Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Magetan

Kisah Pekerja Migran asal Magetan Mengadu Nasib di Sudan, Tinggal Tak Jauh dari Lokasi Pertempuran

Suasana mencekam yang terjadi di Sudan, masih membekas di benak Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Patihan, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Mage

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Febrianto Ramadani
Dipulangkan dari Sudan, Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Patihan, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Guntoro (57), ketika ditemui di rumahnya,  Senin (18/5/2023) 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani

TRIBUNJATIM.COM, MAGETAN - Suasana mencekam yang terjadi di Sudan, masih membekas di benak Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Patihan, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Guntoro.

Pria berusia 57 tersebut mengadu nasib di negara bagian Afrika utara itu, sejak 6 tahun lalu. Disana, ia bekerja di tempat percetakan buku pendidikan. 

Guntoro memilih bekerja jauh dari keluarga, lantaran ada temannya yang telah lama meniti kesuksesan disana. Dirinya juga mengaku berangkat ke Sudan secara mandiri.

"Pulang ke Magetan sebanyak dua kali. Kalau gaji, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia," ujar Guntoro ketika ditemui di rumahnya,  Senin (18/5/2023).

Menurutnya, jarak tempat tinggalnya jauh dengan lokasi pertempuran yang meletus antara tentara reguler, dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Baca juga: Keberangkatan Pekerja Migran Kota Blitar Diprediksi Meningkat, Ini 2 Negara yang Jadi Tujuan Favorit

"Kalau dari Magetan hanya saya sendiri yang ke Sudan. Dalam satu rombongan ada tiga ratus lebih dalam satu pesawat yang dievakuasi dari Sudan ke Indonesia beberapa hari yang lalu," bebernya.

"Perjalanan dari Sudan menguras banyak tenaga. Karena harus melewati Jeddah lalu sampai Indonesia sekitar sembilan jam. Sudah di Indonesia sejak Minggu, namun tiba di rumah Magetan baru Selasa kemarin," imbuhnya.

Selain capek perjalanan, lanjut Guntoro, begitu turun di bandara Soekarno Hatta ia menjalani rapid test dan vaksinasi di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Baru kemudian lanjut ke Asrama Haji Surabaya, bertemu dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

"Sama Ibu Gubernur mendapat banyak pembekalan. Setelah itu saya diantar pulang oleh tim BPBD. Saya dievakuasi dibawa keluar Sudan pada tanggal 23 April setelah lebaran," terangnya.

Baca juga: Penampungan Calon Pekerja Migran Ilegal di Tulungagung Digerebek, 3 Perempuan Berhasil Diselamatkan

Baca juga: Diming-iming Jadi Operator Komputer, PMI Indramayu Disekap di Myanmar, Rela Jalan Kaki untuk Lolos

Tentunya proses tersebut tidak mudah. Pasalnya Guntoro mengungkapkan, pada tanggal 15 April ada perintah dari Pemerintah Sudan, jika harus berdiam di dalam rumah masing masing sebelum dievakuasi.

"Disatu sisi secara mengejutkan ada suara pengeboman. Karena saya sebagai orang asing, saya menjaga keselamatan pribadi. Takutnya jadi sasaran,"ucapnya.

"Selama menjalani hidup disana ada suka dan dukanya. Saya bergaul seperti biasa saja. Beratnya jauh dari keluarga," sambung warga Asli Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan itu. 

Guntoro mengaku, masih belum ada rencana ingin kembali bekerja di luar negeri lagi. Ia masih ingin beristirahat di dalam rumah.

"Selama di Sudan saya tidak memiliki foto karena ada larangan berfoto disana dan saya juga kurang paham untuk ambil foto," pungkasnya

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved