping berupa susu kental manis dan biskuit.

Ibu yang mengaku berasal dari Desa Bajang, Kecamatan Mlarak, Ponorogo itu melaporkan kejadian tersebut melalui pesan direct message (DM) di akun instagram milik dr Tan Shot Yen.

Dokter Tan sendiri merupakan pakar nutrisi yang fokus terhadap gizi anak

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved