Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Blitar

Gas Elpiji 3 Kilogram Langka, Produksi Pelaku Usaha Mikro di Kota Blitar Terganggu

Stok gas elpiji 3 kilogram alias gas melon langka, produksi pelaku usaha mikro di Kota Blitar ikut terganggu.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Samsul Hadi
Susilorini sedang mencetak adonan roti kering di rumahnya, di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Jumat (28/7/2023). Ia belum bisa meng-oven adonan roti kering karena belum dapat elepiji 3 kilogram. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Kelangkaan stok gas elpiji 3 kilogram alias gas melon sangat berdampak bagi para pelaku usaha mikro di Kota Blitar, Jawa Timur.

Produksi pelaku usaha mikro terganggu karena stok gas elpiji subsidi ini kosong.

Seperti dialami, Susilorini (54), produsen kue kering di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.

Selama sepekan ini, produksi kue kering milik Rini, panggilan akrab Susilorini, tidak bisa lancar setiap hari, karena gas elpiji 3 kilogram langka.

"Dampaknya produksi terganggu. Produksi tidak bisa tiap hari, karena tidak dapat gas elpiji 3 kilogram," kata Rini, Jumat (28/7/2023).

Rini membutuhkan sekitar empat elpiji 3 kilogram per hari untuk produksi kue kering. Elpiji itu untuk mesin oven dan kompor.

Dalam seminggu ini, ia kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram. Stok elpiji di tempat langganannya kosong.

Ia harus keliling mencari elpiji 3 kilogram ke sejumlah toko lain.

"Kadang hanya dapat dua tabung, kadang tidak dapat. Seperti hari ini belum dapat elpiji 3 kilogram," ujarnya.

Baca juga: Kurangi Kelangkaan Elpiji, Pertamina Banyuwangi Tambah Pasokan hingga 2 Kali Lipat Selama Sepekan

Karena belum dapat elpiji 3 kilogram, hari ini Rini tidak bisa memproduksi kue kering. Ia hanya membuat adonan roti kering dan mencetaknya.

"Hari ini belum bisa produksi, karena elpiji untuk mesin oven masih kosong. Sementara hanya buat adonan saja. Nanti kalau sudah dapat elpiji baru produksi," katanya.

Rini tidak beralih ke elpiji 12 kilogram untuk produksi kue kering, karena harganya mahal. Jika beralih ke elpiji 12 kilogram, biaya produksi bisa membengkak.

"Karena kondisi pelaku usaha mikro saat ini seperti kembali merangkak. Setelah beberapa tahun terdampak pandemi Covid-19, saat ini pelaku usaha mikro berusaha bangkit. Sekarang, giliran elpiji langka," ujarnya.

Baca juga: Stok dan Permintaan Gas Elpiji 3 Kilogram di Trenggalek Stabil, Harga Tak Naik

Ia berharap stok elpiji 3 kilogram kembali normal agar produksi para pelaku usaha mikro bisa lancar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved