Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Kisah Dzahaby Razan Berbisnis Pembersih Motor, Modal Awal Rp 300 Ribu Kini Omzet Miliaran

Berawal dari modal Rp 300 ribu, kini bisa mencapai omzet miliaran Rupiah per bulannya. Hal itu dialami oleh Dzahaby Razan (23), lelaki asal Bangkalan.

Penulis: Benni Indo | Editor: Taufiqur Rohman
Tribun Jatim network/Benni Indo
Menjalankan sebuah bisnis dengan latar belakang kesukaan (passion) bisa sangat menjanjikan. Berawal dari modal Rp 300 ribu, kini bisa mencapai omzet miliaran Rupiah per bulannya. Hal itu yang dialami oleh Dzahaby Razan, lelaki berusia 23 tahun dari Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Menjalankan sebuah bisnis dengan latar belakang kesukaan (passion) bisa sangat menjanjikan.

Berawal dari modal Rp 300 ribu, kini bisa mencapai omzet miliaran Rupiah per bulannya.

Hal itu yang dialami oleh Dzahaby Razan, lelaki berusia 23 tahun dari Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Di usianya yang masih muda, ia telah mencicipi rangkaian kesuksesan menjalankan bisnis yang ia geluti dengan latar belakang kesukaan.

Di temui di tempatnya bekerja di Jalan Ikan Piranha Atas, Ruko R5, ia bercerita banyak tentang pengalamannya menjalankan bisnis.

Bisnis yang ia jalani adalah menjual alat dan bahan pembersih kendaraan dalam bentuk kemasan.

Dzahaby adalah anak muda yang memiliki kegemaran pada dunia otomotif sejak sekolah dasar.

Hingga beranjak dewasa, kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh media sosial.

Saat menjadi mahasiswa pada 2016, ia membuat sebuah akun media sosial yang menampilkan berbagai macam informasi otomotif.

Akun tersebut rupanya banyak mendapat respon sehingga terbukalah jaringan dengan sesama penggemar otomotif.

"Saya bertemu influencer dan pedagang motor gede. Saya sempat makelar motor gede tapi tidak ada yang terjual satupun," ujarnya diikuti tawa saat bercerita kepada Surya (Tribun Jatim Network), Senin (26/6/2023).

Meski belum sukses menjual motor gede, namun rupanya dari jejaring itulah terbuka pintu inspirasi bisnis pada Dzahaby.

Padahal, kedua orangtuanya ingin ia menjadi seorang PNS.

Hanya saja Dzahaby memiliki pendapat sendiri tentang penentuan pilihan hidupnya.

Berbisnis menjadi pilihannya.

Kegemarannya pada otomotif telah memunculkan ide di kepalanya untuk menjual produk perawatan kendaraan, khususnya sepeda motor.

"Saat itu saya dibelikan sepeda motor oleh orangtua. Kendaraan saya berwarna putih, lalu warnya mulai pudar menjadi kekuningan."

"Saya pun mencari bahan di internet dan menemukan produk bagus. Dari situlah saya mencoba menjadi reseller pada awalnya," ungkapnya.

Setelah beberapa saat menjadi reseller, Dzahaby memutuskan untuk berjualan sendiri.

Hanya bermodal Rp 300 ribu, Dzahaby berani mengambil tantangan untuk berbisnis.

Bahan kebutuhan didapat dari tempat ia membeli produk.

Saat liburan kuliah pada Januari 2017, ia pun memulai menjual produknya yang bernama Kilap Premium.

"Alhamdulillah karena saya sudah punya medsos sebelumnya, sehingga pemasarannya cukup bagus," ungkapnya.

Pesanan pertamanya datang dari pemberitahuan di Tokopedia.

Saking senangnya mendapat pesanan pertama, ia putuskan pulang ke rumah saat jam istirahat kuliah tiba.

Ia pulang ke rumah untuk mengemas barang yang dipesan seseorang.

Rupanya, waktu untuk mengemas barang itu cukup lama sehingga ia harus membolos jam kuliah berikutnya.

Setelah selesai dikemas, ia langsung membawa barang ke jasa ekspedisi pengiriman barang.

Rupanya, barang yang ia kemas tidak memenuhi syarat pengiriman lewat udara karena merupakan bahan cair.

Dzahaby akhirnya memutuskan untuk mengirim barang melalui darat ke DKI Jakarta.

Di tahun pertamanya berbisnis, omzet yang didapat bisa mencapai Rp 50 juta lebih.

Seiring dengan perjalanan bisnisnya, Dzahaby memutuskan pindah kuliah dari Universitas Trunojoyo ke Universitas Brawijaya mengambil Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian.

Bisnis yang semula di Bangkalan, mulai berpindah ke Kota Malang.

Menurutnya, lingkungan di Kota Malang cukup mendukung bisnisnya, terutama di kampus.

Di kampus, Dzahaby mendapatkan banyak kesempatan untuk mengasah kemampuan berbisnisnya.

Lelaki yang kini menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Malang banyak belajar dari lingkungan tempat ia belajar mencari ilmu.

Pada tahun-tahun berikutnya, omzet yang ia dapat semakin tinggi. Pada 2022, omzet yang ia dapat telah mencapai Rp 4 miliar lebih per tahun.

Tahun ini, ditargetkan pendapatannya bisa mencapai lebih dari Rp 4 miliar.

Ada 33 karyawan yang ia pekerjakan.

Beberapa di antaranya ada di Surabaya, Kabupaten Blitar dan DKI Jakarta.

Dzahaby juga telah menjadi CEO di perusahaan yang dibentuk yakni PT Kilap Global Group.

Pencapaiannya saat ini bukan tanpa aral kendala.

Saat dirinya mulai mencicipi kesuksesan, uang yang banyak sempat membuatnya hidup boros.

Dia beli segala macam keinginan, mulai dari laptop hingga motor gede, mulai dari harga jutaan hingga puluhan juta.

Ia juga sempat ditipu oleh mitra dan karyawannya sendiri.

Jika ditotal, kerugian yang ia alami bisa mencapai ratusan juta Rupiah.

Dzhaby juga sempat mengalami berada di titik jenuh berbisnis. Sampai akhirnya ia disadarkan oleh konsumennya.

"Saat itu ada konsumen yang pesan tapi tidak saya respon. Lalu konsumen menghubungi saya dan mewanti-wanti untuk memutus kemitraan."

"Dari situ saya mulai panik, apalagi uang sudah mulai menipis juga saat itu, hanya tersisa Rp 30 juta," ungkapnya.

Pengalaman itu membuat Dzahaby kembali rajin mengelola bisnisnya.

Kehidupannya yang boros mulai diubah dengan cara menyendirikan uang perusahaan dengan uang pribadi.

Meskipun berposisi sebagai pendiri dan pemilik perusahaan, namun Dzahaby mendapat gaji dari perusahaan.

Ia tidak bisa serta merta menggunakan seluruh uang yang masuk ke perusahaan.

Karyawan yang tidak jujur tidak diperpanjang kontrak kerjanya.

Inovasi pada produk juga terus ia kembangkan.

Kini, ada 18 varian produk yang ia jual. Harganya beragam mulai ribuan hingga ratus ribuan.

Dzahaby menyadari, tantangan bisnis ke depan tidak mudah.

Ia pun telah mempersiapkan diri untuk menghadapi itu. Menurutnya, inovasi produk menjadi salah satu senjata yang cukup ampuh untuk melawan tantangan bisnis.

"Konsumen saya mungkin sudah ada yang berubah. Awalnya muda, kini sudah tua sehingga kebutuhannya juga berubah. Maka kami perlu pertimbangkan kondisi seperti itu. Memang perlu inovasi," ujarnya.

Menurutnya, setiap orang memiliki cara sendiri untuk mengembangkan dan melawan tantangan yang mereka hadapi.

Berdasarkan pengalaman bisnisnya, Dzahaby berbagi ilmu agar bisnis yang dilakukan oleh seseorang bisa melihat ceruk potensi pasar.

Di situlah tempat untuk menawarkan produk kepada para konsumen.

"Masing-masing orang punya caranya sendiri. Kalau menurut saya, dari awal tembak satu kebutuhan pasar saja."

"Satu ceruk pasar, yang diketahui dan dikuasai di sana, kalau tahu ceruk pasar, kita tahu bagaimana komunikasi di sana."

"Akhirnya lebih mudah menyentuh hati konsumen," terangnya.

Ikuti berita seputar Malang

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved