Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

Ada Salat Tarawih Cepat di Blitar, 20 Rakaat Bisa Selesai dalam Waktu 10 Menit, Jemaah: Mantab

Salat tarawih di Blitar sebanyak 20 rakaat dan salat witir sebanyak tiga rakaat selesai dalam waktu lebih kurang 10-12 menit.

|
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Samsul Hadi
Sebagian jemaah mengikuti salat tarawih di halaman Masjid Ponpes Mamba'ul Hikam, Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (22/3/2023) malam. 

Hal sama diungkapkan Mamba'udin (42), warga Desa Bakung, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Udin, panggilan Mamba'udin mengaku sejak kecil sampai sekarang sudah berkeluarga dan punya anak selalu mengikuti jemaah salat tarawih di Pondok Mantenan.

"Tiap Ramadan, saya rutin salat tarawih di Pondok Mantenan. Kalau tidak ada halangan, saya rutin ikut salat tarawih mulai awal sampai finish di sini. Dari kecil sampai sekarang sudah punya anak, saya ikut salat tarawih di sini," katanya.

Udin juga merasakan suasana berbeda saat mengikuti jemaah salat tarawih di Pondok Mantenan.

Selain cepat, menurutnya, jemaah salat tarawih di Pondok Mantenan selalu ramai.

"Salatnya cepat, sekitar 10 menit sudah selesai. InsyaAllah, saya sudah bisa mengikuti (kecepatan gerakan) salat tarawih di sini (Pondok Mantenan)," ujarnya.

-Asal Mula Tarawih Cepat di Pondok Mantenan

Pengasuh Ponpes Mamba'ul Hikam atau Pondok Mantenan, KH Muhammad Dliya'uddin Azzamzam mengatakan salat tarawih model seperti ini (cepat) sudah berjalan sejak zaman kakeknya, pendiri Pondok Mantenan, Kiai Abdul Ghofur.

"Mbah Yai Abdul Ghofur mendirikan pondok ini pada 1907," kata KH Muhammad Dliya'uddin Azzamzam usai memimpin salat tarawih di Pondok Mantenan, Rabu (22/3/2023) malam.

Ia menjelaskan asal mula tradisi salat tarawih cepat di Pondok Mantenan. Dulu, pada waktu pondok didirikan oleh kakeknya Kiai Abdul Ghofur, kondisi masyarakat di sekitar Desa Mantenan masih awam dengan agama Islam.

Mbah Abdul Ghofur bisa dibilang yang babat alas menyebarkan agama Islam di sekitar Desa Mantenan.

"Di sini (Mantenan) dulu, (masyarakatnya) masih awam (agama Islam). Istilahnya, yang babat Mbah saya itu. Waktu tiba Ramadan, Mbah melaksanakan salat tarawih seperti biasa. Tapi, akhirnya setelah seminggu, jemaah habis, tinggal dua, tiga orang saja," ujar generasi keempat pengasuh Ponpes Mantenan itu.

Ia menceritakan, setelah mengetahui jemaah salat tarawih semakin habis, Mbah Abdul Ghofur kemudian mendatangi satu per satu rumah jemaah.

Mbah Abdul Ghofur menanyakan kepada para jemaah kenapa tidak lagi ikut jemaah salat tarawih.

"Akhirnya, para jemaah ditanya satu per satu oleh Mbah Abdul Ghofur. Cara Jawanya, nyapo kok gak gelem tarawih? Jawabannya kesel, Gus. Waktu itu Mbah Abdul Ghofur masih muda," katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved