Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dua Balita Tenggelam di Sungai Surabaya

Ibu Dua Balita yang Tenggelam di Sungai Surabaya Sebut Soal Buaya Putih, Ini Tanggapan Psikolog

Ibu dua balita yang tenggelam di Sungai Brantas Surabaya terus-terusan menyebut soal buaya putih, begini tanggapan psikolog.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Tony Hermawan
Pencarian SN, balita yang tenggelam di Sungai Brantas wilayah Kedurus, Surabaya, dilanjutkan pada Senin (26/6/2023) pagi. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dua balita, LF (2) dan SN (3) tenggelam di Sungai Brantas wilayah Kedurus, Surabaya, Minggu (25/6/2023).

Kakak beradik itu merupakan anak dari pasangan suami istri (pasutri) Sumiarti dan Sutrisno.

Mengetahui dua balitanya tenggelam membuat Sumiarti sangat sedih hingga pingsan berkali-kali.

Saat pingsan tersebut, Sumiarti terus-terusan mengigau soal buaya putih.

"Pak, tolong anak kita dibawa buaya putih," ucap Sumiarti dengan suara merintih, Senin (26/6/2023).

Bahkan dia mengaku melihat anak-anaknya ditarik buaya putih.

"Saya ketika pingsan seperti melihat anak-anakku ditarik-tarik buaya putih. Mereka dibawa ke eceng gondok," kata Sumiarti, Senin (26/6/2023).

Ibu berusia 43 tahun ini juga bercerita, saat pingsan dan di alam bawah sadar, ia seperti melihat kronologi kejadian, dua anaknya bermain pasir di dekat sungai. Lalu anak bungsunya terpeleset.

"LF itu yang masuk pertama ke sungai. SN, kakaknya seperti ingin menolong, tapi malah ikut hanyut," ucap Sumiarti.

Baca juga: BREAKING NEWS - Dua Balita Bersaudara Tenggelam di Sungai Brantas Surabaya

Sementara itu, Siti Jumrotin, seorang psikolog menanggapi apa yang dialami oleh Sumiarti.

Dia mengatakan, buaya putih merupakan mitos yang dipercayai oleh sebagian warga atau masyarakat Indonesia.

Namun terkadang masyarakat enggan bertanggung jawab atas sebuah kelalaian dalam berperilaku sehari-hari, sehingga membentuk defence mechanisms mengaitkan suatu kejadian dengan hal-hal yang tidak kasat mata atau berbau mistis.

Psikolog berusia 53 tahun ini menilai, tragedi ini dipicu kesalahan banyak pihak.

Warga yang tinggal di bantaran sungai tidak memasang papan imbauan atau larangan bagi anak-anak untuk tidak bermain di dekat aliran Sungai Brantas.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved