Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Penumpang Minta Diantar ke Rumah Sakit, Tukang Becak Syok Dibayar Rp 100ribu Tapi Uangnya Jadi Daun

Cerita viral disampaikan oleh seorang tukang becak yang baru berbagi pengalamannya mengantar seorang penumpang tapi malah dibayar daun.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TribunStyle.com
Ilustrasi bapak-bapak tukang becak yang dibayar dengan uang Rp100 ribu awalnya tapi kemudian berubah jadi daun. 

Bukan Kota Saranjana

Saat dikonfirmasi, Lalu Ferdian selaku pemilik video mengatakan, penampakan yang terekam drone hanyalah awan biasa dan tidak ada hubungannya dengan Kota Saranjana.

"Itu hanya jejeran awan saja yang mirip sekali dengan jejeran siluet gedung bertingkat," kata dia kepada Kompas.com, Sabtu (4/2/2023). Bukan di Kalimantan Selatan seperti rumor lokasi Saranjana berada.

Lalu menjelaskan bahwa video tersebut diambil di salah satu kampung di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.

"Di kampung saya, di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta ," tuturnya.

Saranjana tak tercatat secara administrasi

Kepala Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Berkatullah, menegaskan, Kota Saranjana tidak tercatat sebagai kabupaten maupun kota di Provinsi Kalimantan Selatan.

"Tidak tercatat secara administrasi," ujar Berkatullah, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Kendati demikian, Berkatullah menambahkan, rumor mengatakan bahwa Kota Saranjana berada di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Terpisah, Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur, S.Pd., M.Hum, turut menjelaskan hal senada.

"Tidak tercatat secara administratif. Kalau lokasinya sekarang di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu.

Menurut Mansyur, lokasi Saranjana disebutkan berada di sebuah bukit kecil di Desa Oka-Oka. Bukit tersebut tampak indah karena berbatasan langsung dengan laut, tetapi dianggap angker oleh penduduk sekitar.

Saranjana tercatat pada peta zaman Hindia Belanda

Mansyur selaku Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Kalimantan ini mengatakan, keberadaan Saranjana dalam perspektif sejarah adalah fakta.

Hal tersebut ditunjukkan oleh Salomon Muller, seorang naturalis berkebangsaan Jerman dalam peta bertajuk "Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo" atau peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo.

Peta pada 1845 silam ini mengambarkan, ada wilayah yang tertulis sebagai Tandjong (hoek) Serandjana.

Peta Salomon Muller, 1845 yang memuat keberadaan Tanjung Saranjana.
Peta Salomon Muller, 1845 yang memuat keberadaan Tanjung Saranjana. (Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur)

Asal usul nama Saranjana

Selain fakta dari sumber Hindia Belanda, Mansyur menyebutkan, masih terdapat sumber lain terkait Kota Saranjana. "Sumber yang tentunya jangan sampai ditinggalkan.

Untuk membuat mitos menjadi nyata, harus dimulai dari kemitosannya," tutur dia.

Pertama, ditilik dari sudut pandang bahasa, nama Saranjana, Sarangjana, atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda memiliki kesamaan dengan Sarangtiung.

Wilayah Saranjana ada di selatan Pulau Laut, sementara daerah Sarangtiung berada di utara Pulau Laut.

Lokasi Tanjung Saranjana di Pulau Laut yang diyakini merupakan lokasi Kota Saranjana. Saranjana menjadi ramai diperbincangan karena foto penampakan Kota Saranjana yang viral di media sosial.
Lokasi Tanjung Saranjana di Pulau Laut yang diyakini merupakan lokasi Kota Saranjana. Saranjana menjadi ramai diperbincangan karena foto penampakan Kota Saranjana yang viral di media sosial. (Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur)

Kerajaan Saranjana disebut dari Suku Dayak Samihim

Di sisi lain, apabila menelusuri keberadaan wilayah Saranjana dalam perspektif ilmiah, terdapat dugaan bahwa Saranjana adalah wilayah kekuasaan dari Suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut.

"Suku Dayak yang dimaksud adalah Dayak Samihim, subetnis suku Dayak yang mendiami daerah timur laut Kalimantan Selatan," ujar Mansyur.

Berbentuk negara suku dari Suku Dayak Samihim, Kerajaan Saranjana muncul sebelum 1660-an atau pada pra-abad ke-17 Masehi.

Mansyur menjelaskan, kepala suku pertama adalah Sambu Ranjana yang semua menganut kepercayaan animisme.

Namun seiring perkembangannya, Sambu Ranjana mulai mendapat pengaruh Hindu lama.

"Pada akhirnya, kelompok Suku Dayak Samihim meninggalkan wilayah Saranjana akibat perang dengan kekuatan asing yang datang dengan perahu, menyerang penduduk dan menghancurkan wilayahnya," terang dia.

"Walaupun sudah meninggalkan wilayahnya, nama pusat kekuasaan Suku Dayak Samihim di Pulau Laut, sampai sekarang tetap dinamakan dengan Saranjana," lanjutnya.

Hanyalah kota angan-angan

Mansyur menerangkan, hipotesis lain mengatakan bahwa Saranjana merupakan mitos tentang daerah atau pemerintahan kerajaan maju yang menjadi cita-cita Pangeran Purabaya dan anaknya, Gusti Busu dari Kerajaan Pulau Laut.

"Jadi wilayah Saranjana adalah semacam memori kolektif, yakni sebagai negeri impian dari pemilik pertama tanah apanaze Pulau Laut ini," kata Mansyur.

Hipotesis kedua ini, lebih condong ke pemahaman bahwa Saranjana tidak nyata.

Menurut Mansyur, posisi Saranjana hanya sebagai memori kolektif. Lambat laun, kota ini pun menjadi mitos sebuah wilayah impian atau negeri angan-angan masyarakat pendukungnya.

"Oleh karena itu, mitos inilah yang berkembang sampai sekarang. Dalam mitos, selalu digambarkan Saranjana memang menjadi wilayah yang maju," pungkasnya.

 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved