Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Ponorogo

Ponorogo Kebagian Gerhana Matahari Hibrida, Bentuknya Seperti Bulan Sabit, Dulu Dikaitkan Mistis

Tim observasi dari IAIN Ponorogo melakukan pengamatan gerhana matahari hibrida di Pondok Pesantren Al Islam Joresan Ponorogo, Kamis (20/4/2023).

Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Pramita Kusumaningrum
Warga melihat gerhana matahari hibrida di Pondok Pesantren Al Islam Joresan Ponorogo 

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Tim observasi dari IAIN Ponorogo melakukan pengamatan gerhana matahari hibrida di Pondok Pesantren Al Islam Joresan Ponorogo, Kamis (20/4/2023).

Pantauan di lokasi beberapa orang terlihat mengamati dengan teropong. Pun ada yang menggunakan kacamata khusus untuk bisa melihat Gerhana Matahari.

“Gerhana matahari pukul 10.49 wib terlihat sebagian di Ponorogo. Jika total terlihat di Kabupaten Biak Papua. Kota-kota lain seperti kita di Jawa hanya kebagian sebagian,” ujar Pengajar Ilmu Falak Iain Ponorogo, Imroatul Munfarida, Kamis siang.

Dia menjelaskan bahwa ini merupakan matahari hibrid. Artinya gerhana matahari cincin kemudian diikuti total sehingga dinamakan gerhana matahari Hibrif.

“Bentuknya seperti bulan sabit. Gerhana matahari saat ini sama dengan gerhana matahari 2016 lalu. Saat itu saya melakukan observasi di Bangka Belitung,” katanya.

Baca juga: Pakai Kacamata Khusus, Gerhana Matahari Hibrida Terlihat Jelas di Langit Lumajang

Baca juga: Ada Gerhana Matahari Hibrida, Jamaah Muhammadiyah di Kabupaten Madiun Gelar Salat Kusuf

Farida—sapaan akrab—Imroatul Munfarida menjelaskan bahwa kontak akhir gerhana pada 12.18 wib. Kontak awal 09.28 wib. Sehingga total terjadi gerhana matahari selama 2 jam 50 menit.

Menurutnya, gerhana matahari sendiri 2016 lalu pernah terjadi di Bangka Belitung. Sementara di Jawa pernah terjadi gerhana matahari total pada 1983.

“Saat itu informasi di masyarakat masih ada ketakutan karena belum ada media sosial. Mungkin belum terlalu paham apa itu gerhana matahari. Dulu dikaitkan dengan mistis,” bebernya.

Sementara dia mengaku bahwa untuk melihat gerhana matahari bisa menggunakan teleskop khusus. Warga bisa menggunakan kacamatan matahari.

“Bisa menggunakan bekas klise foto, bekas foto ronsen. Ini untuk melindungi cahaya yang kuat agar tidak terjadi kebutaan,” pungkasnya

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved