Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kejanggalan Kasus Kematian Dea Maisarah Bocah Usia 10, RS Disebut Buat Laporan Palsu: Sampel Darah

Kasus kematian bocah perempuan usia 10 tahun yang bernama Dea Maisarah membuat publik gempar.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TikTok/mrwancaiofficial
Kasus kematian Dea Maisarah menuai pertanyaan publik 

TRIBUNJATIM.COM - Publik digemparkan dengan kasus kematian seorang bocah perempuan berusia 10 tahun yang bernama Dea Maisarah.

Dea Maisarah disebut terlambat diberikan pengobatan dan harus menunggu lebih dari 40 menit sebelum mengalami sesak napas.

Selain itu Dea Maisarah juga sampai harus diikat karena meronta-ronta saat akan diambil sampel darahnya.

Namun pihak rumah sakit menyatakan jika Dea Maisarah meninggal dunia saat dibawa ke rumah sakit.

Baca juga: Kematian Tak Lazim Gadis Asal Ponorogo, Tangan dan Kaki Terikat, Terbongkar karena Bau Menyengat

Ya, melansir Tribun Jateng, Dea Maisarah meninggal di sebuah rumah sakit di Klang, menggemparkan publik Malaysia.

Dikutip dari media online Bhrian yang dimuat pada Jumat (14/7/2023), kematian Dea Maisarah pun menuai pertanyaan.

Ayah Dea yang bernama Encik Bada mengatakan jika putrinya meninggal setelah mendapat tindakan dari pihak rumah sakit.

Hal itu diceritakan oleh Encik Bada dalam akun TikTok @mrwancaiofficial77.

Ia mengaku jika anaknya meninggal saat diikat karena meronta-ronta ketika akan disuntik untuk diambil sampel darahnya.

Diceritakan jika awalnya Dea Maisarah dibawa ke sebuah rumah sakit di Klang oleh ayahnya, pada Minggu (9/7/2023) lalu.

Sang ayah, Encik Bada, mengatakan jika anaknya dirujuk dengan keluhan demam.

Dari keterangan saksi, mereka mendengar jika Dea Maisarah minta dibebaskan.

Saat itu almarhum dalam keadaan sadar saat dokter mengambil sampel darah yang bukan prioritas.

Lantaran sampel darah sendiri bisa diambil setelah almarhum menjalani perawatan.

Sementara itu pihak rumah sakit diduga membuat laporan palsu.

Yakni dengan menyatakan jika Dea Maisarah sudah meninggal saat dibawa ke rumah sakit.

Kasus ini pun mendapat perhatian banyak pihak, termasuk Menteri Kesehatan setempat di Malaysia.

Menteri Kesehatan Dr Zaliha Mustafa kemudian meminta kerja sama semua pihak untuk menghormati privasi keluarga anak-anak tersebut.

Ia mengatakan, pihak kementerian bersimpati dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mendiang Dea Maisarah.

"Bersama-sama kita berdoa agar arwah almarhum selamat dan dalam lindungan Yang Maha Kuasa dan semoga keluarga tabah menghadapi ujian berat ini," ujarnya melalui akun Facebook.

Baca juga: Polisi Hentikan Penyelidikan Meninggalnya Bayi di Trenggalek Pasca Imunisasi, Ungkap Sebab Kematian

Kini direktur dari rumah sakit tersebut mengatakan jika pihak RS sedang menyelidiki kasus tersebut secara detail.

Menurut direktur rumah sakit tersebut, pasien datang ke Unit Gawat Darurat dan Trauma bersama ayahnya pada 9 Juli 2023 lalu.

Kondisi pasien saat itu lemah dan diberikan penanganan yang sesuai oleh Dokter Gawat Darurat.

Namun nasib anak berusia 10 tahun tersebut tidak bisa diselamatkan.

Di sisi lain, kabar meninggalnya remaja atlet kempo bernama Ahmad Arsyad Disky (17) di Semarang menuai sorotan.

Ia meninggal dunia setelah sempat pingsan saat nonton konser JKT48 yang diadakan di mall Semarang, Selasa (11/7/2023).

Sebelum meninggal dunia, ia sempat menyaksikkan acara meet and greet JKT48  di mall tersebut.

Lalu ia dinyatakan meninggal sekitar pukul 17.00 WIB, di RS Telogorejo.

Jenazah langsung dibawa pulang ke rumahnya di Kelurahan Padangsari, Semarang.

Dilansir dari sejumlah sumber, korban sempat pergi ke tempat gym sebelum berangkat menonton JKT48.

Ia sempat berpamitan dengan kedua orang tuanya sekitar pukul 10.00 WIB.

Keluarga pun merasa heran karena korban dikenal sebagai atlet yang kondisi badannya bagus.

Apalagi Ahmad Arsyad Disky juga menyukai olahraga kempo dan diketahui salah satu atlet berpretasi di Kota Semarang.

Dirinya dikenal sebagai anak yang baik dan berprestasi.

Baca juga: Pengantin Wanita Meninggal usai 12 Hari Menikah, sempat Viral Dirias Sambil Tiduran, Ternyata Sakit

Menurut ayah Ahmad Arsyad Disky, Edi Sarjo, anaknya selain menyukai olahraga kempo asal Jepang, juga menyukai musik bernuansa Negara Sakura.

"Ya memang suka JKT48, sering dengerin lagu-lagunya," kata Edi Sarjo, Kamis (13/7/2023) sore, di kantor SPKT Polrestabes Semarang.

Ia tampak masih terpukul anak pertamanya meninggal dunia.

"Seharusnya ada evaluasi (konser JKT 48) agar penyelenggaraan tidak seperti itu supaya tidak ada korban lagi. Cukup anak saya," kata Edi Sarjo sesenggukan.

Apalagi anaknya tersebut merupakan pelajar berprestasi di bidang olahraga Kempo.

Sementara itu menurut kerabatnya, Bayu Ariyadi, ayah korban diperiksa selama tiga jam.

Pemeriksaan meliputi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas korban sebelum berangkat ke konser.

Semua kegiatan korban dipaparkan ke polisi, mulai dari nge-gym di pagi hari, sarapan, lalu berangkat ke konser pada pukul 09.30 WIB.

"Korban kan memang atlet, biasa olahraga pagi. Keluarga (di) rumah sehat walafiat," ucapnya.

Namun pada sore harinya pada pukul 17.21 WIB, ayah korban dihubungi dari pihak rumah sakit yang mengabarkan korban pingsan.

"Ketika ayah korban datangi rumah sakit sudah meninggal," katanya.

Edi Sarjo (kiri) ayah dari Ahmad Arsyad Disky (17), dan kerabatnya, Bayu Ariyadi (kanan), selepas memberikan keterangan kepada penyidik terkait anaknya yang meninggal saat menonton saat konser JKT48 Summer Tour, di Kantor Polrestabes Semarang, Kamis (13/7/2023). (TRIBUNJATENG.COM/Iwan Arifianto)
Edi Sarjo (kiri) ayah dari Ahmad Arsyad Disky (17), dan kerabatnya, Bayu Ariyadi (kanan), selepas memberikan keterangan kepada penyidik terkait anaknya yang meninggal saat menonton saat konser JKT48 Summer Tour, di Kantor Polrestabes Semarang, Kamis (13/7/2023). (TRIBUNJATENG.COM/Iwan Arifianto)

Pihak manajemen hotel sudah mendatangi keluarga dari almarhum pada hari pemakaman.

Menurut keluarga, kedatangan dari pihak manajemen terlambat karena datang siang hari, padahal korban dimakamkan pagi.

Selain itu pihak keluarga menolak tali asih yang diberikan oleh pihak hotel.

"Kita menolak tali asih karena kalau menerima (tali asih) persoalan tersebut selesai."

"Padahal kita masih kepikiran karena belum jelas kejadian di sana," tuturnya.

Ia berharap, pihak hotel mendatangi keluarga almarhum kembali.

Lalu mereka diharapkan bisa menjelaskan kejadian tersebut secara detail dari penanganan awal sampai di rumah sakit dan seterusnya.

"Kami berharap pula grup JKT48 peduli terhadap keluarga korban. Ini kan fans. Memang suka JKT48."

"Perwakilan JKT48 datanglah ke rumah almarhum biar orang tua lebih legowo," kata Bayu Ariyadi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved