Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Bayi Trenggalek Meninggal Usai Imunisasi

Pemkab Trenggalek Buka Suara soal Bayi Meninggal seusai Imunisasi: Kita Lihat Riwayat Sebelumnya

Orang Tua bayi di Trenggalek mengadu ke Polres Trenggalek karena tak terima bayinya yang masih berusia 5 bulan meninggal dunia setelah imunisasi

|
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Sofyan Arif Candra
Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek, Sunarto 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Orang tua bayi di Trenggalek mengadu ke Polres Trenggalek karena tak terima bayinya yang masih berusia 5 bulan meninggal dunia setelah imunisasi.

Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek, Sunarto menyebut penyebab kematian bayi asal Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan tersebut bukan karena imunisasi, namun adanya co-insiden atau dua kejadian yang terjadi bersamaan.

Sunarto kesimpulan sementara, vaksin yang disuntikkan ke bayi tersebut aman, hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya kasus yang menimpa bayi lain yang menerima vaksin serupa.

"Kalau orang disuntik dengan batch yang sama tentunya akan menimbulkan hal yang sama, tapi ternyata tidak ditemukan (kasus) yang sama (terhadap anak lain) berarti vaksinnya aman," ucap Sunarto, Selasa (28/3/2023). 

Pada tanggal 21 Maret 2023, sang bayi yaitu MAOR menerima tiga jenis imunisasi yaitu DPT-HB-HIB 2, lalu polio 3, dan PCV 1 di Polindes di Kecamatan Pogalan bersama anak-anak lain di desa tersebut.

Sebelum memberikan imunisasi, tenaga kesehatan juga telah melakukan skrining kepada bayi, salah satunya adalah kontra indikasi imunisasi yang diberikan kepada sang bayi.

Dari jenis imunisasi yang diberikan juga terlihat jika sang bayi sebelumnya sudah pernah mendapatkan imunisasi serupa dan pada imunisasi sebelumnya aman.

"Kita lihat riwayat sebelumnya, apakah anak tersebut pernah mendapatkan vaksin yang sama apa tidak dan bagaimana reaksinya, nah ternyata pada anak tersebut juga tidak mendapatkan keluhan seperti yang sekarang saat imunisasi yang sama sebelumnya," jelas Sunarto.

Lalu kemungkinan lain yaitu adanya co insiden atau suatu kejadian atau insiden yang terjadi secara bersama-sama.

Sunarto masih enggan memberikan detail lebih lanjut kejadian apa yang dimaksud karena masih dilakukan pendalaman.

Namun yang pasti, pihaknya telah memegang rekam medis dan riwayat sang bayi mulai dari vaksin tanggal 21 Maret, lalu apa yang terjadi pada tanggal 22 Maret, masuk Puskesmas dan RSUD dr Soedomo tanggal 23 Maret, hingga meninggal dunia tanggal 24 Maret 2023.

"Kami sudah melakukan pelacakan kepada (keluarga) yang bersangkutan, kemudian dari pihak rumah sakit dan sebagainya," tambah Sunarto.

Kasus tersebut akan didalami oleh KOMDA KIPI atau Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang nantinya akan muncul sejumlah rekomendasi dan menjadi dasar langkah selanjutnya.

"Tapi kesimpulan sementara (kasus) itu termasuk seperti klasifikasinya WHO adalah co insiden," jelas Sunarto.

Namun apapun hasilnya, Dinkes dan pihak terkait akan melakukan rapat investigasi terhadap kasus tersebut agar program imunisasi yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak tetap berjalan.

"Jangan sampai beberapa kasus co insiden akan mengganggu proses imunisasi karena beberapa kasus difteri muncul akibat vaksinasinya tidak sempurna, seperti adanya beberapa kasus polio juga mulai muncul lagi dan lain sebagainya," tambahnya.

Imunisasi ini, lanjut Sunarto memang tidak 100 persen menghindarkan seseorang dari terinfeksi atau terserang suatu penyakit, namun setidaknya bisa memperingan gejalanya seperti difteri yang jika tidak mendapatkan imunisasi sebelumnya bisa saja menyebabkan kematian jika sewaktu-waktu tertular.

Diberitakan sebelumnya, sepasang suami istri mendatangi Polres Trenggalek untuk mengadukan kematian bayinya yang masih berumur 5 bulan.

Mukono (46) dan Adelia (17) tidak terima atas kematian anaknya yang bermula dari imunisasi lalu mengalami demam hingga berujung meninggal dunia.

Warga Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan tersebut mengatakan anaknya, Muhammad Arif Okta Ramadan (MAOR) menjalani imunisasi TT atau vaksin tetanus pada tanggal 21 Maret 2023 di bidan.

"Setelah disuntik TT, sore harinya panasnya lewat terbatas, sangat panas, kejang, jerit-jerit," kata Mukono, Senin (27/3/2023).

Keesokan harinya keluarga membawa kembali sang bayi ke bidan yang kemudian diberi obat.

"Di situ katanya sudah biasa kalau diimunisasi lalu panas, setelah dikasih obat lalu dibawa pulang tapi tetap panas sampai malam ada kejang," lanjutnya.

Mukono dan istri khawatir, karena hingga pagi hari panas anakya tak kunjung turun lalu mereka berinisiatif membawanya ke bidan kembali.

"Dari bidan lalu dirujuk ke Puskesmas Pogalan ditangani diinfus, dikasih obat, tapi keadaan anaknya sudah kritis," jelas Mukono.

Pihak Puskesmas lalu merujuk dibawa ke RSUD dr Soedomo Trenggalek, namun menurut Mukono keadaan anaknya sudah lemah.

"Dirawat satu hari satu malam anaknya kemudian meninggal dunia," tambahnya.

Menurut Mukono, sebelum imunisasi, anaknya sehat, walaupun memang saat lahir beratnya 1,9 kilogram dan beberapa kali ke rumah sakit.

"Tapi dengan perawatan di rumah sakit Alhamdulillah bisa sehat," terangnya.

Untuk itu lah, ia malaporkan hal tersebut ke Polres Trenggalek dengan harapan bisa mengetahui penyebab sebenarnya kematian buah hatinya.

"Selain itu jangan sampai terjadi lagi kepada anak-anak yang lain," ucap Mukono.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Trenggalek Iptu Agus Salim membenarkan adanya laporan tersebut walaupun LP-nya (Laporan Polisi) belum terbit.

"Iya ada yang lapor, tapi LP nya saja belum terbit," ucapnya.

 


Informasi lengkap dan dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved