Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia 2022, Proporsi Tertinggi Lulusan SMA dan SMK

Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menurut pendidikan pada 2022 masih dipegang oleh lulusan SMA dan SMK.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM/SYLVIANITA WIDYAWATI
Prof Dr Anwar Sanusi MPA PhD, Sekjen Kemnaker RI saat di Universitas Brawijaya, Selasa (14/3/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sylvianita Widyawati

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menurut pendidikan pada 2022 masih dipegang oleh lulusan SMA dan SMK.

SMA mencapai 8,57 persen dan SMK mencapai 9,42 persen.

Sedang lulusan D1 sampai D3 sebanyak 4,59 persen.

Dan lulusan D4, S1, S2 dan S3 mencapai 4,86 persen. 

Hal itu disampaikan oleh Prof Dr Anwar Sanusi MPA PhD, Sekjen Kemnaker RI dalam kegiatan Ministrial Lecture Kemnaker bersama FiSIP Universitas Brawijaya di Gedung Widyaloka, Selasa (14/3/2023).

Masih tingginya hal itu menurut Anwar Sanusi karena mereka dalam wilayah antara.

Baca juga: 3 Bulan Edarkan Sabu, Pria di Malang Ditangkap Polisi, Ngaku Dapat Barang Haram Lewat Media Sosial

"Dalam usianya ingin profesional tapi modalitas untuk berkompetensi kurang," kata Anwar pada wartawan usai kegiatan itu.

Karena itu menjadi pertanyaan mahasiswa saat di acara tentang apa yang harus dilakukan Kemenaker untuk menekan itu.

Ia menjawab masih melakukan upaya menekan gap persentasenya.

"Sehingga kami dorong untuk mengikuti pelatihan vokasi sesuai kebutuhan masyarakat lokal dan disesuaikan dengan permintaan dari pasar kerja. Sebab dalam pelatihan vokasi didesain lebih sederhana dan praktis serta aplikatif," ujarnya.

Karena itu juga dilakukan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikelola Kemnaker.

Baik dari sisi fasilitas dan perbaikan alat-alatnya alat sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan pasar kerja.

Dari sisi metode pembelajaran juga mengkombinasikan lebih banyak praktik daripada teorinya, termasuk dengan pemagangan.

Sehingga lebih mendekatkan keterampilan yang dibutuhkan dengan ketersesuaian dengan angkatan kerja.

Baca juga: Kolam Renang Slembat di Stadion Gajayana Malang Ditutup Sementara, Pemkot Lakukan Rehabilitasi

Dikatakan, ia tidak berani menargetkan penurunannya berapa pada angka pengangguran terbuka karena perlu orkestrasi dengan pihak lainnya.

Apalagi sekarang pascapandemi dan masih ada ancaman geopolitik global.

Dikatakan, lowongan kerja untuk lulusan SMA dan SMK masih ada terutama yang memiliki keterampilan.

Dan pasar kerja tidak selalu menginginkan hanya lulusan S1.

"Misalkan pekerjaan sebagai care giver. Itu kan perlu keterampilan. Di bagian pengelolaan gedung atau cleaning service, di service perhotelan dan lain-lain," kata dia.

Di luar negeri seperti di Jepang juga membutuhkan namun harus disertai keterampilan bahasa.

Sehingga perlu menambah soft skill di bidang bahasa juga.

Sementara itu terkait BLK, dikatakan terbuka untuk umum.

Sebab yang ikut pelatihan ada juga yang lulusan perguruan tinggi.

"Sebab sifatnya ikut di BLK itu buat penyesuaian keterampilan," jawabnya.

Namun di Indonesia jumlah  BLK terbatas.

Yang dimiliki kementrian ada 21. Selain itu juga ada BLK milik pemerintah provinsi, kota dan kabupaten.

Yang milik pemda biasanya juga ada kendala pengembangan sisi temaga pembelajaran dan peralatan.

Baca juga: Peminat SNBP 2023 di Universitas Negeri Malang Capai 25.036 Orang, 3 Prodi Baru Melejit 

Kemampuan Digital Calon Karyawan Masih Rendah

Sementara itu dalam ministrial lecture, Kemenaker RI terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan digital calon karyawan yang akan terjun ke dunia kerja.

Dalam penjelasan Prof Drs Anwar Sanusi MPA PhD mengungkapkan dari hasil survei yang dilakukan East Ventures pada tahun 2022 52,1 persen perusahaan di Indonesia masih kesulitan untuk mencari karyawan dengan kemampuan digital.

Sebaliknya hanya tujuh persen saja perusahaan yang mudah merasa mencari karyawan dengan kemampaun digital.

Dari survei tersebut menurut Anwar Sanusi, 56,3 persen calon pekerja hanya menguasai secara teoritis saja bukan secara aplikatif.

“Bahkan 32,4 persen perusahaan menilai calon karyawan tidak memiliki kemampuan digital yang memadai sesuai dengan keinginan perusahaan,” sambungnya. 

Ia berharap para tenaga kerja muda tidak takut terhadap digitalisasi karena kebutuhan di pasar kerja pada era digital lebih membutuhkan softskill.

Berpartisipasi aktif juga dalam jejaring atau komunitas keterampilan kontemporer.

“Jangan pernah berhenti belajar dan jangan mudah menyerah terhadap persaingan di dunia kerja," tandasnya. 

Berita Malang lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved