Mengapa Salat Idul Fitri di Lapangan? Pertama Kali Digelar 1926, Berawal Kritikan Tamu Kiai Ibrahim 

Masjid Keraton sebagai tempat salat Idul Fitri Muhammadiyah sendiri tidak lepas dari bentuk penghormatan Muhammadiyah kepada Sultan Hamengkubuwono VII.

Saat itu, Sultan mengizinkan usulan Kiai Ahmad Dahlan agar Muhammadiyah diperbolehkan berbeda tanggal perayaan hari besar Islam dengan Keraton.

Baca juga: Kilas Balik Tragedi Idul Fitri 2011, Lebaran Mundur Hilal Tak Terlihat, Warga Telanjur Masak Ketupat

Sebab, Muhammadiyah memakai sistem hisab dan kalender Hijriyah dalam menentukan Hari Raya.

Berbeda dengan Keraton yang memakai penanggalan tradisional Jawa atau Aboge.

Ulama Muhammadiyah kemudian membicarakan keputusan pelaksanaan salat Id di lapangan pada 1926.

Hasilnya, berbagai konsul dan cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia sepakat untuk menggelar salat Id di lapangan pada tahun-tahun berikutnya bahkan hingga kini.

Baca juga: Tata Cara Mandi Sunnah Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023, Disertai Amalan Lainnya Sebelum Salat Id

Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri 2023 berpotensi berbeda.

PP Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran 2023 jatuh pada Jumat, 21 April 2023.

Sementara pemerintah baru akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1444 H pada Kamis (20/4/2023).

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi Idul Fitri 2023 akan berbeda antara Muhammadiyah dan pemerintah.